Translate This Blog

31.1.11

Dua Ajal Manusia

Dua Ajal Manusia


Allah swt telah berfirman tentang dua ajal manusia:

“Dialah Yang menciptakan kamu dari tanah, sesudah itu ditentukannya ajal (kematianmu), dan ada lagi suatu ajal yang ditentukan (untuk berbangkit) yang ada pada sisi-Nya (yang Dia sendirilah mengetahuinya), kemudian kamu masih ragu-ragu (tentang berbangkit itu)” (QS. Al-An’am:2).

Kehidupan manusia sudah ditentukan ajalnya. Suatu ketika anda akan mengalaminya. Ajal pertama saat hidup di dunia, yaitu kematian. Kemudian saat anda berada di alam barzakh, yaitu ajal kebangkitan adanya saat hari dibangkitkan (Hari Kiamat). Kedua ajal ini pasti akan dialami oleh semua makhluk-Nya. Kapan Hari Kiamat itu terjadi? Hanya Dia Yang Maha Mengetahuinya.

Perumpamaan yang dapat digambarkan adalah kemana pun manusia berlari, maka dia tak dapat menghindar dari adanya kematian dan Hari Kiamat. Itulah yang dimaksud dengan 2 (dua) ajal yang akan dihadapi oleh manusia.

Kedua ajal yang sudah ditentukan waktunya ini, secara pengakuan keyakinan sulit dibuktikan kecuali mengalaminya sendiri. Tetapi, keyakinan tidak selalu harus dibuktikan secara empiris. Dari kedua ajal tersebut, kematian menjadi bukti yang dapat disaksikan oleh manusia. Tidak ada seorang manusia pun yang dapat menghindar dari kematian.

Ada sebuah berita di dalam Al-Qur’an yang menyangsikan kemampuan Allah dapat mematikan lalu menghidupkan kembali sebuah negeri yang sudah hancur. Allah memperlihatkan kematian dan sekaligus kehidupan sesudah matinya. Allah SWT berfirman,

“Atau apakah (kamu tidak memperhatikan) orang yang melalui suatu negeri yang (temboknya) telah roboh menutupi atapnya. Dia berkata: "Bagaimana Allah menghidupkan kembali negeri ini setelah hancur?" Maka Allah mematikan orang itu seratus tahun, kemudian menghidupkannya kembali. Allah bertanya: "Berapa lama kamu tinggal di sini?" Ia menjawab: "Saya telah tinggal di sini sehari atau setengah hari". Allah berfirman: "Sebenarnya kamu telah tinggal di sini seratus tahun lamanya; lihatlah kepada makanan dan minumanmu yang belum lagi berobah; dan lihatlah kepada keledai kamu (yang telah menjadi tulang belulang); Kami akan menjadikan kamu tanda kekuasaan Kami bagi manusia; dan lihatlah kepada tulang belulang keledai itu, kemudian Kami menyusunnya kembali, kemudian Kami membalutnya dengan daging". Maka tatkala telah nyata kepadanya (bagaimana Allah menghidupkan yang telah mati) dia pun berkata: "Saya yakin bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu" (QS. Al-Baqarah: 259).

Allah Azza wa Jalla adalah Tuhan Yang menghidupkan dan mematikan manusia. Bagaimana pun kekuatan yang dimiliki manusia tak akan dapat berlari dari kematian. Anda pasti mengakui sekaligus menerima bahwa kematian pasti terjadi sebagaimana telah difirmankan oleh Allah di dalam Al-Qur’an. Adakah keraguan yang menyelimuti jiwa manusia atas ketetapan Allah ini?

Allah Azza wa Jalla setiap akan mematikan manusia, Dia pasti akan menunjukkan tanda-tanda adanya ajal yang menghampirinya. Kepada manusia yang akan menemui kematian, ajal akan menemui satu lapis dari awan yang berada di alam dunia. Pada saat manusia tersebut melihat awan, diseru oleh ajalnya. “Allah SWT adalah Tuhan Yang pasti ketetapan-Nya. Kamu akan kami ambil dari kehidupan di dunia! Kembalilah kepada Tuhanmu Yang telah menciptakanmu.” Ajal akan menghampiri sesudah manusia tersebut dalam keadaan tidak sadar.

