-->

Translate This Blog

4.4.19

Wali Allah yang Masih Hidup

Ciri-ciri Wali Allah yang masih hidup
Wali Allah yang masih hidup di era revolusi industri

“Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati” “(Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa.” (QS. Yunus:62-63).

Ciri-Ciri Seorang Wali Allah

Allah telah berfirman akan keberadaan seorang wali-Nya yang masih hidup di muka bumi dari orang-orang yang beriman dan selalu bertakwa. Dia (Allah) menetapkan sebuah kriteria untuk wali-Nya adalah tidak ada kekhawatiran dan tidak bersedih hati.

1. Wali Allah Tidak Ada Kekhawatiran


Seseorang yang masih hidup disebut sebagai wali Allah apabila dia sudah bertakwa dan terus bertakwa (sebenar-benar bertakwa) serta di dalam hidupnya tidak pernah merasa khawatir atas apa pun menyangkut keberadaan dirinya terkait pemenuhan kebutuhan hidupnya. Baginya, cukuplah hanya Allah yang memenuhinya. Allah menjadi sandarannya.

Allah menjamin dirinya atas semua keperluannya. Ini tidak berarti bahwa dia tidak mencari nafkah. Ia bekerja untuk memenuhi kewajibannya sebagai seorang suami, ayah atau anak dari orang tuanya.

Anda pasti membenarkan apabila wali Allah itu sebagaimana Anda sebagai manusia. Ia berada di tengah-tengah umat Rasulullah saw. Sebagai manusia biasa (ciri fisik wali Allah), maka dia juga merasakan lapar bila tidak makan. Semua kebutuhan dasar manusia juga dimilikinya.

Berteman, berkeluarga, beraktivitas, berinteraksi dengan anggota masyarakat, sesekali berkelakar secara patut, sumringah (perasaan senang yang bahagia), makan, minum, berusaha, membantu orang yang membutuhkan pertolongan, memenuhi hak dan kewajiban dalam keluarga, dan berbagai bentuk kebutuhan manusia yang lainnya.

Hanya saja, yang membedakan dengan manusia lainnya adalah dia tidak pernah berkeluh kesah; berserah diri kepada apa pun yang menjadi kehendak Allah. Semua keinginannya hanya sepatutnya dalam koridor sebagai manusia yang membutuhkan untuk dapat hidup bagi dirinya dan anggota keluarga. Apa pun yang sudah ditetapkan oleh Allah adalah yang terbaik.

Anda memiliki anak keturunan, maka Anda berupaya agar dapat mendidik anak-anaknya menjadi anak yang saleh. Pendidikan anak juga menjadi sangat diperhatikan. Dunia di saat ini, era revolusi industri, sudah sangat jauh berbeda dengan dunia di waktu-waktu terdahulu. Baginya, perkembangan teknologi juga tidak dapat diabaikan begitu saja.

Anda pasti juga merasakan bahwa saat ini sudah tidak dapat terhindar bagi siapa pun atas peradaban umat manusia. Rasa dan keinginan sebagai manusia sangat dipertimbangkan dalam batas-batas tidak melampaui kehendak Allah. Inilah citra dirinya sebagai seorang wali Allah yang disebut tidak merasakan adanya kekhawatiran.

Istilah tidak merasa khawatir juga dapat dimaknai sebagai tiadanya rasa was-was. Sementara kebanyakan manusia sangat merasakan kebingungan ketika tidak memiliki uang, dia tidak ada rasa bimbang dan pusing untuk memikirkannya. Was-was adalah suatu penyakit jiwa yang dialami oleh orang-orang yang sangat tipis imannya.

Was-was merupakan bisikan setan yang dihembuskan di dalam dada manusia. Bimbang, ragu dan tidak percaya diri adalah akibat dari lemahnya keyakinan bahwa Allah SWT sesungguhnya sudah menyiapkan segala keperluan manusia. Anda minta atau tidak Anda minta, Allah Maha Pengasih dan Penyayang. Allah pasti sudah menyiapkan untuk Anda.

