“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar” (QS. al-Baqarah:155).
Siapakah anda? Anda adalah apa yang ada di dalam akal mengerti tentang segala sesuatu melalui panca indera. Pikiran adalah produk dari Anda mengalami suatu informasi yang diolah, dianalisis dan disimpulkan. Jadi, Anda ada sesungguhnya karena akal mampu mengindera segala yang ada di dunia yang tampak. Orang yang akalnya tak berfungsi sulit mengerti siapakah dia. Anda bukan dia, tetapi peralihan dari aku yang berada di jiwa. Apa maknanya? Kurangnya pemahaman tentang logika mempengaruhi ketidaktahuan Anda yang sesungguhnya. Anda sesungguhnya bukan berada di alam yang tampak. Anda yang sesungguhnya berada di dalam jiwa.
Ada hubungan antara Anda yang di akal dengan Anda yang sesungguhnya berada di dalam jiwa. Ketika Anda menanyakan siapakah aku, maka sesungguhnya menanyakan yang berada di dalam jiwa bukan yang berada di akal. Aku adalah Anda yang berada di dalam jiwa. Sedangkan Anda adalah peralihan aku ke dalam akal. Jadi, aku sesungguhnya Anda sendiri yang asli. Artinya adalah Anda sebenarnya tidak ada bila tidak ada peralihan dari aku yang berada di dalam jiwa.
Bahagia dapat Anda rasakan di dalam jiwa bukan di akal. Perasaan bahagia itu dialami oleh Anda yang sesungguhnya bukan oleh Anda yang di akal. Perbedaan merasakan adalah suatu bukti adanya dua dunia. Dunia Anda adanya di bagian yang tampak (fisik) dan Anda yang sesungguhnya (aku) yang berada di dalam jiwa. Apabila Anda pusing, Anda merasakannya di bagian yang tampak (fisik). Tetapi bila sakit hati, Anda yang sesungguhnya yang dapat merasakannya.
Allah azza wa jalla telah menciptakan manusia dengan akalnya yang dapat digunakan untuk bertafakur. Untuk itulah Allah menganugerahkan akal kepada manusia. Bertafakur berarti menghayati akan kemahabesaran Allah di alam dunia dengan berbagai ciptaan-Nya agar Anda mendapati hakikat penciptaan. Akal yang bertafakur akan mengalami suatu keadaan jiwa yang mengakui kerendahan diri di dalam kemahabesaran Allah.
Dengan bertafakur, akal Anda mengerti betapa besarnya Dia Yang Maha Pencipta. Anda diajarkan oleh Allah melalui perantaraan kalam-Nya (firman-Nya) agar memahami siapakah Anda. Anda ternyata adalah seorang makhluk yang diciptakan oleh Allah dapat mengerti karena dikaruniai akal. Tanpa akal, tak mungkin Anda mengerti apa yang dilihat, didengar, dicium, dirasakan dan diraba.
Akan tetapi, akal bukan hanya memikirkan yang dapat diindera semata, juga yang seharusnya diperbuat oleh jiwa sebagai yang sesungguhnya Anda berada di dalamnya. Anda sesungguhnya bukan tidak dapat merasakan bila jiwa Anda mengakui akan kemahabesaran Allah. Akal pada mulanya yang memikirkan apa yang dilihat, tetapi jiwalah yang dapat merasakannya tentang kemahabesaran Allah itu. Akan tetapi, Anda yang di akal tidak menyadari bahwa Anda yang sesunggunya di dalam jiwa yang merasakannya. Sesungguhnya apa yang ada di akal berhubungan dengan apa yang berada di dalam jiwa.
Jiwa yang Anda berada di dalamnya sebagai aku tidaklah diam tanpa mengajak kepada kebenaran. Akan tetapi, Anda yang ada di akal terlalu mengandalkan otak yang sepertinya memiliki keunggulan. Allah menciptakan akal untuk berpikir, tetapi Dia juga meniupkan ruh yang membawa kebenaran. Keduanya berada dalam diri Anda.