Anda sulit untuk menerima pernyataan saya ini. Bagaimana mungkin pernyataan tersebut dapat dibenarkan? Allah Azza wa Jalla, sekali lagi, adalah Tuhan Yang Maha Pencipta. Bagi-Nya sangat mudah untuk menjadikan apa pun sebagaimana kehendak-Nya. Bila Allah berkehendak, Dia hanya berkata “Jadilah,” maka terjadilah. Tingkat keyakinan sangat berpengaruh terhadap kemungkinan anda diterima oleh Allah sebagai hamba-Nya.

Bagaimana saya mengetahui tentang pernyataan ajal? Percaya sesungguhnya berbeda dengan yakin. Percaya adalah adanya penerimaan menurut cara akal mengetahui tanpa melihat apakah yang dibaca atau didengar itu dapat dipahami, sehingga pengakuan apa yang dipercayainya berbekas di hati. Sedangkan yakin lebih dari sekedar percaya. Yakin adalah pengakuan akan kebenaran tanpa ada keraguan sedikit pun, sampai terdengar ada suara di dalam hati.

Silakan baca: Suara Hati

Dengan keyakinan itulah saya menyandarkan kepada apa pun yang disuarakan di dalam hati. Hati yang senantiasa mengagungkan Allah Azza wa Jalla sebagai Yang Maha Memberi Pemahaman terhadap apa yang tidak saya ketahui. Demikian yakinnya (haqqul yaqin), maka Allah SWT Maha Mendengarkan pengakuan diri hamba-Nya yang mengharap akan kebenaran-Nya. Belajar meyakini apa pun yang disuarakan di hati sangat berfaedah atas setiap hal yang sulit dijangkau oleh akal. Hati atau ruh yang diciptakan untuk tunduk dan patuh hanya menyembah kepada-Nya akan mengabarkan berita-berita dari Dia Yang Maha Pencipta.

Menyandarkan kepada hati dapat menenangkan jiwa. Jiwa sebenarnya adalah diri kita yang sejati. Manusia adalah makhluk yang diciptakan oleh Allah dalam keadaan tidak hanya dengan jasadnya semata, juga dengan ruh. Jasad atau fisik manusia meliputi organ-organ yang mudah dikenali dan dapat dipelajari sebagai bukti akan kemahabesaran-Nya. Dia lah Yang Maha Menguasai diri-diri manusia yang diciptakan-Nya, sangat Mengetahui apa yang ada di dalam jasad atau fisik manusia.

Akan tetapi, Allah Azza wa Jalla juga mengetahui yang goib, karena Dia Maha Goib. Allah SWT menjadikan manusia dengan ruh-Nya yang diciptakan-Nya agar mengenal siapa Tuhannya. Maka ketika ruh anda tidak dibiarkan, anda akan mengenal kelak bagaimanakah Dia Allah Yang Maha Pencipta.

Memberdayakan hati anda dengan mengingat asma-Nya adalah menjadikan ruh anda mengenal Tuhan-Nya. Jiwa anda tak memungkiri bahwa Dia adalah Allah. Dia Menciptakan ruh di dalam diri manusia sengaja untuk mengetahui siapakah Allah itu? Dia lah Tuhan semua makhluk-Nya, di langit, di bumi dan di antara keduanya. Sebagaimana anda merasakan ada suara yang mengabarkan kebenaran di dalam hati, seperti itulah diri anda dapat mengenal-Nya. Maksudnya? Kebenaran itu milik Allah. Sekiranya ada pesan-pesan kebenaran yang disuarakan dari dalam hati, jiwa anda akan membenarkan. Bahwa benar ada-Nya di dalam pesan-pesan itu. Dia bersama pesan-pesan kebenaran yang anda terima dari dalam hati.

Allah Azza wa Jalla berada di dalam pesan-Nya? Rahmat Allah dicurahkan kepada hamba-hamba-Nya yang bertakwa dengan pesan-pesan petunjuk. Bagaimana bahwa pesan-pesan itu adalah Dia Yang Menyuarakan pesan-pesan kebenaran itu sendiri di dalam hati? Inilah akal tak mampu menjangkau-Nya.

