Translate This Blog

24.1.16

Pengobatan Qurani Wal Hikmah: Bukan Sekedar Pengobatan Biasa, Ada Upaya Mengeluarkan Kebatilan dari dalam Jiwa (Hati Ruhaniah)

Pengobatan Qurani Wal Hikmah: Bukan Sekedar Pengobatan Biasa, Ada Upaya Mengeluarkan Kebatilan dari dalam Jiwa (Hati Ruhaniah)

Al-Quran dan Al-Hikmah adalah kitabullah yang sulit untuk dipahami secara mendalam bagi sementara kaum mukmin. Pada Al-Quran, semua keterangan Allah tentang petunjuk dan pembeda antara hak dan batil sudah sangat jelas. Hanya saja, sebagaimana difirmankan oleh Allah, tidak semua orang dapat mengetahui takwil Al-Quran. Ada ayat muhkamat dan ada juga yang mutasyabihat. Allah swt telah berfirman:

“Dia-lah yang menurunkan Al-Kitab (Al-Quran) kepada kamu. Di antara (isi) nya ada ayat-ayat yang muhkamat itulah pokok-pokok isi Al-Quran dan yang lain (ayat-ayat) mutasyabihat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebagian ayat-ayat yang mutasyabihat untuk menimbulkan fitnah dan untuk mencari-cari takwilnya, padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: "Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyabihat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami." Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal” (QS. Ali Imran: 7). 

Sekiranya belum diturunkan ke dalam dada seorang hamba keluasan ilmu Allah, maka pastilah tidak akan mengetahui ayat-ayat Allah yang mutasyabihat. Sementara ini otak-lah yang menjadi acuannya dalam mengungkap akan kebenaran firman Allah; masih sangat langka hati dijadikan rujukan disebabkan karena masih gelap hatinya. Padahal, Allah telah menyatakan bahwa pada dada (hati) keluasan ilmu Allah itu diturunkan, sebagaimana Allah telah berfirman: “Sebenarnya, Al Quran itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu. Dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami kecuali orang-orang yang zalim” (QS. Al-‘Ankabuut: 49). 

Maka, sangat jelaslah bahwa apabila belum diturunkan (dianugerahkan) oleh Allah Al-Hikmah (kebijaksanaan) ke dalam dada (hati atau jiwa) seorang hamba, dia takkan mengerti apa makna yang dikandung di dalam Al-Quran. Allah telah menegaskan “Yaasiin, walquranil hakim,” (Yaasiin, demi Al-Quran yang penuh Al-Hikmah). Artinya, takkan diperoleh pemahaman yang mendalam atas ayat-ayat Allah yang mutasyabihat bila Allah belum menganugerahkan Al-Hikmah kepada siapa yang Dia (Allah) kehendaki. 

“Allah menganugerahkan Al-Hikmah (kepahaman yang dalam tentang Al-Quran dan As-Sunnah) kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan barang siapa yang dianugerahi Al-Hikmah itu, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah)” (QS. Al-Baqarah: 269). 

Hanya hamba-hamba Allah yang berakallah (ulul albab) yang dapat mengambil pelajaran bahwa Al-Quran yang penuh dengan Al-Hikmah itu nyata benar menjadi penawar (obat) dan rahmat bagi orang-orang yang beriman, sebagaimana yang diterangkan oleh Allah: “Dan Kami turunkan dari Al-Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al-Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian” (QS. Al-Isra’: 82). “Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. Katakanlah: "Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Karunia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan" (QS. Yunus: 57-58). 

Perlunya Pengobatan Qurani Wal Hikmah 


Adakah sebutan ini (Qurani Wal Hikmah) masih terasa asing di telinga kaum muslim? Lalu bagaimana ketika Allah berfirman pada Surat Al-Isra’ ayat 82 dan Surat Yunus ayat 57-58 sebagaiman tersebut di atas? Adakah sebutan Al-Hikmah juga dianggap tidak familiar pada telinga kaum muslim? Jika demikian, dikemanakankah Al-Quran selama ini? 

