-->

Translate This Blog

6.10.18

Mengetahui Alam Gaib Saat Berada di Alam yang Tampak

Mengenal Alam Gaib

Kekeliruan orang dalam mengenal alam gaib sepatutnya dijelaskan bagaimana sesungguhnya alam gaib itu? Kita sering mendengar istilah ini, tetapi tidak mengetahuinya dengan pasti. Hidup kita saat ini berada di alam syahadah (tampak). Mungkinkah kita dapat mengetahui alam gaib dalam kedudukan kita berada di alam yang tampak?

Sebutan alam yang tidak tampak (secara kasat mata) disebut alam gaib. Akan tetapi, dalam bahasa Arab, sebutan gaib digunakan juga untuk menunjuk seseorang yang masih berada di alam dunia, sedangkan dia (orang itu) tidak dilihat oleh mata lahir kita. Misalnya si A yang saat kita berada di suatu tempat, dia berada di tempat lainnya. Maka, ketidakhadirannya bersama kita, dia disebut gaib dalam pandangan mata kita.

Saya memetakan keberadaan gaib dalam dua keberadaan, yaitu antara yang tampak dengan yang tak tampak. Mengenai kehadiran seseorang yang masih hidup dan tidak bersama kita, dalam pembicaraan ini tidak kita fokuskan. Yang kita bicarakan adalah perbedaan antara alam yang tampak dalam pandangan kasat mata dengan alam yang tidak tampak dalam penglihatan (mata lahir).

Kita telah membaca ayat Allah di dalam Al-Qur’an, bahwa Allah itu adalah Maha Gaib (Maha Mengetahui yang gaib). Keberadaan-Nya, tentu saja, tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata (lahir atau dhohir) (QS. Al-An’am : 103). Adakah Allah Yang Maha Mulia memiliki alam-Nya sendiri? Naudzu billahi min dzalik. Dia (Allah) bukanlah makhluk, maka bagi-Nya tidak berada di suatu alam.

Dia-lah Yang Awal dan Yang Akhir, Yang Dhohir dan Yang Bathin. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu” (QS. Al-Hadid : 3).

Masalah alam gaib masih banyak dipertanyakan keberadaannya oleh orang-orang yang tersimpan keraguan di dalam hatinya. Kualitas keimanan seseorang sangat menentukan keyakinan akan adanya alam gaib, termasuk keberadaan makhluk gaib di dalamnya.

Allah Yang Maha Mulia menegaskan bahwa iman kepada yang gaib menjadi syarat bagi ketakwaan kaum mukmin (QS. Al-Baqarah : 3). Malaikat yang mulia juga gaib keberadaannya. Jin, angin dan mikrobiologi (makhluk hidup yang sangat kecil) tidak dapat dijangkau oleh penglihatan mata dhohir (kasat mata). Kalau mereka tidak dapat dilihat oleh kasat mata, mereka juga dapat dikelompokkan sebagai makhluk gaib.

Bagaimanakah Alam Gaib Itu?


Pertanyaannya sekarang adalah apakah keberadaan mereka dalam satu alam, yaitu alam gaib? Ada istilah di dalam Al-Qur’an dengan sebutan Hari Kemudian, apakah juga gaib? Di manakah alamnya? Hari Pembalasan, apakah juga gaib? Adakah alamnya sebagaimana dikenal sebagai alam gaib?

Alam barzakh, apakah juga alam gaib, bukankah tidak dapat dijangkau oleh penglihatan (dhohir)? Adakah setiap yang tidak dapat dijangkau berada di alam gaib dengan pemahaman yang sama?

Akankah yang berada di alam gaib tidak dapat dijangkau oleh mata hati? Bukankah Allah telah memperlihatkan tanda-tanda kekuasaan-Nya kepada yang memiliki mata hati? (QS. Ali Imron : 13). Agama Islam adalah agama keyakinan, adakah bahwa alam gaib itu tergantung bagaimana keyakinan para pemeluknya? Adakah mata hati itu dikelompokkan sebagai mata keyakinan?