Bila akal tak mampu memahami bahasa hati, bukanlah akal tidak ingin mengetahui-Nya. Hanya saja, akal memang diciptakan untuk merenung. Benarkah bahwa Allah Azza wa Jalla mengubah akal menjadi tidak berdaya ketika hati menjadi imam dalam diri?
Allah Azza wa Jalla mengubah akal bukan untuk melemahkan pemahaman. Akal justru bertambah yakin akan kebenaran. Saat akal belum pernah diajak untuk bertafakur, selalu saja akal berpikir sebagaimana adanya. Akan tetapi, ketika akal diajak untuk merenungkan apa yang menjadi tanda-tanda kebesaran Allah, akal mulai menyadari betapa tidak ada apa-apanya sekiranya Allah Azza wa Jalla meminta untuk menjelaskan apa yang sesungguhnya dari semua yang terbentang luas di dunia ini.

Akal seharusnya berpadu dengan hati. Dengan akal menerima apa yang disampaikan oleh hati, maka akal tidak semau-maunya menuruti keinginan yang tak berbaik hati. Pikiran jahat dan kotor adalah adanya ketidakmampuan akal memahami nilai-nilai kebenaran untuk diikuti. Pikiran adalah produk akal, bukan produk hati.

Jadi, akal tidak menghasilkan kebenaran, selain mendapati kebenaran berdasarkan pemahamannya dari tinjauan kepustakaan atau bukti-bukti nyata (konkret). Tugasnya adalah untuk berpikir membuktikan kebenaran apa yang dapat ditangkap oleh panca indera. Benarkah bahwa Allah itu ada, misalnya, menuntut akal untuk mencari tahu berdasarkan kemampuannya dari penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan dan pengecapan (rasa). Akal yang tidak cerdas mengalami kesusahan bila diberi tugas untuk melakukan hal seperti itu. Akal sangat terbatas. Pemahaman setiap orang berbeda-beda. Semua orang memiliki kemampuan intelegensinya secara berbeda-beda.

Berbeda dengan akal, hati sesungguhnya sudah dipersiapkan oleh Allah Azza wa Jalla menjadi indera (di luar yang lahir) untuk menerima kebenaran. Bersamaan dengannya ada pesan-pesan kebenaran! Jadi, hati merupakan wadah tersimpannya nilai-nilai kebenaran. Bagaimana kebenaran itu dapat anda ketahui adalah bagaimana anda mampu ‘membuka’-nya. Sekiranya anda dianugerahui oleh Allah kasyaf, anda dapat melihat dan mendengarkan kebenaran itu. Inilah hati yang sudah diperkenankan oleh Allah Azza wa Jalla mengetahui kebenaran-Nya. Posisi anda sendiri? Anda yang sebenarnya ada bersama hati itu, yang bersamaan dengan-Nya, anda diajarkan oleh Allah mengenal diri-Nya.

Akal, sekali lagi, akan menemukan kesulitan bila hati tidak berdzikir kepada-Nya. Hati yang berdzikir kepada-Nya akan beroleh ketenangan/ Jika hati anda tenteram dan tenang, tidak gelisah dan semrawut, maka akal anda dapat menangkap dengan santai dan menyejukkan. Ini adalah janji-Nya.. Allah SWT berfirman,

“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram” (QS. ar-Ra’du:28).


Derajat Keyakinan

Pelajaran yang seharusnya dapat dipetik dari apa yang saya sampaikan dalam beberapa tulisan adalah Allah Azza wa Jalla adalah Tuhan Yang Maha Kuasa. Dengan kekuasaan-Nya, Dia dapat berbuat sebagaimana kehendak-Nya berbuat. Jika Allah Azza wa Jalla berbuat untuk berkehendak memberi pengetahuan kepada hamba-Nya karena tingkat keyakinannya, maka bukan mustahil dapat terjadi. Akan tetapi, kebanyakan manusia tidak menyadari.

Buah dapat dipetik dengan menyenangkan bagaimana penanam memeliharanya. Jika si pemilik kebun tidak pernah memperhatikan tanamannya, maka bukan mustahil tanamannya akan mati. Sekiranya manusia sudah beriman kepada-Nya, tetapi tidak pernah memperhatikan bagaimana keimanannya, bukan mustahil keimanan (keyakinan)-nya mengalami suasana jiwa yang tidak pernah merasa yakin atas apa yang sesungguhnya terjadi sebagai tanda-tanda kebesaran Allah.