Demikian kuat keyakinannya atas kasih sayang Allah bagi dirinya. Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Bijaksana telah menanamkan ketenangan di dalam hatinya. Maka, bertambahlah keyakinannya. Jadi, tidak adanya was-was berarti imanya kuat.

Allah-lah yang menambah kekuatan imannya menjadikan dia bertakwa; semakin takut untuk mengabaikan perintah-Nya dan takut apabila melakukan apa yang dilarang-Nya. Ia benar-benar hanya menyandarkan kepada-Nya.

“Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan (dalam kehidupan) di akhirat. Tidak ada perobahan bagi kalimat-kalimat (janji-janji) Allah. Yang demikian itu adalah kemenangan yang besar “ (QS. Yunus:64).

Ayat ini menegaskan keberadaan mereka atas sikap dan ketabahannya dalam menjalani kehidupan di dunia. Maka, mereka tidak ada kekhawatiran akan janji Allah. Beliau, sebagai salah satu dari mereka, dengan menyandarkan kepada firman Allah SWT merasakan kegembiraan yang sesungguhnya dalam kehidupan di dunia karena ternyata janji Allah itu benar ada-Nya.

Wali Allah benar-benar telah berjumpa dengan-Nya dan memperoleh kabar gembira sebagaimana firman-Nya yang sudah disampaikan jauh sebelum dia lahir di alam dunia. Sungguh bahwa berita gembira itu menjadikan dia semakin yakin, bahwa kegembiraannya juga akan mengantarkannya adanya kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Masya Allah, apabila Allah berkehendak pasti terjadi.

Anda pasti kagum bila menemui orang seperti itu. Sulit rasanya ditemukan orang yang tidak ada kekhawatiran di dalam dirinya saat perubahan zaman yang mengakibatkan banyak muslim tertipu oleh keindahan dunia yang fatamorgana. Bahkan, dia tidak saja tiadanya kekhawatiran, juga dia tidak bersedih hati.

2. Wali Allah Tidak Bersedih Hati


Allah SWT berfirman:


“Janganlah kamu sedih oleh perkataan mereka. Sesungguhnya kekuasaan itu seluruhnya adalah kepunyaan Allah. Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui” (QS. Yunus: 65). 

Apa yang dapat kita pahami dari firman Allah ini? Anda boleh jadi sulit memaknainya. Andaikan saya boleh memaknainya, saya berharap dan memohon pertolongan Allah, ayat ini bermakna sebagai berikut:

“Kesedihan yang ditimbulkan akibat perkataan orang-orang yang masih ada keraguan di dalam jiwanya akan kebenaran firman Allah, bukanlah sesuatu yang semestinya diperhatikan. Apa pun perkataan mereka tentang kebenaran Allah, jika masih diragukan, maka Allah meminta kepada wali-Nya untuk tidak perlu bersedih hati. Allah Azza wa Jalla cukup baginya menjadi sumber kebenaran yang terpatri di dalam jiwanya. Bagi wali-Nya, perjumpaan dengan Allah dalam kemahabesaran-Nya menyebabkan tiadanya keraguan atas apa pun yang difirmankan-Nya. Perkataan-perkataan mereka sama sekali tidak mengubah apa yang sudah menjadi ketetapan Allah. Petunjuk-petunjuk Allah yang dia terima sebagai jalan yang lurus menjadikan dia berada dalam kebenaran Allah. Anda, apabila termasuk salah seorang dari mereka yang meragukan kebenaran Allah, bagi dia tak menjadi masalah. Ia tidak bersedih hati.”

Allah, sekali lagi, bagi wali-Nya adalah satu-satunya sandaran dalam segala hal. Allah adalah Tuhan Yang Maha Kuasa, maka mustahil Allah tak memiliki kemampuan untuk memenuhi semua kebutuhannya apabila dia membutuhkan.

