Translate This Blog

6.10.16

Mukasyafah Sang Sufi

Kasyafnya Sang Sufi


Mukasyafah Sang Sufi sangat menarik untuk menjadi bahan kajian bagi kalangan yang belum mengenal sufistik dalam konteks kekniian.

"maka ia mengadakan tabir (yang melindunginya) dari mereka; lalu Kami mengutus roh Kami kepadanya, maka ia menjelma di hadapannya (dalam bentuk) manusia yang sempurna" (QS. Maryam : 17).

Ayat ini menerangkan tentang posisi Ibunda Maryam saat berada di tempat persembunyiannya (mihrab) dari keramaian manusia. Allah swt menurunkan Jibril as. yang menjelma sebagai manusia. Kedatangan Jibril as. membawa pesan dari Tuhannya mengenai keberadaan dirinya (Maryam) bahwa dia akan mempunyai seorang anak, namanya Isa Putra Maryam.  

Ayat ini mengilhami banyak kaum sufi bahwa perbuatan Allah azza wa jalla kepada Ibunda Maryam pasti dapat berlaku bagi siapa pun. Diketahui bahwa Ibunda Maryam bukanlah seorang nabi. Akan tetapi, beliau, sebagaimana nabi, diajarkan oleh Allah melalui perantaraan Malaikat Jibril as. Al-Kitab, Taurat, Injil, dan Al-Hikmah.  

Kebijaksanaan Allah swt mengajarkan Ibunda Maryam melalui Jibril as. sebagai bukti bahwa Allah berbuat dengan keluasan ilmu-Nya. Allah swt berfirman:  "Dan Allah akan mengajarkan kepadanya Al Kitab, Hikmah, Taurat dan Injil" (QS. Ali Imran : 48).  

Subhanallah. Allah swt sesungguhnya Maha Mulia lagi Maha Bijaksana. Sekalipun beliau bukanlah Nabi-Nya, tetapi untuk memudahkannya mengetahui kemahabesaran Allah, Ibunda Maryam diajarkan, di antaranya Al-Hikmah, sehingga mengerti pesan-pesan petunjuk yang disampaikan oleh Allah melalui malaikat-Nya yang mulia. 

Kita dapat mengetahui bahwa Allah swt menurunkan malaikat-Nya bukan hanya dianugerahkan kepada para Rasul-Nya saja, tetapi juga manusia lainnya. Maka, kita pun mengerti sekiranya Allah juga menurunkan ruh-ruh suci (dari kalangan para nabi dan orang-orang saleh; para wali Allah) untuk membantu memberikan bimbingan kepada orang-orang yang beriman yang sedang menempuh perjalanan spiritual (salik/sufi) menuju kepada Allah.  

Para sufi berkeyakinan bahwa Allah pasti menunjuki jalan-jalan-Nya. Allah swt telah berfirman atas Diri-Nya sendiri kepada orang-orang yang mengimani-Nya. “Allah hendak menerangkan (hukum syariat-Nya) kepadamu, dan menunjukimu kepada jalan-jalan orang yang sebelum kamu (para nabi dan shalihin) dan (hendak) menerima tobatmu. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana” (QS. An-Nisaa : 26). 

Keyakinan atas ayat-ayat Allah menempatkan keimanan kaum sufi terus menempuh perjalanan menuju Allah azza wa jalla. Manusia yang berkeyakinan seperti kaum sufi mendudukkan Al-Quran sebagai petunjuk yang patut diikuti. Maka, Allah pun sangat mengetahui dan mengenalnya.  

Dalam perjalanan yang sangat penuh dengan cobaan dan rintangan itu, seorang sufi sangat berkeyakinan bahwa Allah pasti menolongnya. Dengan sandaran keyakinan seperti itulah Allah Yang Maha Kuasa menganugerahkan Al-Hikmah kepadanya. Dengan Al-Hikmah itu, kaum sufi menerima anugerah karunia yang banyak. Al-Quran menyebutkan:

"Allah menganugrahkan Al-Hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al-Quran dan As-Sunnah) kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan barang siapa yang dianugrahi Al-Hikmah itu, ia benar-benar telah dianugrahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah)" (QS. Al-Baqarah : 269).  

Di antaranya, dalam hal ini kaum sufi yang sedang menempuh perjalanan menuju Allah itu, dianugerahi karunia mengetahui wilayah yang tak dapat dijangkau oleh penglihatan (mata) lahir. Telah tersingkapnya tabir yang menghalangi sang sufi dengan mawla-nya di hadirat-Nya. Inilah yang disebut Mukasyafah Sang Sufi

Dunia lahir sangat berbeda dengan dunia yang tak tampak. Setiap manusia yang hadir di dunia (lahir) ini pasti sepanjang tidak buta matanya dapat melihat semua yang dilihatnya dan mengetahui suara yang didengar oleh telinganya. Akankah semua manusia melihat dengan mata (lahirnya) setiap yang hadir di dunia yang tak tampak? Tidak. Semua manusia di wilayah lahir ini hanya menjangkau sesuatu dari yang sejauh mata mampu melihatnya dan mendengar sesuatu sebatas kemampuan telinga mendengarnya. Pengetahuan segala hal yang di luar lahir tak mungkin dapat dijangkau oleh mata dan telinga (lahir)-nya. 

Allah hanya menganugerahkan kemampuan 'melihat' dan 'mendengar' ke bagian dunia yang jauh dari penglihatan dan pendengaran lahir bagi mereka (para sufi) yang sudah mencapai derajat didekatkan (muqarrabin). Pendengarannya adalah pendengaran-Nya, penglihatannya adalah penglihatan-Nya. Bahkan gerak tangan, kaki dan anggota badannya adalah karena Allah. Mata (hati)-nya yang menjangkau, bukan penglihatan (lahir)-nya. Begitu juga dengan telinganya, yang menjangkau hanya pendengaran (hati)-nya, bukan telinga (lahir)-nya. Inilah anugerah yang 'dihadiahkan' oleh Allah kepadanya untuk menuju ke 'wilayah'-Nya. Al-Hikmah merupakan sebutan anugerah karunia kepadanya.

Baca: Pengajaran Al-Hikmah 

Perjalanan mereka belum selesai sebelum berjumpa dengan Dia Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Mukasyafah Sang Sufi adalah langkah awal tapak tilas di tataran kegaiban dalam menjemput anugerah puncak perjalanan di 'wilayah kekuasaan'-Nya. Allah Sang Maha Bijaksana senantiasa membimbing menuju cahaya-Nya untuk berjumpa dengan-Nya, Allah Yang Maha Mulia.
NEXT ARTICLE Next Post
PREVIOUS ARTICLE Previous Post


EmoticonEmoticon

Post a Comment

NEXT ARTICLE Next Post
PREVIOUS ARTICLE Previous Post
 

Delivered by FeedBurner