Derajat keyakinan seseorang akan kebenaran Allah Azza wa Jalla ditentukan oleh pengetahuan akan kebenaran itu sendiri. Sedangkan pengetahuan itu sendiri bersumber dari Allah Yang Maha Mengetahui. Maka, ketika seseorang sudah mulai beriman kepada Allah, jangan meragukan lagi atas apa yang menjadi keimanannya. Sebaliknya, dia harus sungguh-sungguh diyakini. Maknanya adalah apabila kita menjadi mu’min, maka bersyukurlah. Bersyukur adalah wujud terima kasih atas segala pemberian Allah yang dianugerahkan kepada kita. Menjadi mu’min bukanlah karena keakuan manusia, melainkan karena Dia lah Yang Maha Penyayang.

Anda tidak dapat mengaku menjadi beriman karena diri anda sendiri. Allah lah Yang Memberi keimanan kepada jiwa anda akan kebenaran-Nya. Sekali pun hasil upaya anda sendiri berdasarkan kemampuan akal untuk menemukannya. Akan tetapi, rido Allah Azza wa Jalla memiliki keutamaan dibandingkan kemampuan anda untuk menemukannya. Bila Dia tidak rido, mustahil anda memperoleh keimanan akan kebenaran-Nya. Jadi, antara usaha anda untuk mendapati nilai-nilai keimanan di dalam jiwa, di satu sisi, dengan rido Allah SWT atas upaya anda, di sisi yang lain, bersamaan dalam satu ketentuan-Nya.

Ketentuan-ketentuan Allah Azza wa Jalla mengikat semua makhluk-Nya di dalam kekuasaan Allah. Manusia tidak memiliki kekuasaan apabila tidak ditolong oleh Allah. Ini adalah ketentuan-Nya! Jadi, ketika anda bisa berbuat atas segala hal bukanlah semata-mata karena anda mampu, melainkan karena Allah Azza wa Jalla telah menolong anda.

Ini adalah derajat keyakinan manusia akan kekuasaan Allah..Derajat yang mengajak anda untuk mengakui akan kekuasaan Allah atas segala ciptaan-Nya. Dalam hal anda memiliki kemampuan untuk berbuat sebagaimana anda berbuat, sesungguhnya adalah kekuasaan Allah menetapkan atas anda dapat berbuat.

Derajat keyakinan ini merupakan derajat pertama ketika anda sudah yakin akan ada-Nya Allah Azza wa Jalla sebagai Tuhan Yang Maha Pencipta dan diakui sebagai “Tidak ada Tuhan kecuali Allah.” Keimanan anda akan kebenaran-Nya merupakan derajat keyakinan kedua.

Keyakinan akan kebenaran apa yang difirmankan oleh Allah mendudukkan orang-orang beriman meyakini sepenuhnya tanpa ada keraguan. Anda sekiranya sudah beriman atas firman-Nya, maka apakah anda sudah dianugerahi al-Hikmah atau belum, anda sepatutnya tidak boleh meragukan-Nya! Apa pun yang anda dapati sebatas tahu berdasarkan apa yang tampak dari bacaan lahir (dan terjemahannya bila anda belum menguasai bahasa Arab), jangan ada keraguan sedikit pun.

Derajat keyakinan selanjutnya, ketiga, adalah keyakinan akan kehendak-Nya. Allah Maha Berkehendak. Apa pun yang dikehendaki Allah pasti terjadi! Mustahil segala sesuatu dapat terjadi tanpa adanya kehendak Allah! Apa pun yang anda ketahui dari penglihatan anda dalam penciptaan langit dan bumi sesungguhnya merupakan kehendak Allah atas diri-Nya sebagai Tuhan Yang Maha Pencipta.

Bila mendapati seseorang mengetahui di luar kemampuan akal (supra natural), itu pasti karena kehendak-Nya. Termasuk kecerdasan orang-orang yang mampu menciptakan perangkat teknologi. Semua dapat terjadi karena kehendak-Nya. Anda cerdas, tetapi tidak dikehendaki Allah, mustahil anda dapat berbuat dengan kecerdasan anda! Mengapa terjadi seperti itu? Allah Azza wa Jalla Maha Menguasai atas semua ciptaan-Nya, maka bagaimana ciptaan-Nya dapat berbuat karena Allah berkehendak demikian!