Akan tetapi, seorang wali Allah bukanlah tipikal orang yang melampaui batas. Baginya nilai-nilai zuhud melandasi kehidupan di dunia. Anda semakin sulit untuk menerima kenyataan akan hidup sederhana. Pemahamannya adalah bahwa ketika Anda berlimpah harta kekayaan yang diberikan oleh Allah, tetapi Anda tidak bergantung dari kekayaan itu.

Kekayaan yang Anda miliki bukanlah yang menyebabkan Anda bahagia, selain hanya untuk kebutuhan yang sangat diperlukan dalam rangka berjihad kepada-Nya. Anda zuhud sekiranya Anda keluarkan harta Anda untuk membantu para penempuh di jalan Allah (jihad fi sabilillah – berjuang melawan kebatilan yang dihembuskan iblis di dalam jiwa).

Sebagian dari harta kekayaan yang Anda miliki disalurkan untuk kebutuhan menjemput ridha dari Allah. Anda tetap kaya. Allah akan menggantikan harta yang sudah Anda keluarkan sepuluh kali lipat. Anda tidak merasa ragu dan rugi. Inilah yang dimaksud Anda berzuhud sekali pun Anda kaya.

Anda tetap tawadhu tidak pamer kekayaan, walau pun Anda memang kaya secara materi. Orang yang berzuhud hatinyalah yang kaya. Sekali pun tidak memiliki kekayaan, wali Allah tidak pernah bersedih hati.

Ajakan untuk hidup sederhana bukan berarti Anda harus meninggalkan segala kebendaan duniawi yang dibutuhkan. Ada bagian yang disediakan oleh Allah untuk manusia di dunia. Wali Allah adalah manusia yang juga berhak mengambil bagian tersebut secara baik-baik.

Akan tetapi, Allah meminta kepada wali-Nya agar berbuat yang dapat mengantarkan kepada kebahagian akhirat sebagai anugerah yang sudah dipersiapkan untuknya. Allah menegaskan hal demikian dalam firman-Nya:


“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan” (QS. Al-Qashash: 77).

Allah Azza wa Jalla secara terus menerus membimbing wali-Nya. Allah SWT senantiasa mengabarkan berita-berita kepada-Nya agar disampaikan kepada orang-orang yang beriman. Ia adalah wasilah bagi Allah dalam menyampaikan segala hal yang dapat menuntun manusia untuk mengikuti perintah dan larangan-Nya.

Pemahamannya bukan berarti seorang wali adalah nabi. Akan tetapi, wali Allah adalah pelanjut Rasulullah saw yang terpilih sebagai bagian dari risalah yang tidak terputus sampai datangnya yaumil akhir. Ia merupakan penerima amanat dari Allah sebagai wakil-Nya melanjutkan risalah yang diemban oleh Rasulullah yang mulia saw.

Untuk itu, tidak ada seorang pun yang mengetahui siapakah wali Allah sekiranya tidak diizinkan oleh Allah. Wali dipilih oleh Allah. Ia tidak menerima Surat Keputusan dari manusia di bumi. Anda mustahil tahu bila belum diberitahu oleh Allah. Anda hanya menduga-duga berdasarkan kemungkinan-kemungkinan yang ada.

Wali Allah tidak seperti manusia kebanyakan. Anda tidak akan dapat menemukan bila Allah tidak memberi Anda petunjuk. Anda sudah saatnya memohon petunjuk kepada Allah bila ingin mengetahui wali-Nya. Petunjuk sangat dibutuhkan agar tidak menjadi fitnah.

