“Allah, Dialah yang mengirim angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal; lalu kamu lihat hujan ke luar dari celah-celahnya, maka apabila hujan itu turun mengenai hamba-hamba-Nya yang dikehendaki-Nya tiba-tiba mereka menjadi gembira” (QS.Ar-Ruum:48).
“Dan sesungguhnya sebelum hujan diturunkan kepada mereka, mereka benar-benar telah berputus asa” (QS. Ar_Ruum:49).
“Maka perhatikanlah bekas-bekas rahmat Allah, bagaimana Allah menghidupkan bumi yang sudah mati. Sesungguhnya (Tuhan yang berkuasa seperti) demikian benar-benar (berkuasa) menghidupkan orang-orang yang telah mati. Dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu” (QS. Ar-Ruum:50).
Pelajaran yang dapat ditadabburi dari ketiga ayat tersebut adalah pemenuhan apa yang menjadi kebutuhan manusia telah dipenuhi oleh Allah sebagai Tuhan Yang Maha Pencipta dan Pemberi Rezeki. Pada dua ayat pertama (ayat 48 dan 49), Allah menunjukkan kepada manusia bagaimana Dia dengan mudah mendatangkan hujan melalui proses yang berjalan sesuai aturan alam yang berlaku sebagaimana yang dapat disaksikan dan diteliti menurut kajian ilmu pengetahuan.
Kedua ayat ini banyak menarik perhatian para peneliti dan ilmuwan yang mengkaji kehebatan Allah Azza wa Jalla dalam mengelola alam semesta sebagai makhluk ciptaan-Nya. Keadaan alam yang sulit dipahami oleh manusia menunjukkan bahwa Dia lebih berkuasa atas makhluk-Nya. Kalau bukan karena Allah memberinya pengetahuan kepada manusia, mustahil dapat dipahami proses hujan turun sebagaimana digambarkan oleh ayat tersebut di atas.
Ilmu pengetahuan manusia yang mempelajari dan mengkaji dengan hasil temuannya tentang keberadaan alam semesta telah membuktikan akan keluasan ilmu Allah dalam hal penciptaan makhluk-Nya. Pengetahuan yang dimiliki manusia bukanlah semata-mata muncul dengan sendirinya sebagai akibat otaknya yang cemerlang, selain Allah Azza wa Jalla telah menganugerahkannya untuk memperlihatkan tanda-tanda kebesaran-Nya bagi mereka yang berpikir dan berakal.
Jika ditemukan ada orang-orang yang diberi kelebihan berpikirnya dalam mengenal alam semesta bukan bermakna bahwa Allah Azza wa Jalla memilih-milih tanpa bijaksana. Maha Suci Allah dari orang-orang yang memikirkan kecenderungan buruk terhadap kekuasaan Allah. Kebijaksanaan Allah berlaku sebagaimana kehendak-Nya. Boleh jadi mereka orang-orang kafir terhadap ayat-ayat Allah yang telah mendapatkan kebijaksanaan-Nya. Akan tetapi, kebijaksanaan Allah SWT diberikan kepada mereka agar mereka mau berubah untuk meyakini kebenaran firman-firman-Nya.
Apabila mereka tetap saja tidak beriman kepada Allah, maka ilmu pengetahuan itu menjadi hujatan dan dakwaan bagi dirinya. Berbeda bila kebijaksanaan Allah itu diberikan kepada orang-orang yang beriman akan kebenaran ayat-ayat-Nya, baginya justru menjadi petunjuk atas dirinya untuk membantu keimanannya semakin meningkat terhadap kemahabesaran Allah.
Allah Azza wa Jalla menganugerahi kepada orang-orang beriman al-Hikmah (kebijaksanaan Allah sebagaimana yang dikehendaki-Nya) juga menjadi pelajaran bagi orang-orang yang mau menggunakan akalnya untuk merenungkan ciptaan-Nya. Bila orang-orang beriman, maka seharusnya dapat memetik pelajaran tersebut dengan akalnya, bukan menjadikannya bersikap sombong tetap mengagungkan akalnya tanpa mau bertafakur. Tidak semua orang beriman dikaruniai al-Hikmah, selain mereka telah melakukan dengan semangat juang untuk meyakini akan kebenaran ayat-ayat-Nya.
Anugerah diturunkan sebagai bukti akan janji-Nya kepada mereka yang meyakini akan kekuasan-Nya. Perubahan alam yang sangat dirasakan oleh semua orang, dalam pandangan orang-orang beriman yang telah memperoleh al-Hikmah, maka mereka meyakininya bahwa Allah Azza wa Jalla memiliki kehendak-Nya sendiri. Mereka tidak mengandalkan akalnya selain mengikuti petunjuk Allah yang disemayamkan di dalam jiwanya.
Perhatian mereka tidak bergeser dari petunjuk Allah. Bila difirmankan oleh Allah di dalam al-Qur’an, mereka bertambah keyakinannya. Ayat-ayat yang disajikan dalam tulisan ini, dalam pandangannya adalah seperti itulah Allah Azza wa Jalla mengurus makhluk-Nya. Allah Maha Kuasa, maka bagi-Nya tidak ada dalam perbuatan-Nya sendiri tidak dapat diperbuat oleh-Nya.