Pemahaman kehendak semacam ini adalah pemahaman yang berlaku secara umum. Secara khusus, Allah Azza wa Jalla memiliki kehendak-Nya sendiri yang tidak diketahui oleh pemahaman orang-orang beriman pada umumnya, kecuali atas seizin-Nya. Misalnya, apabila anda dianugerahi oleh Allah atas kehendak-Nya memahami bagaimana Allah Azza wa Jalla berkehendak, maka pengetahuan anda akan kehendak Allah Azza wa Jalla hanya dikehendaki oleh Allah sendiri sebagaimana Allah berkehendak. Pengetahuan anda tentang kehendak Allah merupakan kekecualian atas seizin-Nya.

Pengetahuan mengenai tingkat-tingkat keyakinan sangat penting dalam mengenali perbuatan Allah atas seluruh makhluk-Nya! Allah Azza wa Jalla Dapat Berbuat sebagaimana Dia berbuat. Akan tetapi, bagaimana mengetahui bahwa Allah Azza wa Jalla memang telah berbuat? Inilah yang tidak dapat dipahami oleh kecerdasan akal, melainkan hanya dapat diketahui oleh kebijaksanaan-Nya.

Kebijaksanaan Allah merupakan ketetapan-Nya! Tak ada seorang makhluk pun dapat memahami-Nya! Manusia hanya mengetahui sesudah memperoleh kebijaksanaan-Nya! Al-Hikmah, inilah sebutan bagi orang-orang yang memperoleh kebijaksanaan-Nya! Maka, apabila anda memperoleh al-Hikmah, anda telah dianugerahi karunia yang banyak. Dengan anugerah karunia yang banyak inilah, anda banyak mengetahui atas segala sesuatu yang tidak dapat dijangkau oleh akal.

Baca: Al-Quran Penuh Al-Hikmah

Dengan al-Hikmah itulah saya diberi kemampuan oleh Allah pemahaman al-Qur’an. Padahal, saya bukan seorang mufasir. Saya juga tidak menguasai bahasa Arab. Pengetahuan hadits sama sekali tidak memilikinya, kecuali sebatas membaca dari kitab-kitab hadits yang sempat dibaca. Akan tetapi, pengetahuan saya keluar bersamaan pemahaman akan adanya pesan-pesan yang diberitakan dari dalam hati. Seluruhnya (tulisan-tulisan saya) bukan produk pemikiran, selain meluncur begitu saja dari dalam hati.

Kecerdasan hati berbeda dengan kecerdasan otak. Otak manusia meliputi ribuan sel-sel saraf yang menampung kemampuan untuk menerima, menyimpan dan mengeluarkan informasi dari dalam sebuah penampung. Setiap informasi yang sudah terprogram secara otomatis meluncur sejalan dengan lempeng otak (pusat pengetahuan) mencernanya berdasarkan ketentuan-ketentuan yang sudah dipatenkan oleh Allah. Lempeng otak (pusat pengetahuan) menerima sinyal informasi yang masuk ke dalamnya akan direspon dengan kapasitas otak. Kepadatan informasi menjadikan pusat pengetahuan akan kehilangan daya pencernaan apabila tidak ada sel-sel saraf yang sangat brilian mengelolanya. Bila di dalam lempeng pengetahuan tidak ada sel-sel saraf brilian, maka anda akan mendapati otak manusia biasa-biasa saja. Anda pasti sulit menerima penjelasan saya tentang keberadaan otak manusia. Saya bukanlah seorang doktor saraf. Allah Maha Pencipta memberitakan kepada saya menjelaskan tentang hal ini. Allah Maha Kuasa untuk menjadikan seseorang mengetahui mengenai sesuatu yang tidak dipelajarinya.

Sedangkan hati tidak diciptakan seperti otak. Akal, yang merupakan penyebutan atas sistem kerja otak, memerlukan daya-daya. Pintar akalnya sejalan dengan daya akal memahaminya. Hati tidak begitu. Hati, sebagai bagian dari keberadaan manusia yang tak berwujud lahir tapi ada, hanya menampung berita-berita untuk disampaikan. Tanpa proses panjang seperti otak. Pesan-pesan kebenaran yang tersimpan berasal dari cahaya Allah. Allah memberikan perumpamaan cahaya-Nya di dalam surat An-Nuur ayat 35:

“Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang banyak berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat (nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

Bila Al-Qur’an memberi perumpaan cahaya-Nya seperti itu, bagaimana cahaya itu berada di dalam hati (ruh)? Pasti sangat terang. Tidak ada kegelapan. Allah Azza wa Jalla memberi cahaya kepada hati, yang dengannya hati dapat melihat dan mengetahui ada berita-berita yang disuarakan dan divisualisasikan. Maka, orang yang sudah mendapati cahaya Allah tidak pernah merasa pusing memikirkan.

