-->

Translate This Blog

19.3.19

Syukron Lillah

Syukron Lillah

Berterima kasih kepada Allah sudah layak dilakukan oleh orang-orang beriman. Apa ungkapan yang tepat dalam bahasa Arab untuk berterima kasih kepada Allah itu? Ada istilah "Syukron Lillah" telah banyak diketahui oleh kaum muslim.

Arti Syukron Lillah dalam Bersyukur 


Secara lughowi (bahasa), arti dari kata “syukron” adalah terima kasih. Sedangkan untuk kata “lillah”, yang berasal dari akar kata ‘li’ dan ‘Allah’, adalah hanya untuk atau bagi Allah. Artinya (syukron lillah) itu adalah terima kasih hanya untuk Allah. Ini arti ditinjau dari asal kata. 

Akan tetapi, bagaimanakah sesungguhnya arti “Syukron Lillah” dalam bersyukur kepada Allah?

Untuk itu, mari kita renungkan bersama arah dan tujuan dari kata “Syukron Lillah”.

Saudaraku, adakah sesungguhnya manusia dapat hidup akibat kemampuannya sendiri? Pasti tak mungkin dapat. Dari mana dia dilahirkan? Dari rahim ibunya. Siapakah ibunya itu? Ibunya juga manusia, dia pun dilahirkan dari rahim ibunya. Terus dan terus semua dilahirkan dari rahim ibunya hingga dari rahim Siti Hawa, seorang perempuan pertama yang diciptakan Allah mendampingi Adam a.s.

Adakah ibunda Siti Hawa hadir dengan sendirinya? Allah lah yang menghadirkannya. Itu sudah pasti. Artinya, tak ada seorang pun yang dapat hidup tanpa dikehendaki oleh Allah. Apa pun yang dikehendaki Allah, pasti terjadi. Adakah seorang manusia mampu melepaskan diri dari kehendak Allah?

1. Contoh orang yang tidak pandai “Syukron Lillah” dalam bersyukur


Ada sebuah kisah di tengah kehidupan umat manusia saat ini (abad informasi). Seorang mantan pejabat berhasrat menjadi seorang pejabat lagi. Sebelumnya dia pernah menduduki jabatan yang posisinya lebih rendah dari jabatannya yang diinginkan dalam bursa pencalonan seorang pejabat sesudahnya. Angan-angan kosongnya berharap dapat menduduki jabatan tersebut.

Hasratnya begitu menggebu. Apa pun caranya dapat ditempuh. Terpenting baginya bagaimana dapat meraih jabatan tersebut. Apa pun yang dianggap dapat mendukung, sekalipun salah, tidak dibiarkan. Akalnya benar-benar tertutupi oleh hasrat yang menggebu.

Lebih baik memilih salah daripada tidak berhasil. Itu adalah salah satu nafsu syaiton yang telah merasuk di dadanya. Keinginannya, padahal, tak terukur dengan kenyataan yang dihadapinya. Artinya, sesungguhnya dia telah terperangkap oleh hayalannya sendiri.

Orang semacam ini termasuk orang yang telah melepaskan diri dari kehendak Allah. Al-Qur’an telah menjelaskan agar berserah diri kepada Allah, sedangkan dia mengandalkan kepada angan-angan demoralitas. Akalnya selalu membangkang dari apa yang seharusnya dikehendaki Allah. Tidak mau mengikuti apa yang telah ditetapkan oleh Allah untuk tunduk dan patuh kepada-Nya.

Dari contoh di atas, dapatkah dia merajalela sebagai manusia zalim? Kebanyakan tipe orang seperti itu akan berkuasa dengan sangat menyombongkan diri. Seolah perjuangannya telah diridoi oleh Allah. Sama sekali tidak benar. Sebaliknya, dia termasuk orang yang sangat dibenci oleh Allah. Naudzu billahi min dzalik.

Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Bijaksana memerintahkan manusia untuk mengingat-Nya di setiap keadaan dan waktu. Dia juga memerintahkan agar menjadi seorang hamba yang pandai bersyukur.

Allah Swt sesungguhnya Maha Bijaksana kepada kaum mukmin. Sekiranya Allah tidak bijaksana, maka tak ada seorang mukmin pun yang dapat lolos dari azab Allah yang sangat pedih. Allah Yang Maha Mulia masih memberi batas waktu sampai menyadari akan kesalahan dan dosa yang telah diperbuatnya.

Allah Swt tidak akan membiarkan kaum mukmin berbuat semena-mena, melainkan akan diturunkan peringatan atau teguran agar dapat berubah. Angkara murka dari anak cucu Adam a.s. akan melahirkan kejahatan yang sangat berbahaya sehingga berdampak buruk terhadap umat.

Ajakan Allah untuk bertaubat yang disertai dengan beramal soleh memiliki nuansa kehidupan yang lebih moralis, bersaudara dan sejahtera. Sikap toleransi pun tetap terjaga sehingga melahirkan keberkahan bagi seluruh umat.