Sebagai manusia, Anda sesungguhnya bukanlah makhluk yang hanya mengandalkan instink. Tetapi, Anda sesungguhnya memiliki kemampuan memikirkan yang tak dapat dijangkau oleh sebatas yang ada di alam nyata. Inilah hakikat manusia sejati. Allah azza wa jalla telah melengkapi dengan berbagai indera di wilayah lahir untuk merespon indera yang tidak terjangkau oleh penglihatan, pendengaran, penciuman, perasaan dan perabaan. Allah swt menciptakan ruh sebagai indera lain di luar yang lahir. Kedudukannya ternyata melampaui dari panca indera yang lahir.
Indera di luar yang lima ini menguasai jiwa Anda. Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Mengetahui menempatkannya di dalam diri Anda, tetapi tidak terjangkau oleh panca indera. Adanya seolah jauh tapi sebenarnya dekat. Jiwa yang Anda rasakan seperti tiada padahal mengikuti perbuatan yang ada di wilayah lahir. Perubahan apa pun yang dialami di wilayah lahir sebenarnya berdampak terhadap keberadaan jiwa yang Anda tak terjangkau untuk melihatnya. Kalau Anda menangis, mata meneteskan 'air mata', tetapi jiwa Anda merasakan gejolak yang tidak dapat dihentikan oleh akal Anda.
Apa yang ada di lahir berdampak terhadap apa yang ada di jiwa. Allah Yang Maha Pencipta sesungguhnya berkehendak mengajari Anda untuk menyadari akan keberadaan yang seolah jauh padahal dekat. Pikiran Anda tak dapat meninggalkan jiwa anda. Patutkah Anda akan membiarkan jiwa Anda sendiri?
Kepekaan Jiwa
Sebagaimana disebut di atas, jiwa sebenarnya adalah Anda yang berada di dalamnya sebagai aku sangat mempengaruhi Anda yang ada di akal. Kesadaran akan keberadaan Anda di dalam jiwa adalah sebuah nilai kepekaan. Allah swt akan memberikan cobaan kepada Anda untuk mengetahui bagaimana dengan keberadaan jiwa Anda bila diuji dengan penderitaan yang diketahui oleh akal Anda. Kilau dunia yang merangsang pikiran Anda untuk memilikinya menyentuh jiwa. Walau pun tidak mengindera secara langsung, tetapi jiwa dapat merasakan yang diinginkan oleh akal.
Allah membuat senang mata untuk melihatnya. Tetapi, Dia mencoba menguji jiwa Anda. Anda yang ada di akal selalu berupaya untuk memilikinya dengan cara-cara akal mengakalinya. Jiwa, sebaliknya, mengetahui adanya ujian Allah. Ketika Anda di akal tak pernah menjalin komunikasi dengan jiwa yang Anda sesungguhnya berada di dalamnya itu, maka Anda terperdaya oleh godaan iblis yang menghasut pikiran Anda.
Setan selalu saja mengakali Anda dalam penglihatan lahir. Setan tidak membujuk jiwa anda. Jiwa diciptakan oleh Allah membawa kebenaran untuk tidak mengikuti selain Allah. Apabila jiwa Anda tidak peka, maka akal takkan mampu menahan rayuan setan. Kepekaan jiwa membantu akal tidak menuruti ajakan setan.
Allah menuntun orang-orang beriman agar selalu terjaga dari godaan iblis laknatullah ‘alaih. Perlindungan Allah mutlak dibutuhkan setiap saat. Mereka (iblis) selalu mencari kelengahan akal dari menyadari adanya bujukan dan rayuan. Setan mengendap endap akan ketidaksadaran manusia beriman yang sedang mengalami ketidakpekaan jiwa.
Ketiadaan jiwa yang peka merusak akal untuk dapat bertafakur atas segala ciptaan-Nya. Akal yang seharusnya cerdas menangkap apa yang dapat diindera menjadi lemah apabila jiwanya tidak peka.
Solusi atas ketidakpekaan jiwa adalah dengan senantiasa mengingat bahwa Anda sesungguhnya makhluk yang lemah tak berdaya (faqir). Betapa pun Anda menganggap berakal cerdas, tetapi sebenarnya Anda hanyalah diberi oleh Allah. Dia-lah Yang Maha Pencipta yang menjadikan akal Anda cerdas. Anda yang di akal menjadi lemah apabila jiwa Anda tidak mengingat-Nya. Allah mengajari Anda untuk tetap dilindungi dari jebakan setan dalam menghadapi segala yang tampak indah mata melihatnya.