Cahaya itu menerangi hatinya memperkenalkan dan menjelaskan tentang segala sesuatu sebagaimana yang dikehendaki Allah! Cahaya Allah yang berada di hati para nabi berbeda dengan rasul Allah saaw. Begitu juga cahaya Allah yang berada pada nabi-nabi-Nya berbeda dengan para wali-Nya. Cahaya Allah yang berada di hati para wali-Nya juga berbeda-beda sesuai maqam di sisi Allah. Cahaya Allah yang berada di hati wali-wali-Nya juga sangat berbeda dengan orang-orang bertakwa (ma’rifatillah).

Manusia yang menyandarkan kepada kekuasaan Allah, membenarkan firman-Nya dan meyakini akan kehendak-Nya memiliki keyakinan kuat (haqqul yaqin). Allah Azza wa Jalla menganugerahi karunia yang banyak.


Kiamat

Ajal kedua adalah Hari Kebangkitan. Allah Azza wa Jalla telah menetapkan tentang Hari Kiamat! Anda dan siapa pun tidak akan pernah mengetahui kapan waktunya tiba! Anda hanya mengetahui gambarannya sebagaimana disebutkan di dalam al-Qur’an! Lihat surat al-Qamar:1; al-Waqiah:3-6; al-Haqqah:16-17; al-Qiyaamah:7-10; an-Naazi’aat:35-36; al-Qaari’ah:4-5. Seperti itulah kejadian pada hari itu!

Adakah yang masih meragukan akan datangnya Hari Kiamat? Penting untuk dicatat bahwa Allah Azza wa Jalla tidak bermain-main dalam penetapan terjadinya Hari Kiamat. Pasti adalah janji-Nya. Bukan untuk menakut-nakuti tanpa beralasan. Andai anda hidup sampai Kiamat datang, maka apa yang akan anda perbuat? Pasti tak ada yang dapat diperbuat, selain ketakutan. Ketetapan Allah akan datangnya Hari Kiamat untuk mengingatkan! Pasca kehidupan sesudah Kiamat ditentukan oleh amal-amal anda saat di dunia.

Ajal kedua ini tidak dapat diramalkan waktunya. Hanya Allah Yang Maha Mengetahui. Peringatan untuk orang-orang beriman bukan dimaksudkan sebagai perubahan suasana jiwa yang dialami setiap saat, melainkan agar tetap terjaganya keimanan kepada Allah SWT.

Allah Azza wa Jalla sangat menghendaki kepada orang-orang beriman agar memanfaatkan waktu yang tersisa dalam kehidupan di dunia. Sebelum ajal kedua tiba, pasti ajal pertama tidak dapat terhindar! Kematian adalah awal kehidupan baru di alam keabadian sebelum Allah menghidupkan untuk kedua kalinya dalam wujud sebagaimana kompletnya seorang manusia!

Saat berada di alam barzakh, kehidupan dalam keadaan yang sangat berbeda dengan keadaan di dunia. Allah Azza wa Jalla mengalihkan ruh yang bersama jasad manusia ke alam keabadian tahap pertama (barzakh) menunggu ajal kedua (kebangkitan) tiba.

Sepanjang waktu untuk menunggu itu, Allah SWT memberi kehidupan ruh sesuai amal-amalnya di dunia dalam wujudnya yang sangat halus. Perbedaan dengan jin sebagai makhluk halus, ruh lebih memiliki karakternya yang tidak serupa dengan makhluk halus. Ruh sangat halus. Anda dapat memahami mengapa ruh dibedakan dengan makhluk halus (goib).

Jin itu belum memasuki alam keabadian. Mereka masih berada di alam syahadah. Apabila anda mendapati ruh tetapi anda belum tahu jin, maka anda harus tanggap bahwa itu penampakkan (serupaan) jin. Ruh hanya dapat dilihat oleh mata hati kita yang senantiasa berdzikir kepada Allah lagi secara terus menerus tunduk dan patuh kepada-Nya.

