Translate This Blog

7.1.11

Makna Surat Al-Fatihah

Makna Surat Al-Fatihah
1. Dengan (menyebut) nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
2. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.
3. Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
4. Yang menguasai hari pembalasan.
5. Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan.
6. Tunjukilah kami (ke arah) jalan yang lurus.
7. (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka, bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.

Makna Ayat Pertama Surat Al-Fatihah


Pernyataan atau perkataan (firman) Allah dalam surat al-Fatihah berisi 7 (tujuh) ayat. Allah berfirman bahwa Allah adalah asma (nama) Zat atas Diri-Nya sebagai Tuhan. Allah menyampaikan hal demikian mengetahui banyak manusia (orang-orang kafir dan musyrik) menyembah selain Allah sebagai Tuhan mereka. Tiadanya keimanan mereka kepada Allah sebagai Tuhan semesta alam, maka Allah perlu menegaskan kepada kaum beriman bahwa Dia-lah Allah Tuhan semua makhluk ciptaan-Nya di alam semesta.

Itulah makna kata-kata Bismillah; bi ismi Allah -- Dengan (menyebut) asma Allah. Allah itu adalah Tuhan Yang Esa. Tiada Tuhan kecuali Allah. Dengan pernyataan Allah yang demikian, maka tak seharusnya orang-orang beriman salah menyebut asma Zat Tuhan. Dia adalah Allah.

Allah azza wa jalla menyatakan atas Diri-Nya sebagai Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang (Arrahmaanirrahiim; ar-Rahman ar-Rahim). Kedua asma-Nya ini termasuk dalam asma-asma-Nya yang paling baik (asmaul husna). Sebutan asma-Nya ini untuk menunjukkan bahwa Dia adalah Allah memiliki sifat Kasih dan Sayang kepada semua makhluk-Nya.

Allah memperjelas kedua sebutan asma-Nya untuk menambah keyakinan kepada kaum beriman bahwa Allah itu benar-benar adalah Tuhan semesta alam. Tanpa terkecuali Allah akan mengasihi semua makhluk-Nya.

Allah azza wa jalla sebagai Tuhan Yang Maha Pencipta tidak akan pernah berdiam tidak memperhatikan kebutuhan makhluk-Nya yang diciptakan. Dia memberi kehidupan kepada semua makhluk-Nya tanpa melihat apakah mereka beriman kepada-Nya atau tidak beriman kepada-Nya.

Allah azza wa jalla sebagai Tuhan atas semua makhluk-Nya mustahil tidak dapat berbuat memberi. Sifat kasih terkait dengan kemampuan untuk memberi dengan tanpa membedakan apa yang dapat dilakukan oleh yang menerima.

Anda disebut orang yang berbelas kasihan kepada siapa pun apabila Anda tidak pernah melihat bagaimana (keadaan jiwa) mereka yang menerima belas kasihan Anda. Apakah si penerima pandai berterima kasih atau tidak, Anda tetap mau bermurah hati.

Allah Maha Pengasih pasti mampu berbuat memberi kepada semua makhluk-Nya tanpa melihat apakah mereka beriman atau tidak beriman. Allah azza wa jalla pasti memberi Anda rezeki walaupun Anda tidak meminta dan tidak berterima kasih kepada-Nya.

Akan tetapi, Allah bukan sebatas memberi kepada siapa pun. Dia juga menyayangi kepada khususnya orang-orang yang beriman kepada-Nya. Bila Anda tidak beriman, misalnya, pasti Anda mustahil akan memperoleh sifat sayang-Nya.

Allah Maha Penyayang ditujukan untuk kaum beriman. Orang-orang beriman akan diberi dan disayangi. Anda akan diberi dari kekayaan Allah sekiranya Anda muslim tapi tidak ada keyakinan yang kuat.

Tetapi, Anda bukan saja diberi juga disayangi bila Anda telah beriman kepada-Nya. Allah Maha Penyayang meliputi kasih-Nya juga sayang-Nya. Kalau Anda disayang oleh orang tua, maka Anda pasti akan diberi apa pun yang Anda minta.

Namun, bila Anda hanya sebatas dikasihi, belum tentu Anda disayangi. Andaikan Anda seorang muslim yang sangat meyakini kebenaran Allah di dalam al-Qur’an, maka pasti Dia akan mengasihi dan menyayangi Anda sebagaimana Allah berkehendak.

Jika Dia berkehendak, maka tak ada yang dapat menghalangi-Nya. Misalnya, Anda seorang mukmin yang sangat tunduk dan patuh kepada apa yang diperintah dan dilarang-Nya, maka Allah pasti menempatkan Anda sebagai seorang hamba yang dimuliakan di sisi-Nya.

Dia akan memberi banyak karunia kepada Anda. Anda pasti merasakan seolah tiada beban dalam menjalani kehidupan di dunia. ‘Tiada beban’ maknanya adalah bahwa apa pun yang dikehendaki oleh Allah, maka Anda pasti dapat menikmatinya. Bukan lagi malas untuk menjalaninya. Allah membebaskan adanya kewajiban selain kenikmatan. Apabila Anda solat, maka solat yang Anda tunaikan tidak membuat Anda terasa terbebani selain Anda menikmatinya.

Allah azza wa jalla mencurahkan anugerah kepada Anda karena Anda tunduk dan patuh kepada-Nya. Dia tidak mencurahkan anugerah apabila Anda tidak tunduk dan patuh kepada-Nya. Sifat sayang Allah diaktualisasikan dalam kehidupan Anda apabila Anda beriman juga bertakwa.

Beriman dan bertakwa. Allah meminta Anda tidak hanya beriman melainkan juga bertakwa. Anda tidak cukup meyakini tetapi juga menjalani apa pun yang diperintah dan menjauhi apa pun yang dilarang-Nya.

Sekali lagi, makna Allah Maha Penyayang adalah Allah Yang Maha Pencipta sangat kaya atas diri-Nya sebagai Tuhan Yang Maha Berkuasa. Dengan kekuasaan-Nya, Dia dapat berbuat apa pun yang dikehendaki-Nya.

Allah azza wa jalla akan menyayangi hamba-Nya yang beriman lagi bertakwa kepada-Nya. Beriman adalah aset yang paling utama untuk meraih kebahagiaan apabila mencapai takwa.

Takwa, dengan demikian, merupakan puncak peraihan bagi orang-orang beriman dalam menjalani kehidupan. Namun demikian, orang-orang beriman pasti dijamin disayangi oleh Allah. Allah menganugerahkan kepadanya karunia untuk terus menuju kepada puncak peraihan, yaitu takwa.