Pelajaran yang berharga dari anugerah Allah yang diberikan kepada siapa yang dikehendaki-Nya, seharusnya dijadikan sebagai pemacu bagi orang-orang beriman lainnya terhadap keyakinan akan kebenaran Allah atas ayat-ayat-Nya, yang selanjutnya untuk diamalkan.
Pemahaman yang mendalam tentang Al-Qur’an bagi orang-orang yang diberi al-Hikmah persis sebagaimana Allah Azza wa Jalla telah menurunkan hujan kepada hamba-hamba-Nya yang dikehendaki-Nya (lihat QS. Ar-Ruum:48 di atas). Mereka yang mendapatinya sangat bergembira.
Kegembiraannya merupakan ekspresi jiwa yang Allah SWT telah menanamkannya di dalam jiwa. Setelah sekian lama berjuang untuk mengolah tanahnya, orang-orang beriman hampir-hampir putus asa karena lamanya tidak turun hujan. Mereka yang tidak pernah mengandalkan kepada kekuasaan Allah benar-benar telah berputus asa.
Antara orang-orang yang meyakini keadilan Allah dengan yang tidak ada keyakinan terhadapnya, maka mereka yang mudah berputus asa tidak mendapati bahwa hal yang demikian adalah cobaan baginya. Sebaliknya, orang-orang yang teguh kepada keyakinannya, mereka istiqamah tetap berjuang sampai mendapati pertolongan Allah datang menghampirinya. Tidak berburuk sangka kepada-Nya selain tetap mengamalkan ayat-ayat-Nya dengan penuh kesabaran.
Sebagaimana mereka yang menunggu datangnya hujan, orang-orang yang senantiasa istiqamah berjuang di jalan-Nya tidak goyah walau cobaan datang menghampirinya. Mereka tidak putus asa. Pemberian anugerah dalam bentuk karunia yang banyak memang membutuhkan kesabaran dan perjuangan secara istiqamah. Inilah hakikat hidup di dalam kekuasaan-Nya. Maka, jadilah diri sendiri sebagai orang yang menyandarkan kepada keluasan pemberian-Nya.
Allah Menghidupkan yang Mati
Dalam menciptakan alam semesta, Allah Azza wa Jalla hanya berkata: “Kun,” “fayakun.” “Terjadilah,” “maka Terjadilah.” Ayat 50 surat ar-Ruum di atas memperkuat kekuasaan Allah dalam penciptaan. Dia dapat menghidupkan kembali bumi yang sudah mati dengan perantaraan air hujan. Demikian juga, Allah Azza wa Jalla sangat mudah untuk menghidupkan kembali orang-orang yang sudah mati.
Apa yang dapat dimaknai dari ayat tersebut? Allah Yang Maha Pencipta pasti dapat berbuat menciptakan sebagaimana Dia berkehendak menciptakan. Maka bagi-Nya sangat mudah untuk melakukan itu. Apa pun yang dikehendaki-Nya pasti terjadi. Jika Allah berkehendak menghidupkan kembali bumi yang sudah mati (tandus) karena kering, maka Allah dapat menghidupkan dengan menurunkan air hujan di tanah yang tandus tersebut.
Apabila Allah Azza wa Jalla menyatakan bahwa diri-Nya dapat menghidupkan orang-orang yang sudah mati, maka bagi-Nya bukanlah sulit untuk melakukannya. Adanya keyakinan akan hal demikian dapat memperkuat pentingnya untuk bergantung kepada-Nya.
Allah Azza wa Jalla pasti menghidupkan kembali sesudah anda berada di alam barzakh. Dibangkitkan (dihidupkan) kembali orang-orang yang berada di alam barzakh menunjukkan bahwa Allah kelak menciptakan untuk kedua kalinya manusia dan jin yang telah mati. Disebut mati karena tubuhnya (manusia) ketika hidup di dunia telah hancur dimakan bumi. Perkara tubuh jin, hanya Allah Yang Maha Mengetahui.
Allah Azza wa Jalla akan menghidupkan kembali manusia dan jin untuk dimintai pertanggungjawaban di Hari Kemudian atas seluruh amal-amalnya sebelum dimatikan. Ruh yang masih hidup akan mengambil bentuk sebagaimana amal-amalnya ketika hidup di dunia. Penciptaan untuk kedua kalinya ini tanpa mengubah ketetapan Allah atas apa yang telah diperbuat oleh manusia dan jin dalam menjalani kehidupan di dunia. Allah SWT berbuat demikian sebagai Tuhan Yang Menepati Janji-Nya.
Bagi orang-orang yang beramal saleh, Allah Azza wa Jalla akan menempatkan mereka di surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Sedangkan bagi orang-orang yang tidak mengikuti perintah dan tidak menjauhi larangan-Nya, baik kafir maupun yang telah mengaku dirinya sebagai muslim, akan dibalas oleh Allah Azza wa Jalla ditempatkan di dalam neraka.
Dengan keadilan Allah SWT, tidak ada seorang manusia pun yang terlepas dari perhitungan-Nya. Semua amal-amalnya akan diganjari sesuai dengan pembalasan setimpal. Kehidupan di alam keabadian, baik di alam barzakh, maupun saat di yaumnil akhir, sangat ditentukan dari amal-amalnya saat hidup di dunia.