Perbedaan ini agar manusia jangan terjebak oleh cara iblis mengelabui manusia. Jeratan iblis mengajak manusia untuk menyekutukan Allah. Karena itu, pelatihan dzikir di hati harus segera dilaksanakan agar tidak dikuasai oleh mereka. Allah Azza wa Jalla menciptakan jin dalam wujudnya yang halus dan sulit untuk dilihat oleh penglihatan mata (lahir). Hanya dengan karunia Allah, manusia dapat melihatnya melalui pandangan mata hati.

Bagaimana dengan mata lahir? Mata lahir adalah mata yang sangat terbatas jangkauannya. Mustahil anda dapat melihat jin dengan mata terbuka. Mata hati diciptakan oleh Allah untuk memandang segala sesuatu di wilayah goib! Akan tetapi, bila hati yang tak pernah mengingat Allah, maka matanya (hati) tidak akan peka memandanganya. Bila ada kasus seseorang ‘dapat’ melihat jin, hal itu disebut sebagai penghampiran. Maksudnya adalah Allah Azza wa Jalla berkehendak menunjukkan kepadanya tentang adanya kehidupan di alam goib. Anda juga sangat memungkinkan diperlihatkan bila Allah SWT berkehendak memperlihatkan kepada anda!

Beriman kepada yang goib bukan berarti bersahabat dengan makhluk goib. Akan tetapi, Allah Yang Maha Goib mengajak kepada orang-orang beriman agar meyakini adanya kehidupan di balik yang nampak kelihatan oleh mata lahir. Dengan begitu, orang-orang beriman bertambah yakin bahwa Hari Kemudian memang benar-benar ada. Kesalahan manusia dalam mengimani kepada yang goib adalah memburu makhluk goib. Bermodalkan amalan-amalan yang ada, sekali pun menyesatkan, manusia merasa bangga dapat ‘melihat’ jin. Bahkan, ada di antara mereka menjadikan jin sebagai mitra untuk mencelakakan orang. Naudzu billahi min dzalik. Perbuatan ini jelas bertentangan dengan syari’ah.

Anda boleh saja mengetahui jin, tetapi bukan menjadikannya sebagai yang dapat memenuhi keinginan anda! Inilah iblis menipu daya manusia. Jin Muslim bukanlah makhluk yang dapat diajak untuk berbuat maksiat, kecuali jin yang kafir. Pengetahuan anda tentang jin masih belum memadai! Jika dalam kondisi seperti itu, sebaiknya dihindari. Saya pernah mengalami dalam perjalanan menuju kepada-Nya ditawari oleh Ifrit dapat mengundang angin. Ifrit berupaya menunjukkan kepada saya datangnya angin bila saya meminta bantuan kepadanya. Saya saat itu berupaya untuk memohon perlindungan kepada Allah agar tidak terjebak. Allahu Akbar, saya diselamatkan. Jika Allah Yang Maha Penyayang membiarkan saya, pasti Ifrit bergembira.

Keyakinan adanya yang goib tetap harus terjaga. Iman kepada Yang Maha Goib harus lebih ditingkatkan. Peribadatan anda bila belum benar-benar meyakini bahwa Allah Maha Mengetahui apa yang sedang diperbuat oleh anda, sebaiknya untuk dievaluasi. Evaluasi merupakan suatu upaya anda untuk mengetahui perkembangan keimanan anda. Bila hari ini berbeda dengan hari kemarin, anda segera bermohon kepada Allah agar dapat menjadi lebih baik untuk hari-hari selanjutnya. Hal semacam ini harus dilakukan setiap waktu agar tetap terjaga keimanan anda. Bila hal semacam ini menjadi amalan rutin anda dalam menghadap kepada Allah Azza wa Jalla, maka insya Allah, Dia akan menurunkan pertolongan kepada anda.
NEXT ARTICLE Next Post
PREVIOUS ARTICLE Previous Post

1 komentar:

avatar

Wa 'alaikum salam ww

Subhanallah walhamdulillah wa la ilaha illallahu wa Allahu akbar wa lillahilhamdu.

Syukurlah jika telah sampai kepada keyakinan seperti itu. Adalah karunia yang telah Allah curahkan kepada Anda.

Salam,

Ahmad


EmoticonEmoticon

Post a Comment

NEXT ARTICLE Next Post
PREVIOUS ARTICLE Previous Post
 

Delivered by FeedBurner