Dengan demikian, apabila disatukan dalam sebuah kalimat, makna Bismillahirrohmaanirrahiim adalah “Dengan (menyebut) asma Allah Yang atas diri-Nya Dia adalah Tuhan Yang Esa. Tiada Tuhan kecuali Allah. Allah adalah Dia Yang menciptakan semua makhluk-Nya di alam semesta. Siapakah Dia? Dia adalah Allah Yang Maha Pengasih kepada seluruh makhluk ciptaan-Nya tanpa terkecuali. Allah adalah Tuhannya semua makhluk-Nya yang hanya dengan kekayaan-Nya semua dipenuhi kebutuhannya dalam menjalani kehidupan di alam semesta. Allah mampu memberi kepada siapa pun walaupun mereka tidak beriman kepada-Nya. Akan tetapi, Allah sesunguhnya sangat menyayangi kepada mereka yang beriman kepada-Nya. Apabila ada seorang saja yang beriman kepada-Nya, maka Dia pasti akan menyayanginya. Allah menyayangi kepada hamba-Nya bukan hanya beriman melainkan juga bertakwa. Bila sudah beriman, Allah meminta agar yang sudah beriman segera patuh dan tunduk kepada-Nya. Bila sudah dicapai, maka Dia akan menganugerahkan karunia yang banyak kepadanya. Karunia Allah bagi orang-orang beriman dimaksudkan agar mereka dapat meraih puncak kebahagiaan, yaitu takwa. Allah Azza wa Jalla pasti akan mendudukkan hamba-Nya yang bertakwa mulia di sisi-Nya. Apa pun yang berada di sisi-Nya adalah pasti yang terbaik.”

Makna Ayat Kedua Surat Al-Fatihah


Alhamdu lillahi rabbil ‘alamiin apa maknanya?

Allah adalah Tuhan semua yang berada di dunia maupun di akhirat. Dalam kehidupan di dunia, Allah adalah Tuhan yang menciptakan semua makhluk-Nya baik di langit maupun di bumi dan yang berada di antara keduanya. Allah menguasai semuanya. Tiada satu pun yang luput dari pengawasan-Nya.

Pengetahuan Allah mencakup segala sesuatu. Allah adalah Dia yang ilmu-Nya apabila ditulis dengan lautan sebagai tintanya, maka habislah lautan itu sebelum habis ditulis ilmu Allah itu, bahkan sekali pun didatangkan kembali sebanyak itu. Anda selama hidup di dunia tidak akan pernah luput dari penglihatan Allah. Dia Maha Melihat lagi Maha Mengetahui.

Alam semesta diciptakan oleh Allah untuk mengabdi kepada-Nya. Semua ketentuan telah ditulis di dalam firman-Nya dalam induk Kitab (Lohmahfuz). Pada intinya, tidak ada satu makhluk pun yang tidak diketahui oleh Allah.

Dia adalah Tuhan semesta alam. Mustahil sebagai Pencipta tak mengetahui apa yang diciptakan-Nya. Semua berada di dalam kekuasaan-Nya. Dengan kedudukan Dia sebagai Allah Yang Maha Pencipta, maka diperintahkan oleh-Nya semua ciptaan-Nya untuk memuji-Nya.

Memuji Dia adalah suatu keharusan. Tiada seorang makhluk pun yang dapat hidup tanpa pertolongan-Nya. Memuji Dia berarti mengakui akan kemahabesaran-Nya.

Allah azza wa jalla memerintahkan semua makhluk-Nya agar mengakui bahwa Dia adalah Allah Yang Maha Berkuasa atas apa pun yang telah diciptakan-Nya. Allah mengajak kepada jin dan manusia agar menjadi hamba yang pandai bersyukur atas segala kenikmatan yang telah diberikan kepadanya.

Allah azza wa jalla mengajak demikian agar ditambah nikmatnya oleh Allah. Siapa yang pandai berterima kasih kepada-Nya, maka Allah pun tidak akan mengurangi kenikmatan-Nya.

Allah azza wa jalla adalah Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Dia dapat berbuat apa pun sebagaimana yang dikehendaki-Nya. Allah azza wa jalla berkehendak agar semua ciptaan-Nya tunduk dan patuh kepada-Nya.

Allah azza wa jalla berhak atas makhluk-Nya untuk memuji-Nya. Tanpa Dia, mustahil ada ciptaan-Nya. Allah Azza wa Jalla mengajak makhluk-Nya agar hidup bahagia di dunia dan di akhirat.

Akan tetapi, kebanyakan manusia, juga jin, tidak pandai bersyukur atas semua nikmat-Nya yang telah diberikan kepada mereka.

Sebagai Tuhan Yang Maha Kuasa, Allah azza wa jalla patut untuk diikuti apa pun yang menjadi kehendak-Nya. Ini adalah kepastian yang sudah ditetapkan. Sekiranya ada di antara manusia, juga jin, tunduk dan patuh kepada-Nya, maka Allah pasti menganugerahkan karunia yang banyak.

Allah azza wa jalla mengancam kepada mereka yang tidak pandai bersyukur dengan azab-Nya yang sangat pedih. Allah Yang Maha Penyayang meminta kepada kaum beriman untuk memuji-Nya agar diberikan tambahan nikmat dari-Nya. Kilau dunia bukan tujuan yang seharusnya dikejar selain sebatas untuk memperoleh kehidupan yang dapat mengantarkan kepada kebahagiaan hidup di akhirat kelak.

Allah azza wa jalla memberi kenikmatan duniawi bukan untuk mengabaikan kebaikan amal di dunia. Ingatlah bahwa manusia dan jin diciptakan untuk beribadah kepada-Nya. Hidup di dunia sebatas untuk mengumpulkan bekal yang harus dipersiapkan sebagaimana ketentuan-ketentuan yang telah digariskan oleh Allah di dalam Al-Quran dalam menjemput hidup bahagia di Hari Kemudian.

Untuk itu, Allah azza wa jalla memang patut untuk dipuji. Segala puji adalah milik-Nya karena Dialah yang menjadikan semua ciptaan-Nya ada sebagaimana adanya seperti sekarang ini. Mustahil Anda ada tanpa ada-Nya.

Apa pun yang Anda nikmati karena Allah azza wa jalla sudah menyediakan untuk makhluk-Nya. Semua yang saat ini Anda nikmati berasal dari Allah. Bumi yang ada darinya tanaman, sayur-sayuran, buah-buahan, permata, minyak, gas, batu, uranium, seng, besi, aspal, batu bara dan sebagainya berasal dari Allah.

Lautan yang dilengkapi dengan ikan, plankton, mutiara dan lain-lain yang ada di dalamnya juga disediakan oleh Allah untuk manusia.

Udara, angin, panas matahari, unsur-unsur yang berada di antara langit dan bumi disediakan oleh Allah untuk kehidupan makhluk-Nya. Anda hidup karena Anda dapat makan dan minum yang sudah disediakan oleh Allah di bumi (darat) dan laut (air). Anda dapat hidup karena Anda dapat menghirup udara yang telah dipersiapkan oleh Allah di dunia. Semuanya telah dipersiapkan oleh Allah.

Dia Maha Pencipta mustahil bila tidak memiliki kemampuan untuk menyediakan berbagai kebutuhan untuk kehidupan makhluk-Nya. Adakah dapat menjadi bahan perenungan atas semua itu? Apakah patut Anda tidak pandai berterima kasih?