Alam barzakh, sebagai alam goib, merupakan tempat yang tidak sebagaimana kehidupan di dunia. Semua keadaan di sana sama sekali berbeda dengan keadaan di dunia.
Lepasnya ruh dari jasad, tidak berarti tanpa bentuk yang utuh. Hanya saja, ruh tersebut berbentuk halus tidak kasar. Semua akan ditentukan bentuknya bagaimana, sekali lagi, amal-amalnya saat berada di dunia.
Ada ruh yang berbentuk separuh tubuhnya manusia dengan kalajengking. Ada juga yang merupakan gabungan, kepala dari hewan yang mengerikan dan badannya manusia. Ada yang benar-benar utuh seperti ketika masih berada di dunia dengan perwajahan yang lebih muda.
Seluruh manusia akan mengalami suatu kehidupan di alam barzakh; ada yang bahagia lagi diberi rezeki oleh Allah tanpa berpayah-payah mendapatkannya dan ada juga yang hidupnya mengalami penderitaan sampai kiamat tiba.
Bagi yang mendapatkan hidup penuh rezeki oleh Allah, mereka mengabari kepada para ahli warisnya untuk segera berbuat kebaikan (beramal saleh); cara yang mereka lakukan atas seizin Allah SWT. Ruh itu hakikatnya tidak mati tetapi hidup sesuai komposisi tubuh manusia.
Orang-orang yang memperoleh rezeki di alam barzakh menghampiri ahli warisnya melalui perantaraan ruhnya (yang masih hidup) mengajak untuk tunduk dan patuh kepada Allah. Sekiranya ahli warisnya masih tidak menaati perintah dan larangan Allah, ruh para leluhurnya yang soleh akan mendatangi melalui mimpi anak cucunya untuk berbuat kebajikan.
Allah sebagai Tuhan Yang Maha Bijaksana masih mengizinkan untuk para ruh yang suci akibat amal-amalnya di dunia mengunjungi anak cucunya. Begitu juga bagi para ruh yang mengalami penderitaan (selain orang-orang kafir dan syirik) masih diberi kebijaksanaan oleh Allah meminta pertolongan ahli warisnya memohonkan pengampunan atas dirinya. Dalam masa penantian datangnya hari dibangkitkan (kiamat), Allah Azza wa Jalla sangat bijaksana. Perhitungan amal-amalnya belum diberlakukan.
Pembicaraan tentang ruh (roh) sangat sensitif. Di antara orang-orang beriman ada yang bertanya adakah yang mengetahui ruh itu? Tentang hal ini (ruh), Allah Azza wa Jalla berfirman:
“Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit" (QS. Al-Isra’:85).
Dengan menyandarkan ayat di atas, Allah Azza wa Jalla berkehendak mengajari manusia, bahwa ruh (roh) itu menjadi urusan Allah, bukan urusan makhluk-Nya. Jika ada yang diberitahu tentang ruh, maka tak lebih dia hanya mengetahuinya sedikit. Bagaimana dia mengetahui juga bukan urusan manusia, itu urusan Allah.
Andai anda ditunjuki oleh Allah tentang ruh, adakah anda meyakini bahwa itu mustahil? Jika tidak ada keyakinan tentang ayat tersebut, mengapa anda menjadikannya sebagai sandaran? Mengapa sudah diajarkan tetapi tidak diyakini kebenarannya?
Dalam ayat itu, Allah SWT menekankan bahwa manusia (orang-orang beriman) tidak tahu persis tentang ruh, tetapi Allah memberinya pengetahuan (tentang ruh itu) sedikit. Kalimat yang tertulis di ayat tersebut tidak menjelaskan tentang yang lain kecuali ruh. Maka, pengetahuan yang disebut di situ juga tentang ruh, bukan yang lain.
Dengan kehendak-Nya, bukan mustahil Allah memberi pengetahuan tentang ruh. Bila terjadi penafsiran yang berbeda, itu bergantung bagaimana cara memaknainya.
Jika belum diberi al-Hikmah, maka yang muncul adalah pemikiran (penafsiran) akal semata-mata. Mustahil orang-orang beriman mengetahui tentang ruh bila tanpa petunjuk dari Dia Yang Menciptakan ruh itu.
Perbedaan cara pandang tentang ayat bukanlah tertolak, selain masing-masing orang berbeda karena tingkat (maqam)-nya. Jika semua sama dalam memberi makna, apa bedanya antara orang berpengetahuan mendalam tentang Al-Qur’an (al-Hikmah) dengan yang belum diberi al-Hikmah? Apa bedanya orang yang menyebut tidak mungkin ruh dapat diketahui, sebagaimana gurunya mengatakannya seperti itu, sama dengan yang sudah diberi al-Hikmah? Anda tentu saja dapat seperti yang ditunjuk dalam ayat berikut.
“Dan demikianlah Kami telah menurunkan Al Qur'an yang merupakan ayat-ayat yang nyata; dan bahwasanya Allah memberikan petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki” (QS. al-Hajj:16).
Adakah anda meyakini kebenaran ayat tersebut? Ayat-ayat Allah pasti benarnya. Masihkah meragukannya? Allah Azza wa Jalla mengancam orang-orang yang mengingkari ayat-ayat-Nya.