Subhanallah, sekiranya Rasulullah saw hadir saat ini pastilah beliau bersedih. Al-Quran yang telah diturunkan ke dalam hati beliau (lihat QS. Al-Baqarah: 97) untuk umat manusia masih juga belum dijadikan sebagai petunjuk dan pembeda antara hak dan batil (lihat QS. Al-Baqarah: 185). Untuk yang mengimani Al-Quran, tentu saja, beliau sangat menghendaki agar tidak mengabaikannya. Bukan saja hanya dibaca, juga dihayati dan diamalkan. Allah swt telah berfirman: “Katakanlah: "Hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua, yaitu Allah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Yang menghidupkan dan mematikan, maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul Nya, Nabi yang umi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah dia, supaya kamu mendapat petunjuk" (QS. Al-A’raaf: 158). 

Ada banyak yang belum diketahui dari ayat-ayat Allah. Padahal, sebagaimana disampaikan oleh Allah di dalam Al-Quran, “Sebagaimana (Kami telah menyempurnakan nikmat Kami kepadamu) Kami telah mengutus kepadamu Rasul di antara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan menyucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al-Kitab (Al-Quran) dan Al-Hikmah, serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui” (QS. Al-Baqarah: 151). 

Al-Quran telah ditetapkan menjadi petunjuk, adakah kaum mukmin yang hadir saat ini menganggap perkataan Allah tidak lagi menjadi petunjuk untuk umat Rasulullah saw yang tidak hadir bersama beliau? Lalu umat siapa kaum mukmin saat ini? Jika saat ini kaum mukmin adalah umat Rasulullah saw, adakah Rasulullah saw tidak lagi mengajarkan secara langsung kepada umatnya yang hadir saat ini? Adakah Rasulullah saw tidak dapat lagi berhubungan dengan umatnya di sepanjang zaman? Lalu, bagaimanakah dengan firman Allah berikut ini: “Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah, (bahwa mereka itu) mati; bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya” (QS. Al-Baqarah: 154). 

Benarlah perkataan Allah, ternyata masih banyak yang tidak menyadari bahwa Rasulullah saw (Nur Muhammad) masih hidup. Kenyataan dalam hidup dan kehidupan kaum mukmin masih diselimuti oleh keragu-raguan. Hatinya belum benar-benar seyakin Rasulullah saw ketika menerima wahyu dari Allah. Hatinya masih kosong dari mengingat Allah. Padahal, melalui Al-Quran, Allah hendak menerangkan kepada kaum mukmin bahwa selain mengajarkan melalui perantaraan kalam (pengetahuan yang tertulis lewat kitab-kitab yang sudah ada), juga mengajarkan kepada manusia dari yang tidak diketahui akalnya (‘allamal insan ma lam ya’lam). 

Itulah kebijaksanaan Allah kepada umat manusia, terlebih kepada kaum beriman. Kebijaksanaan (Al-Hikmah) adalah sebuah bukti akan perwujudan Allah sebagai Tuhan Yang Maha Mengetahui atas segala sesuatu. Sedangkan makhluk-Nya, di antaranya adalah manusia, sama sekali tidak banyak mengetahui perkara-perkara yang tidak terjangkau oleh akalnya. “Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang gaib; tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lohmahfuz)” (QS. Al-An’am: 59). 

Jika Allah hendak mengajarkan melalui Rasul-Nya saw atas segala perkara yang tidak diketahui oleh umatnya, adakah kaum mukmin akan menolaknya? Astaghfirullahal ‘adhim itu sangat berlebihan. Manusia yang tidak tahu apa-apa tidak sepatutnya merasa sudah cukup tahu atas hal-hal yang sulit dijangkau akalnya sendiri. Al-Hikmah dianugerahkan oleh Allah kepada kaum yang berakal (ulul albab) merupakan sebuah keniscayaan bagi mereka. 