Itulah makna alhamdu lillahi robbil ‘alamin. Allah Maha Terpuji patut dikagumi atas kemahabesaran-Nya. Dialah yang menjadi sandaran bagi semua makhluk-Nya. Tak seorang pun makhluk-Nya dapat tetap hidup di alam dunia kalau tiada Pemberi Kehidupan.

Manusia sebagai makhluk yang telah banyak diberi karunia oleh Allah sudah sepatutnya bersyukur kepada Yang Maha Kuasa. Anda sebagai manusia tak terhindar untuk memuji-Nya. Adapun dalam kenyataannya ada banyak manusia tidak pandai bersyukur, maka sesungguhnya mereka belum mengetahui siapa dirinya.

Makna Ayat Ketiga Surat Al-Fatihah


Allah azza wa jalla sesungguhnya sangat mengedepankan adanya hubungan yang demikian dekat dengan makhluk-Nya. Allah sebagai Tuhan Yang Maha Pencipta tidak menghendaki makhluk-Nya menjadi pembangkang.

Allah azza wa jalla sesungguhnya tidak menghendaki semua ciptaan-Nya hidup dalam kesesatan. Allah SWT sebagai Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang sangat menghendaki makhluk-Nya menjadi seorang hamba yang mulia di sisi-Nya.

Allah Maha Pencipta sangat mengasihi dan menyayangi semua makhluk-Nya untuk hidup bahagia di dunia dan akhirat. Sesungguhnya Dia sangat adil dalam berbuat atas Diri-Nya dalam menciptakan makhluk-Nya di alam dunia dan akhirat.

Allah azza wa jalla menunjukkan jalan-jalan yang seharusnya dilalui oleh makhluk-Nya agar mereka selamat dari tipu daya setan. Allah azza wa jalla menciptakan makhluk-Nya, termasuk iblis (setan), untuk tunduk dan patuh kepada-Nya. Dalam perjalanan waktu, iblis adalah makhluk Allah yang membangkang tidak mematuhi perintah-Nya ketika diminta untuk sujud menghormati kepada Adam a.s.. Allah Maha Bijaksana memberikan dispensasi kepada iblis sampai akhir zaman. Akibatnya adalah manusia, juga jin, diperingatkan oleh Allah azza wa jalla untuk selalu waspada akan tipu daya setan.

Allah azza wa jalla sebagai Tuhan Yang Maha Berkuasa meminta kepada manusia dan jin untuk selalu menyandarkan apa pun kepada-Nya. Dia Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah.

Peringatan Allah kepada manusia dan jin adalah rahmat-Nya agar manusia dan jin selamat dari bujuk rayu setan yang cenderung mengajak kepada keburukan. Allah azza wa jalla menurunkan rasul-Nya untuk memberi peringatan tersebut. Al-Quran sebagai mukjizat Allah yang dikaruniakan kepada Muhammad saaw sang kekasih-Nya adalah pedoman yang seharusnya diikuti dengan sepenuh hati.

Petunjuk Allah kepada manusia dan jin merupakan wujud kasih sayang-Nya agar mereka tidak tersesat. Subhanallah, Maha Suci Allah dari persangkaan makhluk-Nya bahwa Dia adalah Tuhan Yang Tidak Dapat Berbuat Adil.

Allah azza wa jalla mengutuk iblis bukan tanpa adil. Dia telah mengajak untuk menyembah Allah. Akan tetapi, iblis menolak dan memohon kepada Allah untuk ditangguhkan siksa atas perbuatannya. Tawaran Allah kepada iblis sesungguhnya adalah Allah azza wa jalla sebagai Tuhan Yang Maha Pencipta berkehendak mengajak iblis hidup bahagia di surga.

Akan tetapi, dia sombong akan dirinya. Allah azza wa jalla menentukan apa pun kepada makhluk-Nya adalah hak bagi-Nya. Dia patut meminta kepada ciptaan-Nya sebagaimana yang dikehendaki-Nya.

Allah azza wa jalla telah berbuat adil bagi iblis atas keinginannya untuk ditangguhkan sampai Hari Kiamat tiba. Allah Maha Pencipta tidak pernah membiarkan kepada semua makhluk-Nya tanpa tidak berbuat adil.

Allah azza wa jalla sangat adil bila Dia mengajak manusia dan jin agar berhati-hati terhadap musuh yang nyata (iblis laknatullah ‘alaih). Allah menunjukkan jalan yang lurus supaya mereka dapat memperoleh kehidupan yang sangat dipenuhi dengan kebahagiaan.

Keadilan Allah ditunjukkan kepada manusia dan jin dengan menurunkan para rasul untuk memberi peringatan dan kabar gembira dari Dia Yang Maha Bijaksana yang dihimpun di dalam Kitab-Nya, Al-Quranul Karim.

Allah azza wa jalla berbuat demikian sebagai wujud bahwa Dia adalah Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang. Allah azza wa jalla berbuat demikian karena Dia Tuhan Yang Maha Mengetahui atas keberadaan makhluk-makhluk-Nya.

Allah sangat mengetahui bagaimana seorang manusia bila dalam keadaan tidak memiliki pengetahuan tentang perbuatan musuh-musuhnya. Musuh yang paling nyata adalah setan, baik dari golongan jin maupun manusia sendiri.

Iblis beserta anak cucunya sangat membenci anak cucu Adam a.s.. Sampai Kiamat tiba, mereka tidak pernah berhenti untuk menggoda manusia dan jin. Anda boleh jadi bertanya, adakah bahwa jin itu termasuk anak cucu Adam a.s? Bukankah jin itu berbeda dengan manusia?

Allah azza wa jalla sebagai Tuhan Yang Maha Bijaksana telah memberi tangguh kepada iblis sampai Kiamat. Jin adalah juga ada yang beriman kepada Allah. Sebagaimana iblis yang saat dia berada di surga termasuk yang beriman kepada Allah. Iblis dari golongan jin sangat menentang Allah.

Akan tetapi, tidak semua jin selalu mengikuti iblis laknatullah ‘alaih. Jin-jin yang beriman kepada Allah patut diselamatkan oleh Allah dari angkara murka iblis. Maka, jin yang muslim akan diperlakukan yang sama sebagaimana manusia yang beriman kepada-Nya. Sebaliknya, manusia yang tidak beriman kepada Allah, maka dia tidak patut memperoleh pertolongan Allah.

Pertolongan Allah azza wa jalla akan diterima langsung saat masih berada di dunia, bukan di Hari Kemudian. Alam barzakh adalah alam di mana manusia tidak lagi memperoleh pertolongan langsung dari Allah. Ada pun apabila ada di antara ahli warisnya yang masih hidup memohon pertolongan kepada Allah agar memberi ampunan kepada kedua orang tuanya, maka sesungguhnya Allah Maha Bijaksana.

Selama dia tidak syirik kepada Allah selama hidupnya, semuanya hanya diserahkan kepada Allah Yang Maha Mengampuni dosa-dosa manusia yang tidak tunduk dan patuh kepada-Nya saat masih berada di dunia.