Jadi, kepekaan jiwa sangat ditentukan bagaimana Anda merasakan bahwa Anda hanyalah makhluk yang sangat membutuhkan pertolongan Allah. Membutuhkan Dia berarti bergantung hanya kepada-Nya. Dengan begitu Anda akan menjadi kuat karena menyandarkan kepada Dia Yang Maha Perkasa lagi Dapat Mengalahkan musuh-musuh-Nya. Allah swt mengajari anda untuk senantiasa mengingat-Nya di dalam salat, duduk, berdiri dan berbaring sepanjang anda hidup di dunia. Jika Anda melakukannya, maka Allah Maha Mendengar seruan anda.
Anda hanyalah mengingat-Nya bahwa Dia-lah Allah Yang Maha Pencipta. Asma-Nya sangat baik untuk diseru setiap tarikan nafas anda. Salat itu untuk mengingat Aku (Allah Yang Maha Esa). Kemudian berzikirlah sebanyak-banyaknya di saat Anda menyadari bahwa tarikan nafas Anda sangat berharga dalam kehidupan.
Seperti itulah yang dikehendaki Allah. Jika Anda tidak menyadari dan mengikuti peringatan Allah, maka mustahil Anda akan diselamatkan oleh Dia Yang Maha Penyayang kepada Anda yang beriman kepada-Nya. Bagaimana pun, Dia adalah Tuhan Yang Maha Pencipta. Bagaimana Dia berbuat adalah hak-Nya untuk melakukan sebagaimana kehendak-Nya.
Apabila Allah mengajari Anda yang beriman kepada-Nya hal-hal seperti di dalam firman-Nya, maka sesungguhnya Dia Maha Penyayang. Perintah dan larangan-Nya dimaksudkan agar Anda mengikuti-Nya untuk keselamatan Anda di dunia dan akhirat. Jiwa yang diciptakan oleh Allah menerima kebenaran yang difirmankan oleh-Nya sesungguhnya menolong orang-orang beriman agar mengajak akal untuk tunduk dan patuh kepada kebenaran. Akan tetapi, mustahil jiwa akan berkuasa di dalam diri Anda apabila dibiarkan tanpa diberdayakan untuk mengingat Allah Yang Maha Hidup lagi Menguasai jiwa Anda.
Salat dan Zikir
Kalau salat merupakan bentuk peribadatan paling utama dibandingkan dengan peribadatan yang lain, sesungguhnya karena salat adalah suatu sarana yang paling wara’ (sangat hati-hati) dalam berhubungan dengan Allah. Bila ada penafsiran bahwa selain salat juga dapat dijadikan sebagai bentuk berhubungan dengan Allah, maka tidak salah. Akan tetapi, bentuk ibadah yang lain nilai keutamaannya tidak melebihi salat. Keutamaan salat dipertegas oleh Allah di dalam Al-Quran. Allah swt berfirman, “Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al-Kitab (Al-Quran) dan dirikanlah salat. Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (salat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan” (QS. Al-'Ankabut: 45).
Adakah Anda menilai salat bukanlah suatu sarana yang dipandang paling wara’ dalam berhubungan dengan Allah? Andaikan salat benar-benar menjadi suatu bentuk ibadah yang paling tepat dipilih dalam menemukan jalan menuju kepada Allah, adakah jiwa Anda melihat salat benar-benar lebih utama dibandingkan dengan ibadah-ibadah yang lainnya? Jiwa Anda, bukan akal Anda, yang dapat merasakan bagaimanakah salat yang Anda tunaikan! Adakah jiwa Anda berada dalam penilaian salat sebagai yang paling utama? Seperti apakah salat yang paling utama itu?