Sulit ternyata untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan semacam itu sekiranya kita tidak memiliki petunjuk dari Allah Yang Maha Mengetahui yang gaib.

Kita sebenarnya bukanlah umat manusia yang tidak diajarkan hakikat kebenaran dari kebatilan. Nilai-nilai kebenaran (haq) sangat jauh berbeda dengan nilai-nilai keburukan. Ilmu pengetahuan, petunjuk dan wahyu merupakan unsur-unsur yang memperkuat tentang keberadaan sebuah hakikat dari yang sekedarnya.

Jika kita mengenal apa yang disebut hakikat (inti atau yang sesungguhnya) dan apa yang dikenal dengan sebutan “hanya sekedarnya,” maka kesulitan kita adalah berada pada ketidakpahaman akan keduanya. Karena itu, jika mengenal maka tak sulit untuk memahaminya.

Kehidupan di alam realitas bukanlah bagian dari kehidupan di luar realitas. Kelihatannya seperti tampak diketahui oleh penglihatan (mata dhohir), padahal tidak begitu. Fenomena ini dilalui ketika seseorang melihat makhluk gaib (jin dan sejenisnya) yang terdeteksi keberadaannya. Padahal, di dalam ketetapan Allah, mereka mustahil dapat dicapai oleh penglihatan mata (lahir). Mengapa fenomena semacam itu dapat diperlihatkan akan keberadaannya (jin dan sejenisnya)? Bukankah keberadaan mereka tidak di alam yang tampak?

Di dunia tampak, penglihatan dhohir mendominasi apa yang terjangkau oleh penglihatan mata lahir, bukan oleh penglihatan mata hati atau mata keyakinan (sebutan oleh penulis). Jika ada seseorang “dapat” menjangkau alam yang tak tampak (gaib) apakah telah menyimpang dari ketetapan Allah?

Ketetapan Allah mengenai keberadaan alam gaib hanya diperuntukan bagi penglihatan lahir, tidak dengan penglihatan mata hati. Keyakinan merupakan unsur keimanan seseorang terkait dengan kepekaan jiwa (hati). Pada orang-orang yang yakin, Allah Yang Maha Mulia menjelaskan kekuasaan-Nya (QS. Al-Baqarah : 118).

Untuk mengetahui tentang kepekaan jiwa Anda, silakan baca: Anda dan kepekaan jiwa

Allah Yang Maha Mengetahui yang gaib akan menjelaskan keberadaan para makhluk-Nya kepada kaum yang yakin. Jin, malaikat, ruh (yang di alam barzakh), surga dan neraka dan semua yang tak dijangkau oleh penglihatan lahir, dengan seizin Allah, dapat “dilihat” oleh mata hati, bukan mata lahir (dhohir).

Al-Qur’an menjelaskan banyak hal, termasuk keberadaan makhluk-Nya di alam yang tidak tampak. Para malaikat di alam malakut, jin dan iblis di alam khayali, surga dan neraka di alam akhir (juga sebelum kiamat, ada di alam barzakh).

Kita masih sering disibukan dengan pengetahuan alam gaib tanpa dilandasi dengan keyakinan akan keberadaannya. Bukan tidak boleh mengenal lingkungan setiap makhluk Allah di mana pun adanya karena hal itu dapat menambah keimanan kita akan keberadaannya. Akan tetapi, setelah mengetahui keberadaannya, kita tidak sepatutnya masih meragukannya.

Adanya mereka karena Ada-Nya (Allah). Maka, mustahil ada jika Allah tiada. Keimanan semacam ini menjadi rukun bagi kaum muslim. Jika tiada keimanan akan keberadaannya, berarti dia (muslim) tidaklah disebut beriman.