Tetapi, yang pasti bahwa Allah Azza wa Jalla akan memberi pertolongan kepada manusia ketika dia masih di alam dunia. Kita tidak mengetahui bagaimana Allah berbuat atas permohonan dari seseorang yang masih hidup untuk kedua orang tuanya atau orang-orang yang dimintakan untuk dido’akan karena tidak ada lagi ahli warisnya yang dapat mendo’akan untuknya atau memang mereka tidak memiliki anak. Allah azza wa jalla sangat menyayangi kepada hamba-hamba-Nya yang tunduk dan patuh kepada-Nya. Apabila dia berdo’a, maka Allah pasti mengabulkannya.

Kasih sayang Allah kepada hamba-hamba-Nya yang bertakwa benar-benar diperhatikan. Apa pun yang dimohonkan kepada Allah, maka Dia memenuhinya. Jadi, tidak mustahil bila ada seorang hamba bertakwa berdo’a untuk yang sudah meninggal dengan tidak syirik kepada-Nya, lalu Allah mengampuni-Nya.

Dikabulkannya do’a untuk ampunan seseorang disebabkan karena yang mendo’akannya adalah hamba-Nya yang disayangi oleh Allah. Bagaimana bila yang berdo’a itu bukan orang-orang yang tunduk dan patuh kepada-Nya? Allah azza wa jalla lebih mengetahui bagaimana seharusnya Dia berbuat atas Diri-Nya sendiri.

Allah adalah Tuhan semua makhluk-Nya yang tiada Dia mustahil makhluk-Nya dapat tetap dengan keadaannya sendiri berbuat. Anda berbuat sejalan dengan sunatullah. Anda berpikir mengikuti ketentuan-ketentuan yang sudah digariskan oleh Allah bagaimana berpikir itu terjadi.

Anda memperoleh rezeki melalui jalan yang seharusnya ditunaikan dengan berusaha sesuai ketentuan-ketenatuan yang harus dipatuhi secara syar’i. Mustahil Anda dapat berbuat apa pun semata-mata karena perbuatan Anda sendiri. Allah azza wa jalla telah melengkapi dengan karunia yang ditanamkan kepada diri manusia sehingga dia dapat hidup sebagaimana adanya.

Ketetapan-ketetapan Allah dibuat atas dasar kasih sayang-Nya terhadap makhluk-makhluk-Nya. Akan tetapi, kebanyakan manusia tidak menyadarinya. Maka, dalam ayat ketiga Surat Al-Fatihah, Arrahmaanirrahiim, Allah bermaksud menegaskan ulang agar menjadi perhatian bagi kaum beriman.

Allah telah menyampaikan kepada kaum beriman saat menyatakan Diri-Nya sebagai Tuhan Yang Maha Esa yang patut diseru, bukan menyeru kepada selain Allah. Bahwa Dia adalah Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang dalam ayat pertama Surat Al-Fatihah, bismillahirrahmaanirrahiim.

Makna Ayat Keempat Surat Al-Fatihah


Selanjutnya ayat keempat, Maliki yaumiddiin. Yang Menguasai Hari Pembalasan. Ayat ini dapat dimaknai sebagai berikut: “Allah Azza wa Jalla sebagai Tuhan Yang Menguasai semua alam, maka Dialah Penguasa Tunggal yang akan menentukan pembalasan di Hari yang dijanjikan itu tiba. Itulah Hari Pembalasan. Anda dan siapa pun tidak dapat menghindar dari pertimbangan (mizan) Allah. Allah Azza wa Jalla pasti memberlakukan bagi semua manusia dan jin (selain iblis dan sekutunya yang sudah pasti ketetapan-Nya, bahwa mereka menempati neraka jahanam.) menghadapi pembalasan. Mizan Allah yang menentukan Anda diselamatkan atau tidak. Pengadilan Allah pasti berlaku pada Hari itu. Perhitungan Allah sangat tepat. Tidak ada seberat zarah pun tanpa perhitungan yang tidak pasti, selain semua amal-amal akan ditimbang dengan tepat. Tidak ada perbedaan di hadapan mizan Allah, semua menghadapi pengadilan Ilahi. Siapakah yang berani menganggap dirinya berkuasa? Tidak ada. Semua ketakutan. Dialah Allah Yang Menguasai Hari Pembalasan. “

Makna Ayat Kelima Surat Al-Fatihah


Dengan diingatkan sebagaimana ayat keempat tersebut, maka Allah menghendaki agar manusia dan jin hanya beribadah kepada Allah. Allah adalah satu-satunya Tuhan Yang Patut disembah oleh semua makhluk-Nya. Allah Azza wa Jalla mengajari kepada manusia dan jin untuk mengikuti firman-Nya. Allah Azza wa Jalla berfirman pada ayat kelima surat al-Fatihah, Iyyaaka na’budu wa iyyaaka nasta’iin. Hanya kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan.

Ayat kelima ini menegaskan bahwa Allah Azza wa Jalla sangat menghendaki agar manusia dan jin tidak menyembah selain Allah. Allah SWT sebagai Tuhan Yang Esa adalah Dia Yang Menguasai Hari Pembalasan. Sekiranya manusia dan jin tidak tunduk dan patuh kepada-Nya, maka Allah akan membalasnya di Hari itu. Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Dia tidak menghendaki manusia dan jin tidak beriman kepada kebenaran. Bahwa benar adanya Hari Pembalasan itu.

Allah SWT mengajarkan kepada manusia dan jin agar hanya beribadah kepada-Nya. Allah Azza wa Jalla menciptakan jin dan manusia hanya untuk mengabdi kepada-Nya. Dia tidak sekadar mencipta jin dan manusia, melainkan juga mengajarkannya. Menciptakan dan mengajarkan manusia dan jin adalah firman-Nya ketika diwahyukan kepada rasul Allah saaw untuk pertama kalinya (lihat 5 ayat pertama surat al-‘Alaq.).

Allah Azza wa Jalla tidak membiarkan begitu saja ketika Dia berkehendak menciptakan makhluk-Nya. Manusia dan jin tidak mungkin mengerti bila tidak diajarkan untuk apa mereka diciptakan. Allah mengajarinya dengan perantaraan kalam. Andaikan tidak diberi pelajaran (pengetahuan), mustahil manusia mengetahui arti hidup bagi dirinya. Dengan begitu, dia akan mendapati makna hidup yang sesungguhnya. Hidup untuk hidup, bukan hidup untuk mati.

Manusia dan jin diciptakan oleh Allah hanya untuk beribadah kepada-Nya. Dengan perantaraan al-Qur’an (kalam) kita mengetahui bahwa tujuan diciptakannya manusia dan jin adalah untuk beribadah kepada Allah. Tidak ada tujuan lain. Untuk itulah al-Qur’an diturunkan agar manusia dan jin menyadarinya. Pengajaran Allah Azza wa Jalla kepada manusia dan jin supaya mereka lebih memperhatikan firman-firman-Nya yang ditulis di dalam al-Qur’an. Allah SWT menjelaskan berbagai aturan mengenai ‘ubudiyah. Inilah bukti bahwa Allah telah memberi petunjuk kepada manusia juga jin.

