Adakah kunci yang dapat diraih sehingga Allah mencurahkan kasih sayang-Nya? Ada sudah pasti. Allah swt adalah Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Dengan asma-Nya itulah Dia menunjukkan bagaimana seorang mukmin dapat meraih kunci-Nya. Al-Quran telah menegaskan akan ada-Nya Allah sebagai Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang pada surat Al-Fatihah ayat 1
“Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang”
Ada-Nya pada asma-Nya Ada Dia di dalam nama Allah. Gerangan adakah yang dapat memahami-Nya? Aduhai bagaimana akal dapat mengenali-Nya? Kata tanya yang sedemikian indah manakah yang sering digunakan selain di dalam Al-Quran? Bismillah. Begitulah Allah mengenalkan kepada Rasul-Nya saw. Apa yang dikandung di dalam kata-kata tersebut? Ada tiga kata yang dikenali dalam mengucap Bismillah, yaitu bi – ismi – Allah. Allah swt memperkenalkan Diri-Nya.
Ada Allah di dalam asma-Nya. Ada-Nya di dalam nama Allah. Ada Dia saat asma-Nya disebut. Siapakah Dia? Dia adalah Allah. Bi adalah kata depan, bukan kata kerja. Ketika diawali kata Dengan (Bi), maka ada yang menyertai-Nya. Dalam Bismillah, yang menyertai-Nya adalah asma Allah. Asma Allah disebut di dalam Al-Quran dengan Asmaul Husna (Nama-nama Yang Paling Baik)
“Katakanlah: "Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman Dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai al asmaaulhusna (nama-nama yang terbaik) dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara kedua itu" (QS. Al-Israa : 110)
Asma-Nya disebut asmaul husna karena Dia Maha Baik. Maka, apabila seorang mukmin menyebut asma Allah, artinya dia sedang mengenali ‘Jati Diri’ Dia Yang Maha Baik Allah Swt mengenalkan Diri-Nya dengan memperlihatkan bahwa Dia memiliki banyak nama (asma), di dalamnya terdapat 99 (sembilah puluh Sembilan).
Allah Swt mengajarkan kepada Rasul-Nya saw agar diawali dengan membaca Bismillaahirrohmaanirrohiim sebelum melakukan suatu pekerjaan (perbuatan) Bacaan tersebut dimaksudkan untuk menjadikan yang membacanya mengenal, mengetahui dan menghayati makna yang dikandung dari bacaan tersebut. Bahwa Allah adalah Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Jadi, ketika seorang mukmin membaca Bismillaahirrohmaanirrohiim, dia akan segera mengenal siapa sesungguhnya Allah itu? Dia adalah Ar-Rohman, Tuhan Yang Maha Pengasih dan Dia juga Ar-Rohim, Tuhan Yang Maha Penyayang. Dengan begitu, seorang mukmin sepatutnya segera mengetahuinya. Sekiranya telah mengetahui bahwa Allah adalah Ar-Rohman dan Ar-Rohim, yang seharusnya kemudian dilakukan adalah menghayati mengapa Allah memperkenalkan bahwa Dia adalah Ar-Rohman juga Ar-Rohim.
Kunci Kasih Sayang Allah
Kerapkali seorang mukmin tidak menyadari dengan sepenuh hati mengenal, mengetahui dan mengahayati setiap menyebut asma Allah di saat mengeja (membaca bacaan) ayat-ayat Allah! Adalah sungguh sangat berarti apabila seorang mukmin mengenal, mengetahui dan menghayati asma Allah. Sebab di situlah kunci-Nya. Kunci Kasih Sayang Allah.
Siapa pun kaum mukmin yang telah memperoleh kunci kasih sayang Allah, maka dia akan dapat membuka tabir yang menghalanginya. Saya mengatakan demikian karena Alhamdulillah Allah akhirnya berkenan menunjukkan Rahasia-Nya agar disampaikan kepada segenap kaum mukmin.
Beberapa alasan yang dapat disebutkan di sini terkait dengan itu adalah:
1. Allah Swt adalah Zat Tuhan Yang tiada Dia kecuali Diri-Nya. Di dalam Dia ada Kekuatan Yang Maha Bijaksana. Zat Tunggal akan Dia Yang Mahaesa menafikan seluruh kekuatan lain selain Diri-Nya. Karena itu, setiap makhluk-Nya sudah sepatutnya mengenal dan mengetahui-Nya.
2. Allah Swt bukan sebagaimana makhluk-Nya. Maka, sebutan untuk Diri-Nya tidak sama dengan sebutan untuk makhluk-Nya. Dia lah Allah Yang Maha Luas ilmu-Nya. Satu asma-Nya disebut dapat diperoleh keluasan makna-Nya apabila dipelajari oleh akal manusia, makhluk ciptaan-Nya. Begitu sulit akal dapat memahami keluasan ilmu-Nya, yang sekiranya lautan dijadikan tinta untuk menulis ilmu-Nya, maka habislah lautan itu sebelum habis ditulis ilmu-Nya bahkan sekalipun didatangkan lagi sebanyak lautan tersebut.