Alam gaib banyak sebutannya. Siapa pun boleh saja memberi nama yang berbeda, dengan tujuan untuk memperkuat keyakinan akan keberadaannya. Jika jin dan sejenisnya berada di alam khayali, artinya alam yang dijadikan tempat mereka berada penuh dengan fantasi atau khayal. Khayal itu tidak nyata! Kipas angin tampak terlihat, tetapi anginnya hanya dapat dirasakan sekalipun wujudnya tak terlihat. Jin, malaikat, iblis nyata ada tetapi tidak tampak dari jangkauan penglihatan mata (dhohir). Ini unsur zat mereka, bukan alam (lingkungan)-nya.

Alam jin, yang dipenuhi dengan tipu daya, maka lingkungannya khayali. Keberadaan jin di alamnya mengikuti khayalan surgawi yang penuh kenikmatan; padahal sesungguhnya lingkungan (alam)-nya sangat khayali. Seolah nyata, padahal hanya angan-angan semata.

Tampak dan tidak tampak tidak berarti sama pengertiannya dengan nyata dan tidak nyata; di alam (lingkungan) nyata ada yang tampak dan tidak tampak. Pengertian nyata adalah terwujud dalam dua kemungkinan, yaitu yang tampak dan yang tidak tampak. Allah itu nyata Ada, sekalipun tidak dapat dilihat oleh penglihatan mata dhohir (tak tampak).

Allah Yang Maha Pencipta menjadikan setiap makhluk-Nya dengan kehendak-Nya. Pemahamannya adalah Allah Azza wa Jalla menghendaki bagi setiap yang diciptakan-Nya berada di dalam genggaman tangan-Nya. Karena itu, tidak ada makhluk-Nya dapat berbuat dengan sendirinya, melainkan pilihan perbuatannya sejalan dengan kodrat atau ketentuan yang sudah ditetapkan oleh keluasan ilmu-Nya.

Ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan oleh fitrah Allah tak dapat dirubah selain hanya Allah sendiri yang dapat merubahnya. Akal manusia pasti telah ditetapkan oleh Allah mustahil dapat menjangkau ke alam gaib, tetapi melalui keyakinan kualitas imannya seorang hamba telah diperlihatkan keberadaannya (alam gaib) dengan penglihatan mata hatinya.

Keberadaan alam gaib dengan makhluk gaib mengikuti ketentuan yang tidak sama dalam penglihatan akal (mata lahir). Akal yang dengan keterbatasannya melihat makhluk gaib (khususnya jin) dapat diperantarai dengan dua kemungkinan. Pertama, kekuatan keyakinan yang telah diridoi oleh Allah mampu menangkap keberadaan mereka di dunianya dengan penglihatan mata hati. Dalam kedudukan yang demikian, penglihataan mata hati akan dialihkan ke wilayah lahir melalui sel-sel saraf penglihatan mata lahir sehingga seolah-olah penglihatan mata (lahir atau dhohir) dapat melihatnya dengan mata telanjang. Kejadian seperti ini, orang sering menyebutnya dengan istilah penampakan.

Kedua, jika tidak terbukanya mata hati seorang hamba, maka terdeteksinya makhluk gaib (khususnya jin) dapat diperantarai dengan kekuatan cahaya infra merah yang mampu menembus kegelapan dalam kapasitasnya menembus kegelapan. Cahaya infra merah adalah produk atau ciptaan Allah yang telah tersedia secara alami. Penampakan melalui sinar infra merah merupakan pelajaran bagi orang-orang berakal akan kemahabesaran Allah.

Adanya penampakan makhluk halus (khususnya jin) dilalui dengan dua kemungkinan tersebut. Hal demikian akan berlaku bagi setiap manusia, apakah dalam kedudukan sebagai seorang hamba di hadapan kemahabesaran Allah Swt atau selaku hamba yang karena kualitas keimanannya sangat dekat dengan Dia Yang Maha Mulia lagi Maha Bijaksana. Inilah tanda-tanda yang diperlihatkan oleh Allah agar dapat direnungkan atau dipikirkan sehingga tak patut lagi meragukan akan keberadaan Allah Yang Maha Gaib sebagai Tuhan Yang Maha Pencipta dalam kedudukan-Nya menjadi Tuhan seru sekalian alam.