Allah SWT berfirman:
“Sebelum (al-Qur'an), menjadi petunjuk bagi manusia, dan Dia menurunkan al-Furqaan. Sesungguhnya orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Allah akan memperoleh siksa yang berat; dan Allah Maha Perkasa lagi mempunyai balasan (siksa)” (QS. Ali Imron:4).
Al-Qur’an penuh al-Hikmah memang benar adanya. Bagaimana al-Hikmah diturunkan ke dalam Al-Qur’an adalah bagaimana Allah SWT menurunkan Al-Qur’an. Adalah kebijaksanaan Allah menurunkan Al-Qur’an.
Dia berkehendak mengajari manusia, orang-orang beriman dan orang-orang bertakwa (Hudan linnas, Hudan lil mu’minin dan Hudan lil muttaqin). Petunjuk Allah SWT kepada manusia (semua umat manusia) agar mengimani Al-Qur’an yang membenarkan Kitab-Kitab sebelumnya (Zabur, Taurat dan Injil) berlaku untuk semua manusia (Yahudi, Nasrani dan Islam). Inilah Al-Qur’an sebagai Hudan linnasi (Petunjuk bagi manusia tanpa perbedaan). Penegasan al-Qur’an membenarkan Taurat dan Injil difirmankan oleh Allah.
“Dia menurunkan Al Kitab (Al Qur'an) kepadamu dengan sebenarnya; membenarkan kitab yang telah diturunkan sebelumnya dan menurunkan Taurat dan Injil” (QS. Ali Imran:3).
Allah Azza wa Jalla memilih siapa yang dikehendaki-Nya untuk diajarkan mengetahui kebenaran firman-firman-Nya. Maryam yang tanpa memiliki suami menjadi hamil menjadikan dia terkejut. Berita yang disampaikan oleh Allah SWT melalui perantaraan malaikat Jibril itu, dicantumkan di dalam Al-Qur’an.
Allah SWT berfirman:
“Maryam berkata: "Ya Tuhanku, betapa mungkin aku mempunyai anak, padahal aku belum pernah disentuh oleh seorang laki-laki pun." Allah berfirman (dengan perantaraan Jibril): "Demikianlah Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Apabila Allah berkehendak menetapkan sesuatu, maka Allah hanya cukup berkata kepadanya: "Jadilah", lalu jadilah dia” (QS. Ali Imran:48).
Allah Maha Bijaksana tidak membiarkan Maryam tidak mengetahui apa pun tentang kekuasaan-Nya. Maka, pada ayat selanjutnya (ayat 49), Allah SWT berfirman, “Dan Allah akan mengajarkan kepadanya al-Kitab, al-Hikmah, Taurat dan Injil.”
Maryam bukan seorang nabi, tetapi Allah mengajarkan kepadanya al-Kitab, al-Hikmah, Taurat dan Injil. Maryam adalah sebuah contoh atas kehendak Allah dapat memiliki anak tanpa seorang suami dan diajarkan al-Hikmah.
Kini adakah orang-orang beriman kepada ayat-ayat Allah memperoleh al-Hikmah? Apakah sudah cukup Allah memberi perumpamaan saja atau contoh saja tanpa bukti berlaku untuk semua zaman? Jika Maryam dihadirkan di dalam Al-Qur’an, demikian juga sahabat Kahfi, Luqman dan contoh-contoh lainnya untuk diketahui oleh orang-orang di saat Rasul Allah saaw menerima wahyu.
Bagaimana al-Qur’an memberikan contoh untuk orang-orang yang datang kemudian sebagai pelajaran bagi orang-orang yang beriman? Allah SWT memberikan contoh atas kesombongan Fir’aun yang mengaku sebagai Tuhan. Berturut-turut ayat yang menjelaskannya:
“Dan Fir'aun berseru kepada kaumnya (seraya) berkata: "Hai kaumku, bukankah kerajaan Mesir ini kepunyaanku dan (bukankah) sungai-sungai ini mengalir di bawahku; maka apakah kamu tidak melihat (nya)?” (QS. az-Zukhruf:51).
“Bukankah aku lebih baik dari orang yang hina ini dan yang hampir tidak dapat menjelaskan (perkataannya)?” (QS. az-Zukhruf:52).
“Mengapa tidak dipakaikan kepadanya gelang dari emas atau malaikat datang bersama-sama dia untuk mengiringkannya” (QS. az-Zukhruf:53).
“Maka Fir'aun mempengaruhi kaumnya (dengan perkataan itu) lalu mereka patuh kepadanya. Karena sesungguhnya mereka adalah kaum yang fasik” (QS. az-Zukhruf:54).
“Maka tatkala mereka membuat Kami murka, Kami menghukum mereka lalu Kami tenggelamkan mereka semuanya (di laut)” (QS. az-Zukhruf:55).
“dan Kami jadikan mereka sebagai pelajaran dan contoh bagi orang-orang yang kemudian” (QS, az-Zukhruf:56).
Al-Qur’an menjadi petunjuk bagi orang-orang beriman tentu saja untuk diyakini kebenarannya. Allah SWT menurunkannya untuk dipedomani, bukan untuk dipertentangkan. Penguasaan akan ayat-ayat Allah oleh orang yang diajarkan al-Hikmah disebabkan karena Allah Azza wa Jalla berkehendak menjadi contoh bagi orang-orang beriman. Jika Maryam binti Imran telah diajarkan dengan al-Hikmah mengetahui bagaimana dia mendapatkan makanan, Allah Azza wa Jalla berkehendak demikian untuk menolongnya dari kelaparan.