Allah Azza wa Jalla memerintahkan kepada semua manusia dan jin agar tidak boleh menyembah selain kepada-Nya. Intinya adalah Dialah Allah Yang Maha Pencipta sudah sepatutnya disembah. Tiada Tuhan yang patut disembah kecuali Allah. Allah adalah Tuhan Yang Maha Kuasa, maka tak ada seorang makhluk pun yang dapat berkuasa di dalam kekuasaan-Nya. Mustahil ada kerajaan di dalam kerajaan. Allah adalah Rajanya manusia, mustahil manusia merajai Tuhannya. Demikian juga dengan jin dan makhluk-makhluk lainnya. Semua tunduk dan patuh hanya kepada Allah.

Penghambaan diri seorang manusia kepada Allah adalah patut dilakukan. Kekuasaan-Nya tak dapat dipengaruhi oleh makhluk-Nya. Allah Maha Berkehendak. Dengan kehendak-Nya, Dia dapat berbuat apa pun di dalam kekuasan-Nya. Manusia dan jin adalah makhluk yang diciptakan, maka tak mungkin keberadaannya melebihi dari Yang Mengadakannya. Pencipta memiliki kemampuan untuk berbuat sebagaimana yang dikehendaki-Nya. Sedangkan ciptaan atau buatan bergantung bagaimana Yang Menciptakannya.

Oleh karena itu, apabila Allah azza wa jalla berkehendak agar manusia dan jin beribadah kepada-Nya sebenarnya karena Dia Maha Kuasa sebagai Pencipta. Dia dapat berbuat apa saja yang dalam kekuasaan-Nya mengikat bagi siapa pun makhluk-Nya.

Akan tetapi, Allah tidak pernah memaksa agar mengikuti perintah-Nya melainkan Allah telah menyediakan bagi makhluk-makhluk-Nya tempat yang sepadan dengan pembangkangannya. Allah azza wa jalla telah menyediakan surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya bagi orang-orang yang beriman kepada-Nya. Demikian juga, Allah telah mempersiapkan untuk orang-orang yang tidak beriman kepada-Nya neraka yang bahan bakarnya dari batu dan manusia.

Allah azza wa jalla mengajak manusia dan jin agar beribadah kepada-Nya bukan semata-mata hanya karena kehendak-Nya selain untuk kebahagiaan manusia dan jin. Allah azza wa jalla sama sekali tidak membutuhkan makhluk-Nya, melainkan makhluk-Nya lah yang membutuhkan-Nya.

Ajakan untuk beribadah hanya kepada-Nya lebih mengutamakan kasih sayang Allah bagi makhluk-makhluk-Nya. Demikianlah mengapa Allah SWT berfirman, “Hanya kepada-Mu kami menyembah,” menjadi pengajaran Allah kepada jin dan manusia sebagai makhluk ciptaan-Nya.

Allah azza wa jalla kemudian mengajari kepada manusia melalui perantaraan firman-Nya (masih lanjutan ayat kelima Surat Al-Fatihah), “dan hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan.” Apa maknanya?

Allah azza wa jalla mengajari hal demikian karena Allah Maha Mengetahui bahwa manusia, juga jin, adalah makhluk-Nya yang lemah tak berdaya. Tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah.

Allah mengajari kepada manusia agar memohonlah pertolongan kepada Allah ketika mau menyembah kepada-Nya. Menyembah atau beribadah kepada Allah adalah kewajiban yang memang harus dilaksanakan oleh manusia dan jin.

Allah azza wa jalla telah memerintahkan untuk berbuat demikian kepada jin dan manusia. Namun demikian, beribadah kepada Allah bukanlah sebatas hanya untuk memenuhi kewajiban, melainkan juga memahami mengapa Allah memerintah seperti itu.

Ajakan Allah untuk beribadah dan memohon pertolongan hanya kepada-Nya adalah lebih mengutamakan kasih sayang Allah kepada jin dan manusia. Allah pasti lebih mengetahui dari apa yang tidak diketahui oleh makhluk-Nya (jin dan manusia).

Saat diturunkan ayat ini, Allah azza wa jalla Maha Mengetahui akan kejahatan musuh yang nyata (iblis) untuk menyesatkan dari jalan Allah. Dia (Allah) tidak sebatas memerintahkan untuk beribadah kepada-Nya, melainkan juga mengajari untuk segera memohon pertolongan kepada Allah dari jebakan setan yang terus dibuat agar manusia dan jin terperangkap mengikuti jalannya. Allah azza wa jalla pasti akan menolong mereka yang secara istiqamah memohon pertolongan kepada-Nya dari godaan setan yang terkutuk ketika sedang beribadah kepada-Nya.

Kebaikan lawannya keburukan. Ketika Anda berniat menjalankan perintah Allah untuk beribadah kepada-Nya, maka niat Anda merupakan kebaikan. Akan tetapi, keburukan selalu mengikuti kebaikan yang dilancarkan oleh iblis beserta pasukannya. Tanpa disadari, Anda akan mengikuti jalannya yang dibuat untuk menjebak Anda. Sekiranya Anda tidak memohon perlindungan kepada Allah, maka kebaikan Anda dihalangi oleh siasat iblis sehingga Anda tidak lagi meneruskannya.

Pertolongan Allah sangat dibutuhkan oleh manusia yang beribadah kepada-Nya. Allah azza wa jalla tidak akan membiarkan Anda yang mengaku beriman kepada-Nya selain diuji lagi. Ujian Allah tentu saja dimaksudkan agar manusia lebih bertambah keimanannya kepada Allah.

Ujian Allah merupakan bagian dari kehidupan manusia beriman yang tidak dapat dihindari. Maka, jika Anda berniat untuk beribadah kepada Allah, Dia tidak pernah menerima begitu saja selain mengujinya terlebih dahulu. Ujian Allah secara terus menerus akan diberikan kepada orang-orang beriman sampai mereka kuat dan teguh keimanannya.

Ujian Allah kerap kali datang dalam bentuk penderitaan, ketidakharmonisan, kekecewaan, kesakitan, kepedihan, kekurangan, keletihan, tersisihkan dan lain-lain kondisi hidup yang tidak enak dirasakannya.

Ujian Allah memang demikian bila dirasakan oleh orang-orang yang beriman. Allah azza wa jalla sama sekali tidak berarti secara terus menerus tanpa memberikan kenikmatan untuk orang-orang beriman, melainkan kebahagiaan jiwa akan datang sekiranya orang-orang beriman menyadarinya bahwa Allah sedang mengujinya.

Dalam perjalanan hidup menerima ujian itulah setan datang menggoda dan menawarkan jasa untuk menghindari ujian. Iblis beserta pasukannya mencarikan solusi seolah jalan keluar yang terbaik darinya agar tidak secara terus menerus mengalami kekecewaan.