Siapakah orang-orang berakal (ulul albab) itu? “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka” (QS. Ali Imran: 190-191). 

Jadi, orang-orang berakal itu adalah orang-orang yang selalu berzikir, bertafakur, bertasbih dan selalu berlindung kepada Allah di setiap keadaan dan waktu (berdiri, duduk dan berbaring baik pada pagi, petang, siang maupun malam). Untuk ahli zikir, Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Bijaksana telah berfirman: “Kami tiada mengutus rasul-rasul sebelum kamu (Muhammad), melainkan beberapa orang laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka, maka tanyakanlah olehmu kepada ahli zikir (orang yang diberi ilmu oleh Allah di dadanya) jika kamu tiada mengetahui” (QS. Al-Anbiya: 7). 

Itulah pentingnya menjadikan Al-Quran yang penuh dengan Al-Hikmah sebagai bentuk kekuatan iman dalam mengobati segala hal yang akal sulit untuk menjangkaunya kecuali dengan kebijaksanaan Allah Yang Maha Mengetahui yang gaib dan yang syahadah. 

Apa Saja yang Ditangani Melalui Pengobatan Qurani Wal Hikmah?


Sangat boleh jadi banyak yang bertanya: Apa hubungannya Al-Quran dapat mengobati penyakit zahir? Adakah sebab-sebab yang ditimbulkan karena godaan dan gangguan jin kafir terhadap jiwa mengakibatkan gangguan (penyakit) fisik? Subhanallah, demi Dia (Allah) Yang Maha Mengetahui, kami telah banyak mendapati pengetahuan dari apa yang belum kami ketahui sebelumnya, bahwa sangat terkait apa yang dialami oleh jiwa dirasakan pada bagian fisik-jasmaniahnya. 

Penyakit-penyakit untuk kalangan yang mengabaikan jiwanya sering dirasakan pada bagian organ dalam, seperti jantung, paru-paru, ginjal, rahim, hati (liver), pankreas, saluran pencernaan (usus), kelenjar, sel-sel saraf otak dan lain-lain. Maka, lahirlah sebutan-sebutan penyakit seperti penyakit jantung, penyakit paru-paru, penyakit ginjal, penyakit diabetes, penyakit liver (hati), penyakit kelenjar getah bening, penyakit migran, penyakit kanker otak, penyakit stroke (kelumpuhan) dan lain-lain. 

Perilaku hidup seseorang sangat berpengaruh terhadap keadaan dirinya sendiri. Akibat-akibat yang diperoleh dengan sebab-sebab yang salah dari perilaku hidup tersebut hasilnya berdampak negatif. Akan tetapi, Allah Maha Baik, dengan kekuasaan-Nya sebagai Tuhan, Dia tak pernah mengabaikan hak-hak hamba-Nya untuk mendapat kegembiraan. Ditunjuki oleh keberadaan Diri-Nya sebagai Tuhan yang memiliki rahmat (kasih sayang). *** 
--------------------------------
Telah dibuka Pengobatan Qurani Wal Hikmah untuk kaum muslim yang sangat membutuhkan. Silakan kunjungi kami di Majelis Dzikir Tawashow.

Alamat Majelis Dzikir Tawashow: 
Jl. Kalen Haji RT 01 RW 01 Desa Dermayu Kecamatan Sindang, Indramayu, Jawa Barat, Indonesia. 

Untuk konsultasi, silakan hubungi kami via:
1. SMS/WA no hp 081324159458
2. Email : ayy_kb@yahoo.co.id 
Social Media : Facebook (inbox) 

NEXT ARTICLE Next Post
PREVIOUS ARTICLE Previous Post


EmoticonEmoticon

Post a Comment

NEXT ARTICLE Next Post
PREVIOUS ARTICLE Previous Post
 

Delivered by FeedBurner