Allah SWT berfirman,
“Maka Tuhannya menerimanya (sebagai nazar) dengan penerimaan yang baik, dan mendidiknya dengan pendidikan yang baik dan Allah menjadikan Zakaria pemeliharanya. Setiap Zakaria masuk untuk menemui Maryam di mihrab, ia dapati makanan di sisinya. Zakaria berkata: "Hai Maryam dari mana kamu memperoleh (makanan) ini?" Maryam menjawab: "Makanan itu dari sisi Allah". Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa hisab” (QS. Ali Imran:37).
Allah Azza wa Jalla memilih Maryam, juga yang lainnya, sebagaimana kehendak-Nya sangat niscaya. Dia adalah Tuhan Yang Memiliki kehendak-Nya sendiri. Bila terpilih di antara orang-orang beriman yang hidup saat ini, misalnya, tentu saja karena Allah Azza wa Jalla menghendaki-Nya.
Siapa yang dapat menghalangi kehendak-Nya? Tak seorang makhluk pun mampu. Jadi, kekuasaan Allah Azza wa Jalla mutlak ada-Nya. Siapa pun ketika terpilih, maka berjalanlah sebagaimana yang dikehendaki-Nya. Anda yakin atau tidak yakin, Allah Azza wa Jalla akan memperlihatkan bukti-bukti kekuasaan-Nya atas kehendak-Nya sendiri.
Tak ada yang dapat membantah atas apa yang sudah menjadi kehendak-Nya. Malaikat, manusia, jin dan semua makhluk-Nya baik di langit maupun di bumi, yang masih hidup maupun yang sudah berada di alam barzakh, semua tunduk. Jika ada di antara manusia dan jin yang tidak tunduk dan patuh, maka Allah Yang Maha Perkasa pasti mengalahkan musuh-musuh-Nya. Sekiranya anda mencoba membantah atas apa yang menjadi kehendak-Nya, pasti anda akan mendapati kesengsaraan. Bukan saja di dunia, juga di akhirat.
Keyakinan anda sangat mempengaruhi bagaimana anda sesungguhnya sebagai mu’min. Bila keyakinan anda hanya sebatas standar ('ilmu yaqin), maka anda pasti sulit memahami perkataan-perkataan semacam ini. Sulit karena anda belum menemukan rujukan-rujukan yang mendasarinya. Sebelum anda menemukannya, keyakinan anda tetap sebagaimana adanya. Bahkan ketika ada rujukan, baik di dalam hadits, al-Qur’an, Kitab-Kitab para ulama ternama sekali pun, sekiranya anda belum merendahkan diri akan kemahabesaran Allah, pasti sulit anda mudah untuk meyakininya.
Bagaimana bertambah keyakinan anda akan kekuasaan Allah dapat terwujud? Allah lah Yang Maha Bijaksana. Mustahil anda dengan mudah memahami perkataan-perkataan seperti yang sudah saya sampaikan terdahulu bila belum berharap akan petunjuk dari Dia Yang Maha Menunjuki hamba-hamba-Nya.
Sekiranya sebatas sebagai sebuah wacana, maka keinginan anda untuk mendekati-Nya hanya sebatas itu. Keseriusan atau kemauan anda untuk memperoleh petunjuk-Nya terletak pada keimanan anda saat ini. Bila anda meyakini apa pun yang disebut di dalam Al-Qur’an, sekali pun belum diketahui maknanya selain yang tersurat, maka itu dapat meningkatkan keimanan anda atas ayat-ayat Allah.
Anda jangan apriori setiap perkataan dari seseorang yang menyampaikan pesan-pesan yang masih sulit dijangkau oleh pengetahuan anda, selain memohonlah petunjuk kepada-Nya. Jika anda sungguh-sungguh, pasti Dia Yang Maha Mengetahui akan memberi anda petunjuk. Kebenaran mustahil dapat ditukar dengan kebohongan. Dia adalah Pemilik Kebenaran.
Maka apabila anda meragukan pernyataan-pernyataan yang sulit ditemukan dalam laci memori anda, segeralah laporkan kepada-Nya. Bersujudlah kepada-Nya dengan penuh kerendahan diri mengharap petunjuk-Nya. Sampaikanlah kepada-Nya di dalam sujud: “Duhai Allah Yang Maha Mengetahui. Diri-Mu adalah Zat Yang Maha Pengasih dan Penyayang. Kuadukan kepada-Mu tentang hal-hal yang membuat diriku tak memahaminya.Asma-Mu Agung dan terlalu agung untuk diseru. Bagiku mustahil akan mengetahui sesuatu pun sekiranya tanpa Engkau memberiku pengetahuan. Allah, Engkau Maha Suci, mustahil diri-Mu disebut-sebut oleh seseorang yang mengaku telah memperoleh petunjuk-Mu selain dirinya adalah yang Engkau kehendaki. Duhai Allah, aku memohon kepada-Mu petunjuk-Mu untuk mendapati kepastian. Amin.”