Padahal ujian Allah memang datang dalam bentuk kekecewaan kepada orang-orang yang beriman. Anda, misalnya, sedang diuji oleh Allah dengan kekecewaan terhadap usaha Anda sendiri yang tidak pernah berhasil. Anda selalu datang memohon pertolongan kepada rekan-rekan Anda yang sudah berhasil menjalankan usaha tersebut.

Akan tetapi, Anda bukannya menerima pertolongan selain kekecewaan. Allah membiarkan Anda seakan tidak menolong Anda. Padahal, Allah sedang menguji Anda untuk tetap bersabar menerima kenyataan pahit seperti itu.

Sekiranya Anda menyadari bahwa kekecewaan yang Anda terima merupakan bagian dari ujian yang Anda terima dari Allah, lantas Anda datang menemui Allah dengan tetap bersabar mendirikan solat untuk memohon pertolongan kepada-Nya, maka sesungguhnya Allah akan menolong Anda.

Allah azza wa jalla menguji Anda tidak dalam waktu yang lama, melainkan Anda tetap berusaha secara profesional sejalan dengan syari’at sampai Allah menurunkan pertolongan kepada Anda. Jika hal demikian Anda dapat melampauinya, Anda telah berhasil menerima ujian.

Allah azza wa jalla menguji Anda dengan rahmat dan kasih sayang-Nya, bukan dengan tujuan penyiksaan. Sama sekali salah. Apalagi disebut bahwa Allah tidak adil. Jelas sangat salah. Allah menguji untuk meningkatkan derajat keimanan sampai Anda menjadi mulia di sisi-Nya.

Allah azza wa jJalla tidak menghendaki orang-orang beriman lalai dari tugasnya sebagai seorang yang meyakini kebenaran. Allah SWT berfirman di dalam Al-Quran dan menyampaikan kebenaran serta menjelaskannya untuk menjadi bahan pelajaran.

Jika disampaikan di dalam Al-Quran bahwa orang-orang yang mengaku beriman pasti akan diuji lagi oleh Allah, maka perkataan itu benar adanya. Bila seorang beriman mendapati ujian tersebut, maka tidak boleh berkeluh kesah, maka itu benar adanya.

Bila dikatakan bahwa Allah akan menolong orang yang beriman yang menerima ujian dengan penuh sabar dan tawakal kepada-Nya, maka itu benar adanya.

Apabila difirmankan oleh Allah bahwa iblis akan menyesatkan anak cucu Adam a.s sampai Hari Kiamat, maka itu benar adanya.

Apabila diajarkan oleh Allah di dalam Al-Quran, mintalah pertolongan kepada Allah apabila diuji dengan tetap bersabar menerima ujian kemudian bermohonlah kepada Allah di dalam solat pertolongan itu, maka itu benar adanya.

Allah azza wa jalla mengajarkan kepada manusia dengan perantaraan kalam, sesungguhnya bahwa ayat-ayat Allah itu adalah pedoman bagi manusia untuk mengetahui bagaimana sesungguhnya apa yang menjadi kehendak Allah itu. Apabila diajarkan oleh Allah, “hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan,” maka Allah mengajarkan: ‘Rendahkanlah dirimu di hadapan Allah dengan sepenuh hati memohon pertolongan kepada-Nya.’

Allah azza wa jalla mengajarkan manusia untuk tunduk dan patuh kepada-Nya pada ayat yang lain, maka ketika seorang beriman memohon pertolongan kepada-Nya, hendaklah dia tunduk dan patuh kepada-Nya.

Allah azza wa jalla sebagai Tuhan Yang Maha Berkuasa tentu saja sangat patut untuk diikuti perkataan-Nya bila kita mengaku beriman kepada-Nya. Misalnya, seandainya Anda berada di dalam sebuah kerajaan sebagai seorang rakyatnya, maka Anda akan tunduk dan patuh kepada semua titah raja. Bila Anda mengaku sebagai seorang yang meyakini bahwa Allah adalah Tuhan Anda, patutkah Anda tidak tunduk dan patuh kepada-Nya?

Dengan demikian, ayat kelima ini merupakan ayat Allah dalam mempertegas kewajiban orang beriman untuk beribadah hanya kepada Allah sekaligus memohon pertolongan-Nya dengan penuh kesabaran dan tetap berhubungan dengan Allah ketika Allah mengujinya. Dalam beribadah kepada Allah dibutuhkan kesabaran dan permohonan pertolongan kepada-Nya agar tidak terjebak oleh iblis beserta pasukannya yang selalu menggoda dan mengganggu kekhidmatan beribadah.

Makna Ayat Keenam Surat Al-Fatihah


Pada ayat selanjutnya (ayat 6), Allah azza wa jalla berfirman, “Tunjukilah kami (ke arah) jalan-Mu yang lurus.” 

Ayat ini bermakna bahwa sesungguhnya Allah azza wa jalla Maha Mengetahui akan ketidaktahuan manusia dan jin akan jalan-Nya yang lurus. Allah sebagai Tuhan Yang Maha Pencipta dengan penuh kasih sayang-Nya mengajari manusia dan jin yang beriman kepada-Nya agar memohon petunjuk kepada Allah untuk diantarkan ke arah jalan yang lurus.

Orang-orang beriman benar-benar tidak mengetahui jalan Allah yang lurus bila tidak memohon petunjuk kepada-Nya. Jalan yang lurus ini akan mengantarkan kepada Dia Yang Maha Pencipta sampai dengan seizin-Nya diperkenankan ditemui-Nya.

Allah azza wa jalla lah Yang Maha Mengetahui akan jalan-Nya sendiri. Maka, mustahil tanpa petunjuk-Nya orang-orang beriman menemukan jalan menuju kepada-Nya.

Allah azza wa jalla sesungguhnya sangat menyayangi orang-orang beriman. Maka, Dia benar-benar mengajarinya agar memohonlah petunjuk kepada-Nya. Jalan menuju kepada-Nya sungguh sangat terjal penuh jebakan setan menghadangnya.

Jika orang-orang beriman tidak ditolong oleh Allah, mustahil mereka selamat sampai menemukan jalan Allah. Anda mustahil berjumpa dengan Allah di hadirat-Nya sekiranya bukan karena Allah menyayangi Anda.

Bagi orang-orang beriman, Allah azza wa jalla mengajaknya agar tidak boleh merasa lelah untuk mendekati-Nya dengan secara istiqamah memohon pertolongan-Nya. Perjalanan manusia belum sampai pada puncaknya bila belum diperkenankan menemui-Nya.

Petunjuk Allah sangat dibutuhkan karena manusia beriman masih menghadapi berbagai ujian. Ujian Allah dimaksudkan agar dapat menuju kepada jalan-Nya. Tanpa petunjuk-Nya, mustahil akan menemukan-Nya. Jalan yang lurus merupakan jalan yang dibutuhkan agar orang-orang beriman mencapai derajat takwa.