3. Jika telah mengenal dan mengetahui asma-Nya, maka seorang mukmin tetap takkan mungkin mencapai ilmu-Nya sekiranya tiada kesungguhan menghayati kebesaran asma-Nya. Asma-Nya ditulis dan dibaca bukan tanpa tujuan selain bahwa Dia memiliki asma Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Satu asma-Nya diucapkan, maka ada banyak kekuatan yang berada di dalam-Nya. Sekiranya setiap mukmin menghayati-Nya, maka akan bergetarlah jiwanya, juga jasadnya. Akan tetapi, Allah Maha Bijaksana tidak akan menjadikan mukmin yang telah menghayatinya jatuh pingsan tidak sadarkan diri. Allah swt akan membimbingnya dengan perantaraan yang telah ditetapkan di dalam kekuasaan-Nya.
4. Penghayatan akan asma-Nya menunjukkan kesungguhan makhluk-Nya untuk mendekatkan dirinya kepada Dia Yang Maha Mulia di dalam keluasan ilmu-Nya. Maka, sekiranya seorang mukmin bersungguh-sungguh, Dia akan menunjuki jalan yang dapat mengantarkan kepada kemahabijaksanaan-Nya dengan diturunkan Pertolongan-Nya ke dalam hatinya. Siapakah yang akan menolong seorang mukmin? Pasti Dia, Allah Yang Maha Mulia.
5. Turunnya pertolongan Allah Swt telah memastikan seorang mukmin dalam tahap diperkenalkan akan kemahabesaran-Nya. Belum sampai pada derajat mengenal diri-Nya! Masih jauh dari suatu keniscayaan. Bukan tiadanya peluang yang dapat diraih, tetapi sangat dibutuhkan suatu proses pembimbingan. Allah lah yang akan membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki.
1. Allah Swt adalah Zat Tuhan Yang tiada Dia kecuali Diri-Nya. Di dalam Dia ada Kekuatan Yang Maha Bijaksana. Zat Tunggal akan Dia Yang Mahaesa menafikan seluruh kekuatan lain selain Diri-Nya. Karena itu, setiap makhluk-Nya sudah sepatutnya mengenal dan mengetahui-Nya.
2. Allah Swt bukan sebagaimana makhluk-Nya. Maka, sebutan untuk Diri-Nya tidak sama dengan sebutan untuk makhluk-Nya. Dia lah Allah Yang Maha Luas ilmu-Nya. Satu asma-Nya disebut dapat diperoleh keluasan makna-Nya apabila dipelajari oleh akal manusia, makhluk ciptaan-Nya. Begitu sulit akal dapat memahami keluasan ilmu-Nya, yang sekiranya lautan dijadikan tinta untuk menulis ilmu-Nya, maka habislah lautan itu sebelum habis ditulis ilmu-Nya bahkan sekalipun didatangkan lagi sebanyak lautan tersebut.
3. Jika telah mengenal dan mengetahui asma-Nya, maka seorang mukmin tetap takkan mungkin mencapai ilmu-Nya sekiranya tiada kesungguhan menghayati kebesaran asma-Nya. Asma-Nya ditulis dan dibaca bukan tanpa tujuan selain bahwa Dia memiliki asma Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Satu asma-Nya diucapkan, maka ada banyak kekuatan yang berada di dalam-Nya. Sekiranya setiap mukmin menghayati-Nya, maka akan bergetarlah jiwanya, juga jasadnya. Akan tetapi, Allah Maha Bijaksana tidak akan menjadikan mukmin yang telah menghayatinya jatuh pingsan tidak sadarkan diri. Allah swt akan membimbingnya dengan perantaraan yang telah ditetapkan di dalam kekuasaan-Nya.
4. Penghayatan akan asma-Nya menunjukkan kesungguhan makhluk-Nya untuk mendekatkan dirinya kepada Dia Yang Maha Mulia di dalam keluasan ilmu-Nya. Maka, sekiranya seorang mukmin bersungguh-sungguh, Dia akan menunjuki jalan yang dapat mengantarkan kepada kemahabijaksanaan-Nya dengan diturunkan Pertolongan-Nya ke dalam hatinya. Siapakah yang akan menolong seorang mukmin? Pasti Dia, Allah Yang Maha Mulia.
5. Turunnya pertolongan Allah Swt telah memastikan seorang mukmin dalam tahap diperkenalkan akan kemahabesaran-Nya. Belum sampai pada derajat mengenal diri-Nya! Masih jauh dari suatu keniscayaan. Bukan tiadanya peluang yang dapat diraih, tetapi sangat dibutuhkan suatu proses pembimbingan. Allah lah yang akan membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki.