Insya Allah, sekiranya anda melakukan sujud dengan munajat seperti itu, maka anda akan dihampiri di dalam sebuah mimpi oleh seseorang yang mengenakan jubah putih berjenggot putih serta memegang butir-butir tasbih. Beliau akan menuntun anda menghadap ke kiblat dan memperlihatkan kebenaran-Nya. Anda akan menyaksikan ada seseorang yang sedang merindu di dalam solatnya. Allah Azza wa Jalla senantiasa disebut-sebut hingga anda terurai air mata.
Apa yang saya sampaikan bukanlah sebuah kepalsuan selain kepastian. Apakah anda akan melakukannya? Sekiranya anda masih belum siap melakukannya, maka bacalah di dalam hati asma-Nya: Ya Allah, sebanyak-banyaknya.
Tarik nafas anda sampai anda terasa ada yang menemui di dalam hati. Suara hati anda akan mengatakan: “Benar, dialah yang Allah kehendaki.” Teruskan sebutan asma-Nya itu (Ya Allah) di dalam hati tanpa henti dalam keadaan anda duduk, berdiri dan berbaring. Solat anda, jangan tertinggal. Allah Azza wa Jalla diseru dengan penuh khidmat tetapi solat diabaikan, maka sebuah kepalsuan. Lakukanlah sampai satu minggu, maka anda akan memperoleh keajaiban. Believe it or not, just for your own strength on the arrived messages.
Perkataan-perkataan saya sepertinya adalah pemikiran saya. Demi Allah, saya hanya meneruskan apa yang saya dapati dari pesan-pesan yang berada di dalam hati. Allah Maha Bijaksana telah memberi anugerah banyak karunia..
Atas seizin Dia Yang Maha Penyayang, kebisaan-kebisaan yang saya dapati adalah sebagai berikut:
- Diberi kemampuan mendengar suara hati sendiri maupun orang lain;
- Diberi kemampuan mengobati berbagai penyakit (lahir maupun batin);
- Diberi kemampuan menulis tentang apa pun terkait dengan keislaman;
- Diberi kemampuan pandai menirukan cara bicara orang-orang tertentu;
- Diberi kemampuan mengerti bahasa tanaman dan binatang;
- Diberi kemampuan mengetahui keberadaan makhluk-makhluk goib (malaikat yang mulia, jin dan iblis laknatullah ‘alaih);
- Diberi kemampuan mengenal kehadiran ruh suci beliau yang mulia Baginda Muhammad saaw dan para syuhada (Imam ‘Ali kw. beserta ahlul baitnya, para aulia Allah, kaum muttaqin);
- Diberi kemampuan memahami keadaan alam, diberi kemampuan mengetahui peristiwa yang akan terjadi;
- Diberi kemampuan mengenal arwah kaum mu’minin;
- Diberi kemampuan mengetahui manusia-manusia yang bersekutu;
- Diberi kemampuan mengetahui bahasa jin;
- Diberi kemampuan mengetahui bicara asing (geasadiawal) atau aliran semit;
- Diberi kemampuan pandai membuat hijib, diberi kemampuan menaklukkan jin;
- Diberi kemampuan bisa menerawang keadaan, diberi kemampuan bicara bahasa hati;
- Diberi kemampuan mengetahui serangan iblis laknatullah ‘alaih;
- Diberi kemampuan pandai menulis syair atau puisi;
- Diberi kemampuan pandai melukis goib, diberi kemampuan bisa mendamaikan perkelahian antar jin;
- Diberi kemampuan mengetahui daerah-daerah penghasil harta kekayaan yang bersumber dari alam;
- Diberi kemampuan dapat mengobati orang yang terkena penyakit yang tidak ada obatnya menurut keterangan dokter;
- Diberi kemampuan pandai akan sadar diri di tengah kerumunan orang.