Keutamaan salat hanya dapat dirasakan, sekali lagi, oleh jiwa Anda, bukan akal Anda. Sekiranya salat dapat Anda rasakan keutamaannya, maka insya Allah Anda akan menemukan sejatinya (hakikatnya) salat sebagaimana yang disinggung di dalam ayat tersebut di atas (QS, Al-'Ankabut: 45). Jiwa Anda lebih mengetahui daripada akal Anda ketika salat itu merupakan ibadah yang dapat mencegah perbuatan keji dan mungkar. Jiwa lebih mengetahui karena dia langsung dapat merasakan keutamaannya.
Pertanyaan yang kemudian muncul adalah bagaimanakah keutamaan salat itu dapat dirasakan oleh jiwa Anda? Jiwa yang Anda berada di dalamnya dapat merasakan Allah dalam kekuasaan-Nya saat Anda tak lagi berkuasa di hadapan-Nya. Allah hadir saat Anda mendirikan salat sebagaimana seharusnya. Salat yang seharusnya adalah merasakan kehadiran Allah ada di hadapan Anda. Jiwa Andalah yang akan merasakan kehadiran-Nya, bukan akal.
Hati yang adalah ruh Anda sangat mengetahui keberadaan wilayah yang tak dapat dijangkau oleh penglihatan (lahir). Allah pasti tak dapat dijangkau oleh penglihatan mata (lahir). Hanya Dia Yang Maha Melihat apa yang dilihat oleh mata (lahir) semua manusia. Hati yang adalah juga jiwa Anda dapat memahami apa yang seharusnya dikerjakan ketika sedang menghadap Allah di hadirat-Nya. Akan tetapi, bila jiwa Anda tidak memiliki kepekaan, maka akal Anda akan berargumentasi bahwa mustahil hal semacam itu dapat terjadi.
Rasionalitas akal Anda lebih mengedepankan argumentasi aqli dibanding dengan pemaknaan naqli terhadap ayat-ayat Allah. Pemaknaan bukanlah an sich pekerjaan akal, melainkan pemaknaan adalah kemampuan jiwa yang peka dengan petunjuk Allah mengungkap apa yang sesungguhnya dikandung oleh ayat-ayat Allah yang akal hanya dapat melihat dan mengejanya. Maka, sekiranya akal memaknai ayat-ayat Allah sangat terasa tidak mendalam dirasakan oleh jiwa Anda. Akal berada di lahir (luar diri) sedangkan hati atau jiwa atau ruh berada di bagian dalam diri yang tak tampak (batin).
Oleh karena itu, salat yang dapat dirasakan nilai keutamaannya apabila Anda menyandarkannya kepada jiwa atau hati atau ruh Anda. Kepekaan jiwa lahir karena Anda sangat mendambakan kebenaran Allah mewujud di dalam jiwa Anda. Bila dengan seizin-Nya jiwa Anda menjadi peka, maka hal-hal yang berada di luar jiwa Anda akan dapat dengan mudah dipahami. Allah adalah Dia Yang Maha Mengetahui yang gaib dan yang tampak (syahadah). Apabila Anda telah menyandarkan kepada kemahakuasaan-Nya, maka Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Bijaksana akan membimbing Anda mendapati cahaya-Nya menjelaskan hal-hal yang tak mudah dipahami oleh akal.
Allah pasti membimbing Anda menuju cahaya-Nya apabila jiwa Anda peka. Salat yang disebut juga sebagai ibadah untuk mengingat Allah, maka nilai mengingat Allah (dzikrullah) tak dapat terbantahkan memiliki keutamaan sebanding dengan mendirikan salat. Maka, salat yang mengingat Allah dengan diperkuat zikir kepada-Nya akan mempertajam jiwa Anda ketika menjadi seorang mukmin yang meyakini kebenaran ayat-ayat-Nya.
Karena jiwalah yang dapat merasakan kehadiran Allah, maka zikir yang apabila dilakukan dapat merasakan-Nya secara langsung berarti zikir yang dilakukan di dalam jiwa atau hati atau ruh Anda. Inilah yang disebut zikir khafi. Dalam prakteknya, zikir di dalam hati memang terasa sangat sulit. Anda betul-betul harus berjuang dengan penuh kesabaran. Allah Yang Maha Berkuasa lagi Maha Bijaksana pasti akan memberi Anda cobaan jiwa sekiranya melakukan zikir khofi. Hanya dengan bersabar dan secara terus menerus memohon pertolongan kepada-Nya, janji Allah pasti ditepati. Dia akan mengantarkan Anda menemui cahaya-Nya.