Itulah 5 (lima) alasan pentingnya mengenal, mengetahui dan menghayati asma-Nya bila berkeinginan untuk meraih kunci kasih sayang Allah.
Gerbang Kekuasaan Allah
Saya memperumpamakan pintu sebagai gerbang. Pintu adalah jalan masuk yang dapat dilalui oleh semua orang. Maka, jika gerbang sebagai pintu, yang dimaksud dengan ‘Gerbang Kekuasaan’ adalah jalan masuk setiap kaum mukmin dalam suatu wilayah kekuasaan Allah. Di manakah gerbang-Nya? Dan seperti apakah gerbang tersebut?
Pertanyaan semacam itu, sekiranya ada seorang mukmin yang mengetahui bahwa pintu atau gerbang itu tidak seperti pintu atau gerbang makhluk-Nya, maka ketika disebut ‘Gerbang Kekuasaan’, yang harus tertanam dalam pikiran jangan disamakan dengan mengkhayalkan seperti dalam bayangan otak manusia: ‘Pintu sebagaimana pintu rumah kita atau Gerbang sebagaimana gerbang di sebuah kerajaan manusia.’ Akan tetapi, gerbang di sini adalah jalan masuk yang tidak ditentukan dengan suatu arah atau tempatnya.
Arah dan tempat hanya diberlakukan bagi makhluk-Nya. Sedangkan Allah bukanlah makhluk, tetapi Dia adalah Sang Maha Pencipta (Kholik). Arah dan tempat yang diperumpamakan, sebagaimana arah dan tempat makhluk-Nya, hanyalah untuk membantu memudahkan kaum mukmin memahami-Nya. Tanpa perumpamaan, maka bagi manusia takkan sanggup untuk mencapai-Nya.
Dengan demikian, ‘Gerbang Kekuasaan’ dapat dimaknai sebagai suatu lorong waktu yang di dalamnya terdapat seberkas cahaya Allah yang digunakan sebagai penerang agar dengan mudah seorang mukmin memasukinya tidak dalam keadaan gelap gulita. Allah Swt menempatkan cahaya-Nya sebagai ‘panduan’ yang dapat mengantarkan kaum mukmin menjumpai-Nya.
Bila pemandangan mata (hati) yang sudah berada di dalam wilayah kekuasaan Allah, maka mata (lahir) sangat sulit menyamakannya. Kondisi jiwa di wilayah kekuasaan Allah akan berbeda dengan keadaan jasad di wilayah (alam) realitas. Jiwa atau hati atau ruh atau diri, yang adalah aku yang sesungguhnya, merasakan perbedaan melihat, menyaksikan dan mengalami suatu peristiwa yang dilaluinya. Inilah pengalaman jiwa yang sudah memasuki wilayah kekuasaan Allah. Inilah yang sering disebut-sebut Arasy-Nya atau Hadirat-Nya atau Kursi-Nya.
Dia adalah Allah, yang tiada Tuhan kecuali Dia. Kekuasaan Allah Azza wa Jalla meliputi segala sesuatu. Ilmu-Nya mencakup segala sesuatu di dalam kekuasaan-Nya di langit dan di bumi serta yang berada di antara keduanya. Tak mungkin (mustahil) manusia dapat mencapai-Nya dengan penglihatan (lahir). Karena itu, memasuki wilayah kekuasaan-Nya tak mungkin jasad yang fana menguasai-Nya. Dengan seizin-Nya, maka jasad tak harus mengalami kematian, selain ruhnya diperkenankan mengalami kebaqaan dalam kurun waktu yang telah ditetapkan. Ini adalah puncak kelezatan yang dialami oleh kaum sufi yang sudah menjangkau-Nya di 'Arasy-Nya atau di Hadirat-Nya atau menyaksikan Dia di dalam kemahabijaksanaan-Nya.
Hanya orang-orang mukmin yang bersungguh-sungguhlah yang dapat memperoleh kunci kasih sayang Allah. Dengan kunci kasih sayang-Nya itulah ‘Gerbang Kekuasaan’ akan dibukakan oleh Dia Yang Maha Mulia lagi Maha Bijaksana Sesungguhnya siapa pun dapat menapaki ke lintasan itu apabila telah ditetapkan dengan kemahabijaksanaan-Nya. Dunia ini tidak selebar apa yang tidak dapat dicapai oleh penglihatan (lahir). Subhanallah La ilaha illallah…La ilaha illallah…La ilaha illallah Syahidna Antalhaq…Syahidna Sodaqallahul ‘Adhim.
2 komentar
Assalamualaikum wr.wb........terima kasih atas pengurusannya pak..saya mengerti dan sangat memahami maksudnya sehingga alhamdiA lhamdullillah semakin menambah keyakinan saya atasNYA......semoga kita selalu dlm ridho.....cinta ...dan kasih sayangNYA......AMIN.....wassalam,alaikum wr.wb
Wa 'alaikum salam ww
Sama-sama. Semoga demikian adanya.
EmoticonEmoticon