- Diberi kemampuan pandai bergaya sesuai keadaan yang di hadapi;
- Diberi kemampuan menyerupakan diri di berbagai tempat untuk membantu kaum mu’min yang sedang mengikuti perjalanan menuju kepada-Nya (berwajah serupa denganku saat masih muda, juga kakek-kakek);
- Diberi kemampuan mengenal kepribadian seseorang;
- Diberi kemampuan menjalin kerja sama dengan ruh suci para aulia Allah di seluruh persada alam barzakh;
- Diberi kemampuan mengungsikan para jin dari suatu tempat ke tempat lain;
- Diberi kemampuan mengelabui musuh sehingga sulit dilihat;
- Diberi kemampuan dalam memaknai ayat-ayat Allah;
- Diberi kemampuan mengetahui setiap jalan yang ada perangkap setan;
- Diberi kemampuan berdialog dengan para wali Allah;
- Diberi kemampuan menyelesaikan masalah perseteruan suami istri;
- Diberi kemampuan membimbing para ahli hikmah;
- Diberi kemampuan menjelaskan persoalan yang sedang dihadapi seseorang;
- Diberi kemampuan menjelaskan perkara asal usul suatu peristiwa masa lampau;
- Diberi kemampuan mencabut pasangan guna-guna atau santet atau sihir dari tubuh manusia;
- Diberi kemampuan menggeser awan yang sudah mendung dari suatu wilayah ke wilayah lain;
- Diberi kemampuan meminta para jin muslim untuk membantu sepatutnya dalam penjagaan dari musuh-musuh Islam;
- Diberi kemampuan menghalau serangan para ahli syirik;
- Diberi kemampuan menembus alam keabadian;
- Diberi kemampuan mengobati jarak jauh lewat handphone (HP);
- Diberi kemampuan menggali peristiwa pencurian;
- Diberi kemampuan menghilangkan gangguan jin yang bersarang di dalam tubuh manusia;
- Diberi kemampuan menemukan penyebab penyakit yang diderita oleh seseorang;
- Diberi kemampuan menunjukkan calon pasangan (jodoh);
- Diberi kemampuan berkata-kata dalam penjelasan bahasa Al-Qur’an;
- Diberi kemampuan menjelaskan suatu perjalanan manusia menuju Allah;
- Diberi kemampuan mengupas bahasan hakikat peribadatan kepada Allah;
- Diberi kemampuan menunjukkan asma Allah untuk dijadikan dzikir khofi bagi masing-masing orang beriman;
- Diberi kemampuan menunjukkan jalan bagi orang-orang yang berharap perjumpaan dengan Allah;
- Diberi kemampuan mengetahui maqam (tingkat) keimanan seseorang;
- Diberi kemampuan berbuat sebagai mana yang dikehendaki Allah;
- Diizinkan mengetahui apa yang menjadi kehendak-Nya;
- Diberi kemampuan membuat do’a;
- Diberi kemampuan sebagai perantara dalam menyampaikan pesan-pesan kebenaran ayat-ayat Allah;
- Diberi kemampuan berbagai anugerah karunia yang lainnya yang tidak dimuat dalam tulisan ini.
Seluruhnya adalah pesan-pesan yang saya dapati dari dalam hati. Bukan keujuban saya untuk menuliskannya, selain saya biasa menulis dengan menyandarkan pesan-pesan yang menyuarakan dari dalam hati.
Seluruh tulisan saya pada blog-blog saya tak pernah menyandarkan kepada buku-buku sebagai referensi selain Al-Qur’an. Penjelasan-penjelasannya bersumber dari dalam hati. Sekiranya anda memiliki keyakinan yang kuat atas kebenaran ayat-ayat Allah tanpa mencoba manafsirkan dengan kecerdasan akal yang sangat terbatas, insya Allah anda memiliki kesempatan memperoleh anugerah yang banyak dari Allah.
Allah Azza wa Jalla berfirman:
“Allah menganugerahkan al-hikmah (kefahaman yang dalam tentang al-Qur'an dan as Sunnah) kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan barang siapa yang dianugerahi al hikmah itu, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah)” (QS. Al-Baqarah:269).
Ayat di atas mengajari orang-orang beriman untuk meyakini kebenaran firman-Nya. Bahwa benar Allah menganugerahkan al-Hikmah kepada siapa yang Dia kehendaki. Siapakah yang Dia kehendaki? Allah Azza wa Jalla menghendaki orang-orang berakal yang tunduk dan patuh kepada-Nya.
Kenapa Allah menunjuk kepada orang-orang berakal? Orang-orang berakal dapat mengkaji, memahami, mengetahui, menganalisa dan dapat menyimpulkan secara rasional akan kebenaran firman Allah yang dapat dibuktikan secara empiris.
Semua ciptaan-Nya merupakan tanda kebesaran-Nya. Akal diciptakan agar berpikir bagaimana ciptaan Allah terwujud di alam yang dapat dilihat oleh mata. Jika tampak dilihat oleh mata, maka sekiranya sudah berkeyakinan atas kebenaran firman Allah, apa pun yang diciptakan-Nya sekali pun tidak dapat dijangkau oleh penglihatan, maka seharusnya tetap dapat diyakini kebenaran-Nya.
Sekiranya orang-orang beriman tetap pada keyakinannya bahwa benar apa yang difirmankan oleh Allah itu, maka dia akan memperoleh anugerah dari Allah karunia. Allah menganugerahkan kepadanya al-Hikmah.
Allah Azza wa Jalla menganugerahkan al-Hikmah sepadan dengan tingkat keimanannya. Masing-masing mendapati al-Hikmah secara berbeda. Semuanya bergantung sesuai dengan kedudukannya di sisi Allah. Dalam istilah tasawuf, mereka bergantung tahap perjalanan yang sudah ditempuhnya.
Orang yang sudah mencapai takwa atau ma’rifatullah berbeda dengan yang masih dalam perjalanan menuju di jalan-Nya. Jalan-jalan Allah yang terbaik itu banyak, maka masing-masing akan mendapati al-Hikmah sesuai jalan yang ditempuhnya.
Al-Hikmah dianugerahkan kepada yang menempuh perjalanan menuju kepada-Nya untuk dijadikan sebagai petunjuk. Allah Azza wa Jalla membimbing sampai mendapati cahaya-Nya.
Al-Hikmah yang dianugerahkan kepada orang yang sudah mendapati cahaya-Nya, maka dia akan memperoleh karunia yang banyak. Dalam kedudukan sampai puncaknya ini, maka dia akan menjadi seorang hamba yang mulia di sisi-Nya. Allah rido kepada-Nya. Al-Qur’an pun rido menunjuki apa yang berada dari yang sesunguhnya di balik bacaan lahirnya Al-Qur’an menjadi petunjuk bagi orang-orang bertakwa.