Ajakan Allah untuk memohon petunjuk kepada-Nya menunjukkan bahwa manusia sesungguhnya tidak mengetahui apa-apa. Orang-orang beriman dapat beribadah kepada-Nya karena Allah mengajarinya dengan perantaraan kalam. Allah sangat sayang kepada orang-orang beriman.

Jika bukan karena Dia, tak ada satu pun yang dapat diselamatkan. Allah Maha Pencipta pasti memberikan pertolongan kepada mereka yang beriman kepada-Nya sekiranya mereka meyakini akan kebenaran firman-Nya.

Allah Azza wa Jalla mengutus para nabi dan rasul-Nya untuk mengajari umatnya agar mengikuti apa yang diajarkan olehnya. Akan tetapi, kebanyakan mereka (umatnya) mencemoohkannya. Allah azza wa jalla memberi petunjuk kepada umatnya yang mengikuti rasul-Nya.

Anda hanyalah orang-orang beriman yang belum diberi petunjuk mengenal jalan Allah jika tidak memohon pertolongan kepada-Nya. Jalan lurus menuju kepada-Nya benar-benar ada sekiranya Allah memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki.

Jalan-jalan itu banyak, namun kebanyakan orang-orang beriman tidak menyadarinya. Hanya dengan memohon petunjuk kepada-Nya lah Anda akan diantarkan menuju ke arah jalan-Nya yang lurus. Allah azza wa jalla mengajari orang-orang beriman agar mencari wasilah (perantaraan) untuk mendekati-Nya dan berjuanglah sekiranya sudah diberikan petunjuk di jalan-Nya (sabilih).

Mengapa harus berjuang (jihad) di jalan-Nya bila sudah mendapat petunjuk melalui wasilah-Nya? Berjuang di jalan (sabil) Allah karena orang-orang beriman yang sudah memperoleh petunjuk akan menghadapi gangguan dari iblis laknatullah ‘alaih. Singkirkan mereka dengan pertolongan Allah dari diri Anda.

Berdzikirlah kepada-Nya secara istiqamah dengan sebanyak-banyaknya. Hanya dengan mengingat (dzikir) Allah, hati menjadi tenang. Berdzikirlah dengan sepenuh hati. Hatilah yang harus berdzikir supaya hati dapat merasakan langsung ketenangan itu. Dengan hati yang tenang, maka Nur Allah akan turun.

Makna Ayat Ketujuh Surat Al-Fatihah


Jalannya siapakah sesungguhnya yang diajarkan oleh Allah untuk dimohonkan? “(Yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka, bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.”

Siapakah mereka yang telah diberi nikmat oleh Allah? Mereka adalah para rasul dan nabi-Nya serta orang-orang bertakwa (Wali Allah dan makrifatillah). Jalan yang sudah ditemukan oleh mereka adalah jalan kenikmatan bukan jalan kemurkaan dan kesesatan.

Jalan yang lurus adalah jalannya orang-orang yang telah diberi anugerah kenikmatan oleh Allah. Jalan yang lurus ini hanya didapatkan apabila seorang beriman berniat dengan tulus untuk menemukannya.

Banyak orang beriman tetapi tidak peduli untuk menemukan jalan yang lurus. Mereka lebih memilih jalannya sendiri. Padahal Allah azza wa jalla telah mengajarinya di dalam Al-Quran akan jalan-jalan yang terbaik yang sudah disediakan oleh Allah.

Kilau dunia banyak menyebabkan orang-orang beriman menempuh jalannya sendiri. Jalan itu adalah jalan yang menyesatkan. Jalan itu seolah memberi kenikmatan, padahal menyesatkan. Allah azza wa jalla mengajari agar jangan memilih jalan yang sesat. Iblis bersama pasukannya berada di jalan yang sesat itu. Anda akan menjadi terombang-ambing bila berada di jalan itu.

Allah azza wa jalla mengajak kepada orang-orang beriman agar memohon pertolongan kepada Allah apabila secara tulus berniat mendekati-Nya. Jalan yang ditempuh untuk mendekati-Nya perlu diamankan dari segala jebakan iblis dengan selalu memohon perlindungan kepada-Nya.

Perlindungan Allah mutlak dibutuhkan ketika menempuh perjalanan kepada-Nya. Dengan perlindungan Allah, maka orang-orang beriman akan diselamatkan dari jalan sesat. Allah azza wa jalla pasti akan melindungi penempuh jalan bila menyandarkan kepada kekuasaan-Nya.

Sulit untuk mengetahui jalan yang lurus bila tidak diberi petunjuk oleh Allah. Bagaimana agar mendapati petunjuk Allah? Petunjuk Allah harus diminta. Bermohonlah dengan niat yang tulus untuk mendapati petunjuk-Nya.

Anda tidak cukup hanya membacakan ayat keenam di lisan, selain harus sampai ke dalam hati Anda. Bersungguh-sungguhlah mengharapkan pertolongan-Nya. Insya Allah petunjuk Allah akan datang mengantarkan Anda kepada wasilah yang mengetahui jalan yang lurus itu. Mencari wasilah dengan permohonan kepada Allah. Allah berfirman, seperti yang disebut terdahulu, carilah wasilah untuk mendekati-Nya (QS. Al-Maidah: 35).

Mencari wasilah sama dengan mengejar petunjuk. Mengapa demikian? Wasilah adalah jalan yang mengantarkan kepada jalan-Nya yang lurus. Mencarinya membutuhkan petunjuk dari Allah. Tidak semua orang beriman mudah mendapatinya bila tidak diberi petunjuk oleh Allah. Menemukan wasilah berarti mendapati petunjuk. Dari sanalah, penempuh jalan akan ditunjukkan ke jalan Allah yang lurus.

Wasilah dicari karena dengan perantaraan (wasilah) Anda akan dibimbing menunju jalan Allah. Pembimbingan diperlukan karena wasilah tersebut sudah melampaui perjalanan menuju kepada-Nya. Jalan-jalan yang sudah dilampaui oleh wasilah itulah yang dapat dijadikan sebagai jalan menuju kepada-Nya.

Bila berada bersama dengan wasilah-Nya, maka penempuh jalan akan dipandu untuk mengikuti jalan-Nya itu. Inilah jalan yang Allah telah menganugerahkan kenikmatan kepada mereka. Kenikmatan adalah merasakan adanya suatu kondisi jiwa yang tidak terbebani oleh keadaan yang paling menyiksa jiwa seseorang. Misalnya, Anda mengerjakan amal ibadah yang diwajibkan untuk ditunaikan, akan tetapi Anda merasakan tidak nyaman di hati. Anda solat, tetapi Anda tidak mendapati bagaimana nikmatnya solat itu.

Solat yang Anda tunaikan tidak menghilangkan kegundahan hati. Anda solat, tetapi hati Anda tetap gelisah. Anda solat wajib seakan menjadi beban yang harus ditanggalkan. Bila belum solat, yang Anda rasakan masih ada beban yang belum Anda tanggalkan.