Pengetahuan tentang keutamaan salat dan zikir sebagai suatu bentuk ibadah tidak dimaknai bahwa peribadatan yang lain ditinggalkan. Penegasan Allah tidak sesempit yang dibayangkan oleh orang-orang yang menyederhanakan pemahaman atas ayat-ayat Allah. Jika Allah menegaskan yang satu tidak berarti yang lain tidak penting. Akan tetapi, Allah sebagai Tuhan Yang Maha Mengetahui mengajarkan ayat-ayat-Nya kepada orang-orang beriman agar memberi perhatian yang lebih. Bukan mengabaikan yang lain. Pikiran yang tidak menyandarkan kepada kepekaan jiwa melahirkan cara pandang yang picik. Keliru bila hati diabaikan dapat berpikir dengan jernih penuh kerendahhatian. ***
3 komentar
subhanallaah... dalam banget..cuma memang musti harus dimaknai kata demi kata untuk dapat memahami tulisan ini... mungkin perlu 2 or 3 kali membaca dengan khusu'..baru akan memahaminya secara total..
terimakasih atas tulisan bagus dan berguna ini...
artikel bagian atasnya terpengaruh oleh paham cogito ergo sum = aku berpikir maka aku ada.
padahal kalau kita sudah hidup di bumi sekarang ini maka kita juga harus berpikir objektif, kita mau berpikir kita ada atau tidak yah kenyataannya kita ada. objektifnya kita ada.
pemisahan akal dengan katanya jiwa malahan akan menimbulkan ketidakseimbangan.
kita condong mendengarkan kata jiwa kita belum tentu kebenaran itu benar dan bisa dipertanggungjawabkan.
berhubung kita islam maka dimensi keseimbangan antara jiwa dan akal itu penting sehingga rujukan kebenaran dan prilaku kita bukan berdasarkan angan-angan,apalagi di al quran disindir dengan angan2 ahli kitab,bagi saya ahli kitab bukan hanya nasrani dan yahudi tapi semua orang yang mengkaji baik itu al quran,buku2 dll.
seorang ahli agama sendiri belum tentu bisa membuktikan ayat2 allah yang dia utarakan jika terjadi ketidakseimbangan hanya cerita2 dan motivasi2 penguat mental seseorang.
tapi seorang ahli astronomi misalnya dia bisa membuktikan ayat2 allah tentang langit.
seorang yang seimbang maka setiap pembuktiannya didasarkan pada rujukan AL quran maka di dalam hadist:
Kelebihan seorang alim (ilmuwan) terhadap seorang 'abid (ahli ibadah) ibarat bulan purnama terhadap seluruh bintang. (HR. Abu Dawud )
ada pepatah dari betawi: orang pintar belum tentu paham,orang paham sedikit lebih pintar.
ada lagi,kejadian realita saat sebuah perusahaan hampir bangkrut maka sang direktur meminta saran apa yang harus dilakukan kepada ahli agama,dia menjawab orang2 di perusahaan ini butuh pelatihan agama karena dia melihat karyawannya itu sudah malas2an dan hanya uang dipikirannya. lalu dia dimasukkan ke pelatihan agama selama beberapa bulan di sebuah pesantren.
begitu pulang,ditanya oleh sang direktor apa yang kamu dapatkan disana,banyak sekali saya menjadi lebih sopan,baik dll.lalu sekarang ide apa buat meningkatkan kualitas perusahaan?dia mengusulkan agar dalam hari tertentu ada waktu khusus untuk ibadah dan alhasil perusahaan itupun bangkrut total.
nah disini karena ada pemisahan antara akal dan jiwa atau ketidakseimbangan diantara keduanya.
trims
Sebuah sajian pasti ditangkap secara berbeda antara satu dengan yang lainnya. Padahal, isinya sama: Ada hubungan antara akal dengan jiwa! Tetapi, tak menjadi masalah. Adalah hak bagi siapa pun untuk memahaminya.
Terimakasih atas komentarnya.
EmoticonEmoticon