2 komentar
Assalamualaikum Pak Ahmad,
Terima kasih atas artikel yg disampaikan... hal yg luar biasa bertarung dgn hati dan akal. insya Allah dgn hati yg tenang mampu menangkap pesan dalam artikel ini. Saat membaca, ada banyak kalimat-kalimat yg muncul dalam hati saya. Otak maupun akal saya mengkaji dan menelusuri sebagian perjalanan hidup yg sudah saya lalui. Terkadang muncul penolakan dalam akal saya namun hati saya selalu menjawabnya yg kemudian diterima akal saya sbg kebenaran karena saya meyakini Firman Allah adalah benar, dan itu berulang-ulang saya rasakan. Saya merindukan kajian-kajian seperti ini yg insya Allah kalau terus diterima oleh akal saya kelak hati dan akal saya akan bertemu dan menjadi bentuk amal ilahi. Mohon dipandu akal saya ini Pak dan saya ingin berguru dgn seseorang yg bisa menuntun saya ke jalan yg hakiki... saya jg bertanggung jawab thd keluarga dan org2 di sekitar saya. Saat ini jiwa saya kurang tenteram karena dipengaruhi akal saya yg tidak istiqomah menerima kebenaran hakiki utk saya amalkan... mohon saya dipandu, semoga seluruh isi alam semesta ini dan Allah SWT sang pencipta bisa menerima hati saya utk menyatu ke dalamnya... Wassalam,
Eddy
Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah! Dia lah Yang Menciptakan semua yang ada di langit, di bumi dan di antara keduanya!
Sebagai ajakan yang, insya Allah, berguna dalam kehidupan, saya memberikan sebuah renungan untuk anda, pak Eddy. "Saudaraku, kelak di alam keabadian, bukanlah hanya sebatas menunggu dibangkitkan semua yang berada di alam barzakh, selain akan mendapati apa yang sudah dijanjikan oleh Allah! Bagi orang-orang beriman akan adanya pembalasan Allah, maka keyakinan (iman) yang teguh terhadap kebenaran Allah dapat mengantarkan kepada sebuah kehidupan yang membahagiakan! Allah Azza wa Jalla akan memberi rezeki dari sisi-Nya ('inda robbihim yurzakun)!
Perjalanan (sabil) menuju kepada-Nya sangat panjang dan melelahkan. Hanya dengan niat yang tuluslah Allah Azza wa Jalla mengenali iman (keyakinan) anda. Dia Maha Mengetahui! Sekiranya perjalanan itu belum sampai pada puncaknya, Allah SWT akan membalasnya dengan kehidupan yang membahagiakan di sisi-Nya dengan rezeki (Ali Imron:169). Allah Azza wa Jalla bukan sama sekali mengedepankan kehendak-Nya tanpa menolong orang-orang yang memiliki keyakinan yang teguh ('ainul yaqin). Pasti adalah janji-Nya.
Allah Azza wa Jalla berjanji membimbing (orang-orang yang berakal cerdas tapi menghayati firman-firman-Nya) menuju kepada cahaya-Nya (an-Nuur:35)! Kecerdasan akal tanpa menghayati tak akan ada bimbingan-Nya. Percayalah! Dia membiarkan mereka terombang ambing di dalam keangkuhannya. Allah Maha Pencipta sangat mengetahui akal yang baik hati dengan akal yang mengakali.
Reguklah kedamaian air surgawi dalam jiwa yang menyeru kebesaran-Nya: Allah...Allah...Allah setiap tarikan nafas kita! Subhanallah pasti ada ketenangan di dalam jiwa!"
Takdirku di Tangan-Mu!
Sekiranya dinding hatiku begitu tebal karena dosa-dosaku, ya Robbi
Alangkah nistanya diriku.
Tanganku kotor, tetapi hatiku tak putus untuk menyebut asma-Mu Yang Mulia
Pantaskah Engkau kabulkan niatku untuk menemui-Mu?
Celakah diriku berharap tapi tak ada balasan kasih sayang-Mu!
Duhai Allah, itu akalku yang selalu salah bersikap terhadap-Mu.
Padahal, aku tahu Engkau Maha Pengasih dan Penyayang!
Mustahil bagi-Mu berbuat sebagaimana akalku!
Diri-Mu Mulia lagi Menyayangi orang-orang yang beriman akan kemahabesaran-Mu!
Dengan kasih sayang-Mu, aku tadahkan tanganku yang kotor,
lidahku yang lantang tapi lancang,
kakiku yang cenderung berjalan menuju kepada kedurhakaan,
mataku yang sulit memahami ada-Nya diri-Mu dalam penciptaan,
telingaku yang mendengar tapi sulit mengenali kebenaran,
tetapi hatiku berkata: Engkau adalah Tuhanku Yang Menciptakan diriku hidup dan terus hidup!
Hanya dengan itulah, duhai Allah, aku berharap Engkau membalasku dengan kebaikan-Mu. Jangan Engkau balas dengan keadilan-Mu! Mustahil, dengan keadilan-Mu, aku dapatkan dari sisi-Mu kebahagiaan!
Duhai Allah, Engkaulah sandaranku!
dalam genggaman tangan-Mu takdir atas diriku berada!
EmoticonEmoticon