Keberadaan seorang wali di era revolusi industri sangat dibutuhkan karena kebanyakan manusia sudah melupakan apa yang seharusnya dipenuhi sebagai makhluk ciptaan Allah. Anda seorang muslim apabila masih memprioritaskan urusan dunia tanpa menyiapkan apa yang seharusnya Anda perbuat untuk akhirat, tak lebih Anda baru sebatas makhluk Allah yang tidak beda dengan yang selalu mengandalkan instink. Hati Anda bila sama sekali tidak diberdayakan dengan mengingat Allah akan selalu dalam keadaan terlena oleh racun yang menghembus ke wilayah tampak dari jasad anda. Naudzu billahi min dzalik.

Anda sudah tidak dapat menjauh dari petunjuk Allah. Anda, sebagaimana kebanyakan manusia lainnya, sangat membanggakan dengan otak anda. Padahal, otak Anda, mohon maaf tidak sejenius Einstein. Anda hanya terlalu bangga.

Sebagai muslim, Anda salah memaknai karunia berpikir. Allah mengajak Anda untuk berpikir dengan menggunakan pola hati. Bukan berpikir dengan pola pikir lahiriah semata tanpa melibatkan hati. Latihlah akal Anda untuk mendengar apa kata hati.

Agar lebih jernih pikiran Anda, maka jernihkan pula hati Anda dengan menyeru nama-Nya. Anda solat untuk mengingat Allah. Akan tetapi, mengingat Allah tidak sepatutnya hanya saat Anda solat. Belum lagi solat Anda tidak mengingat Allah, selain mengingat yang lain.

Mengingat Allah selain saat Anda solat, juga ketika Anda duduk, berdiri dan berbaring. Pasti Allah pun akan mengingat Anda. Dengan mengingat Allah, hati Anda menjadi tenang. Allah akan menambah ketenangan di dalam hati Anda. Dan, tentu saja, keimanan Anda akan meningkat. Mustahil, keimanan Anda meningkat bila hati Anda tidak tenang.

Pilar utama bagi seorang wali adalah takwa kepada Allah azza wa jalla. Maka, baginya takwa akan mengarahkan kepada jalan Allah berada di dalam kekuasan-Nya. Artinya, bahwa seorang wali Allah tidak dapat keluar dari jalan Allah Yang Maha Kuasa. Allah-lah yang memandu wali-Nya sebagaimana yang dikehendaki-Nya. Anda juga seharusnya demikian. Seorang wali Allah sudah berada di dalam naungan Allah SWT. Oleh karena itu, dia tidak merasa khawatir dan bersedih hati.

Keadaan jiwa manusia tidak lepas dari adanya rasa khawatir dan rasa kesedihan. Anda juga memiliki hal yang sama bila dihadapkan dengan situasi yang mengakibatkan rasa khawatir dan sedih. Tetapi, kondisi jiwa seorang wali Allah telah terbebas dari rasa yang sulit dilepas oleh manusia biasa tersebut. Mengapa?

Sesungguhnya dia adalah manusia pilihan yang sudah mencapai maqam yang disucikan hatinya dari kekotoran jiwa karena pengaruh setan laknutallah ‘alaih. Andaikan Anda telah disucikan hatinya oleh Allah azza wa jalla, maka Anda pun boleh jadi dipilih oleh Allah Yang Maha Suci sebagai wali-Nya.

Anda sudah siap dipilih oleh Allah SWT menjadi wali di muka bumi? Anda sudah bertakwa sebenar-benar bertakwa? Allah SWT telah berfirman, dan firman-Nya pasti benar. Sudahkah Anda meyakininya dan mematuhi ketentuan-ketentuan-Nya? Bergegaslah menuju kepada-Nya. Sekali pun Anda tidak terpilih, maka maqam makrifatullah sudah luar biasa. Allah Azza wa Jalla ridha mendudukkan Anda mulia di sisi-Nya.

NEXT ARTICLE Next Post
PREVIOUS ARTICLE Previous Post


EmoticonEmoticon

Post a Comment

NEXT ARTICLE Next Post
PREVIOUS ARTICLE Previous Post
 

Delivered by FeedBurner