Untuk para malaikat yang mulia dan arwah (yang berada di alam barzakh) mustahil dapat terjangkau oleh penglihatan yang sudah digambarkan sebelumnya tanpa batas. Artinya, kemungkinan dapat dicapainya tidak untuk berlaku secara umum, melainkan hanya untuk orang-orang yang Allah Swt rido memperlihatkannya. Untuk yang dimaksud terakhir ini, mereka adalah orang-orang yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya.

Allah Swt hanya rido kepada mereka atas ketulusan menjadi seorang hamba sebagaimana yang dikehendaki-Nya. Allah pun rido menunjukkan gambaran kekuasan-Nya tentang keberadaan alam gaib yang tidak semua hamba-Nya diperkenankan untuk melihatnya. Masya Allah la quwwata illa billah (Apa pun yang dikehendaki Allah pasti terjadi. Tidak ada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah). ***
NEXT ARTICLE Next Post
PREVIOUS ARTICLE Previous Post

4 komentar

avatar

sangat menarik sekali pak saya senang bisa menambah wawasan saya di blog ini

avatar

Terima kasih Mas Wonxs atas konfirmasi Anda terhadap blog ini sebagai bagian dari sebuah perjuangan untuk menambah wawasan Anda tentang "Dunia Gaib."

Salam,


Ahmad

avatar

Bagaimana mrnyikapinya kalau kita sudah duduk bersama dlm satu majelis dengan para makhluk ghoib...mereka bisa membaca hati kita sedang kita tidak melihat mereka

avatar

Salam,

Adalah Allah Yang Maha Gaib, sedangkan manusia tidak mengetahui apa-apa. Memang demikian adanya. Wilayah kegaiban, bila dilihat dari sudut pandang pemikiran, maka mata zahir manusia takkan mampu, sejalan dengan kodratiah penciptaan, melihat makhluk gaib.

Anda pasti setuju jika contoh sederhana dalam kehidupan bahwa angin yang sampai ke kita adalah juga makhluk gaib. Tidak dapat dicapai oleh penglihatan. Akan tetapi, angin itu ada dan nyata dapat dirasakan.

Bagaimana dengan jin, ruh-ruh suci dan para malaikat, apakah kehadirannya dapat dirasakan sebagaimana Anda merasakan adanya angin yang hadir ke tubuh Anda? Tentu saja angin bukanlah jin atau ruh suci atau malaikat. Satu sama lain, Allah telah menciptakan mereka tidak sama unsur-unsur yang diwujudkannya.

Jika Anda mau menyadari, manusia juga sesungguhnya adalah makhluk gaib. Bukankah manusia disebut manusia karena mencakup dua unsur: jasmani dan ruhani. Apakah Anda pernah menyaksikan ruh Anda sebagaimana mata zahir Anda melihat fisik-jasmaniah Anda?

Itulah salah satu kemahabesaran Allah, sedemikian hingga banyak manusia tidak menyadari bahwa dirinya juga termasuk makhluk gaib. Karena itu, Allah sangat menghendaki agar orang-orang beriman mengenali dirinya sendiri (dari aspek ruhaniah). Sebab sekiranya ruhnya sendiri tidak dikenali, maka di situlah iblis mudah menggoda, mengganggu, menyesatkan dan mengelabui manusia (dari aspek akal pikiran), sedangkan mereka (para iblis) menguasi jiwa (ruh) manusia.

Apa yang harus Anda sikapi jika Anda ternyata belum mampu mengenal dirinya sendiri? Pasti Anda banyak dibohongi oleh iblis yang selalu membisik-bisik (kejahatan) di dada.

Jika tahu hal yang demikian, apakah Anda tetap diam? Seharusnya Anda dapat mengusir iblis dari dalam jiwa Anda. Salah satu caranya adalah berzikir di dalam hati.

Salam,

Ahmad


EmoticonEmoticon

Post a Comment

NEXT ARTICLE Next Post
PREVIOUS ARTICLE Previous Post
 

Delivered by FeedBurner