Allah Yang Maha Bijaksana akan menerima taubat hamba-hamba-Nya dari segala perbuatan dosa. Allah Yang Maha Mulia pun akan menyiapkan jalan-jalan yang terbaik-Nya, sebagaimana jalan-jalan orang-orang sebelumnya (para Nabi dan kaum soleh), untuk menemui-Nya.

Untuk mengetahui bagaimana bertaubat, silakan baca: Keutamaan Istighfar dan Taubat 


Betapa bijaksananya Dia (Allah) dalam memandang kaum mukmin. Allah Swt sebagai Tuhan Yang Maha Pencipta tidak akan memperlakukan hamba-hamba-Nya melampaui batas kemampuannya. Allah Maha Mengetahui atas kelemahan umat manusia. Karena itu, Allah Yang Maha Mulia tidak langsung menghukumi hamba-hamba-Nya yang telah berbuat dosa, melainkan dengan mendatangkan peringatan dan teguran sebagai bahan pelajaran yang dapat dijadikan perenungan.

Adakah sesudahnya umat manusia menyadarinya? Kesibukan umat manusia mencari rezeki seolah telah melalaikannya dari menyadari akan perbuatannya. Peringatan demi peringatan tidak juga jera menghadapinya. Saat ditimpa kemalangan, mereka sadar akan keburukan amal yang telah dilaluinya. Akan tetapi, setelah Allah menjauhkan kemalangan itu dari dirinya, mereka pun kembali pada kebiasaan buruknya.

Adakah keyakinan bahwa Allah akan mengazab dengan siksa yang pedih di Hari Kemudian? Sebagian besar kaum mukmin meyakininya, akan tetapi karena terlampau mencintai dunia, maka akhirat terabaikan. Pikirannya disibukkan dengan perjuangan mendapatkan kenikmatan duniawi. Sedangkan kebahagiaan akhirat tidak diberi perhatian, kecuali sedikit sebatas mengerjakan apa yang menjadi kewajiban semata-mata.

Malas untuk mendekatkan diri kepada Allah menjadi penyebab utama melalaikan akan kehidupan sesudah matinya. Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang telah memberinya petunjuk agar diikuti. Akan tetapi, tidak juga petunjuk itu diikuti. Allah Yang Maha Bijaksana telah berfirman:

قلنا اهبطوا منها جميعا فإما يأتينكم مني هدى فمن تبع هداي فلا خوف عليهم ولا هم يحزنون
“Kami berfirman: "Turunlah kamu semua dari surga itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati" (Q.S. Al-Baqarah : 38).

Perkataan Allah Yang Maha Mulia tidak diindahkan, melainkan hanya merupakan sebuah bacaan yang tidak dijadikan landasan keimanan untuk segera diamalkan. Al-Qur’an bukan semata-mata kitab bacaan, melainkan berisi penuh dengan petunjuk bagi orang-orang beriman agar menjadi bertakwa.

2. Berterima kasih hanya kepada Allah (Syukron Lillah)


Sudah sepatutnya, kaum mukmin bersyukur; berterima kasih hanya kepada-Nya (syukron lillah) atas segala rahmat dan kenikmatan yang telah dicurahkan kepada segenap kaum mukmin. Jika Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang telah menganugerahkan keimanan, sepatutnya jangan dibalas dengan kefasikan, kemunafikan dan kemusyrikan. Sambutlah petunjuk-Nya dengan ketundukan dan kepatuhan. Tidak ada pembangkangan kepada Allah kecuali orang-orang kafir.

الذين آمنوا وتطمئن قلوبهم بذكر الله ألا بذكر الله تطمئن القلوب
“Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat) -Ku.” (QS. Al-Baqarah: 152). 
Adakah Anda sudah bersyukur kepada Allah dengan tidak melupakan Dia (Allah) dalam kehidupan?

2.1 Berzikir itu Syukron Lillah 


Orang yang selalu berzikir di dalam hati itu berarti telah berjuang untuk ber-syukron lillah. 

Mengapa? 

Mereka benar-benar telah meluangkan waktunya untuk Allah. Dunia yang dilaluinya dengan banyak pemberian dari Allah tidak menjadikan orang-orang beriman melupakan Allah. Wujud dari ber-syukron lillah dilalui dengan hatinya senantiasa berzikir, baik di waktu berdiri, duduk maupun berbaring. Allah telah menjelaskan keberadaan mereka di dalam Al-Quran sebagai orang-orang yang berakal (ulul albab). 

إن في خلق السماوات والأرض واختلاف الليل والنهار لآيات لأولي الألبابالذين يذكرون الله قياما وقعودا وعلى جنوبهم ويتفكرون في خلق السماوات والأرض ربنا ما خلقت هذا باطلا سبحانك فقنا عذاب النار
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” (QS. Ali Imran: 190-191). 

Sesungguhnya Allah sangat peduli kepada orang-orang yang suka berzikir. Ada keutamaan yang diberikan oleh Allah kepada orang-orang yang suka berzikir tersembunyi di dalam hati (dzikir khofi).
NEXT ARTICLE Next Post
PREVIOUS ARTICLE Previous Post

1 komentar:


EmoticonEmoticon

Post a Comment

NEXT ARTICLE Next Post
PREVIOUS ARTICLE Previous Post
 

Delivered by FeedBurner