Solat yang Anda tunaikan sebatas menanggalkan kewajiban, tetapi hakikatnya belum Anda dapatkan. Sedangkan Anda menghadapi persoalan yang memusingkan kepala Anda. Solat Anda tidak menghilangkan keadaan jiwa Anda bahwa Anda tidak nyaman menghadapi persoalan. Solat seperti ini adalah solat yang tidak menjadikan Anda marasakan kenikmatan.

Allah azza wa jalla menunjuki siapa yang Dia kehendaki. Anda pasti akan mendapati jalan yang lurus bila Allah menghendaki Anda memperoleh jalan-Nya itu. Inilah jalan yang membutuhkan keridoan dari Allah.

Rido Allah sangat mempengaruhi akan kedudukan Anda di sisi-Nya. Bila Dia tidak rido, maka mustahil Anda mendapati jalan-Nya itu. Maka, ketulusan niat Anda untuk mendekati Allah sangat berpengaruh terhadap pertolongan Allah kepada Anda.

Jika Anda memiliki niat tidak tulus, hanya sebatas ada keinginan tanpa benar-benar diperjuangkan dengan berdo’a dan terus dijalankan niat itu dengan tidak merasa lelah, mustahil Allah akan meridoi atas niat Anda itu.

Allah Azza wa Jalla hanya meridoi bila para penempuh jalan benar-benar tulus untuk menempuhnya tanpa merasa lelah. Menuju kepada-Nya tidak semudah yang Anda pelajari.

Betapa pun Anda sangat menguasai ilmu-ilmu keislaman yang membahas cara menempuh jalan-Nya, tidak ada jaminan menemukan jalan-Nya bila Anda mudah berputus asa (merasa lelah). Allah azza wa jalla akan menolong Anda bila Anda benar-benar tulus mencari jalan yang lurus itu, bukan jalan yang dimurkai maupun jalan yang sesat.

Bagaimana dengan jalan yang dimurkai dan jalan yang sesat itu? Jalan-jalan itu adalah jalan-jalan setan laknatullah ‘alaih.

Allah sangat murka bila ada orang-orang mukmin mengikuti jalan orang-orang kafir. Anda termasuk dimurkai apabila Anda mengikuti cara ibadah orang-orang kafir. Orang-orang kafir sangat memusuhi orang-orang beriman yang sangat patuh dan taat kepada Allah.

Orang-orang kafir berupaya untuk menggoda orang-orang beriman mengikuti jalannya. Apabila ada di antara orang-orang beriman menjadikan orang-orang kafir sebagai pelindungnya, maka Allah pasti murka.

Jalan orang-orang kafir selalu mengumbar apa pun tanpa ada kendali diri. Tidak ada aturan yang menyandarkan kepada kebenaran Allah. Itulah cara orang-orang kafir mengibuli orang-orang beriman. Jalan yang dimurkai oleh Allah adalah jalan yang mengingkari kebenaran ayat-ayat Allah. Andaikan mereka diberi peringatan atau tidak diberi peringatan, mereka tetap tidak beriman.

Allah azza wa jalla menegaskan bahwa jalan yang lurus itu bukan jalan orang-orang yang disesatkan. Orang-orang sesat adalah orang-orang yang tidak memperoleh petunjuk. Mereka adalah orang-orang yang selalu mencampuradukkan antara yang hak dan yang batil. Orang-orang sesat tidak pernah memisahkan antara yang hak dan yang batil.

Allah azza wa jalla diseru hanya dibutuhkan apabila keinginan duniawinya dipenuhi. Apabila tidak dipenuhi keinginannya, maka mereka mencari jalan yang dapat memenuhi keinginannya, tak menjadi soal walaupun jalan itu adalah jalan salah.

Mereka solat, tetapi solatnya bukan untuk beribadah kepada-Nya, selain untuk memenuhi jalan yang ditempuhnya. Allah disembah karena dia merasa sebagai muslim, tetapi mereka bersekutu dengan jalan sesat. Jalan sesat adalah jalan setan (iblis) yang dianggap dapat memenuhi keinginannya. Naudzu billahi min dzalik.

Allah azza wa jalla membiarkan mereka terombang-ambing di dalam kesesatan. Jalan sesat adalah jalan yang membinasakan atas dirinya beserta keluarga mereka. Tipu daya setan menyeret mereka kepada kebutaan pandangan terhadap jalan yang lurus.

Perhatian terhadap keinginan duniawi menutup pendengaran dari suara hatinya yang mengajak kepada kebenaran. Pintu keberkahan tertutup baginya. Mereka mengandalkan kepada angan-angan yang memabukkan indahnya dunia. Apa pun yang ditawarkan oleh iblis diikuti. Bagi mereka, dunia lebih utama daripada akhirat.

Itulah jalan orang-orang yang mengikuti hawa nafsu. Nafsu cenderung mengajak kepada kejahatan. Allah azza wa jalla hanya menjadikan nafsu dirahmati apabila Dia dijadikan sandaran dengan sepenuh hati.

Perumpamaan orang-orang yang memiliki nafsu (nafs atau diri atau jiwa) yang dirahmati Allah adalah layaknya intan permata yang memancarkan cahaya menyejukkan pandangan orang yang melihatnya. Allah memancarkan cahaya-Nya ke dalam hati yang senantiasa mengingat-Nya dengan sepenuh kesadaran akan kemahabesaran-Nya.

Perumpamaan itu sangat jelas perbedaannya dengan hati orang-orang yang mengikuti dorongan nafsu setan. Hati sesungguhnya secara fitrah mengakui adanya kebenaran. Akan tetapi, keinginan duniawi memadamkan pelita yang telah Allah tanamkan di dalam jiwanya (hatinya).

Orang-orang yang berada di jalan sesat adalah mereka yang terkalahkan oleh bisikan setan yang meniupkan kejahatan di dadanya. Pelita pun padam karena kuatnya bisikan setan yang menguasa jiwa.

Allah azza wa jalla adalah Tuhan Yang Maha Adil. Segala keinginan nafsu akan dipenuhi dengan konsekuensi yang akan diterimanya. Bila nafsu dunia, maka dunialah yang akan diperolehnya tanpa sedikit pun meraih kebahagiaan. Senang sesaat lebih diperlihatkan untuk menjadi siksaan atas jiwanya. Seolah menyenangkan, padahal sesungguhnya mencelakakan.

Allah SWT menunjuki jalan yang lurus agar orang-orang beriman memperoleh kebahagiaan bukan kesenangan. Allah azza wa jalla Maha Pengasih dan Penyayang tidak mungkin mengabaikan kekuasaan-Nya dalam menciptakan manusia dan jin tanpa diantarkan kepada suatu petunjuk untuk memahami apa yang menjadi kehendak-Nya.

Maka, dengan perantaraan kalam-Nya, Dia mengajari agar manusia dan jin mengikuti petunjuk-Nya yang mengantarkan kepada kehidupan yang sesungguhnya (hidup kekal) di alam keabadian. Allah SWT menciptakan keberadaan alam dunia menjadi wadah untuk mencari bekal hidup di alam keabadian tersebut.

Akan tetapi, sebagaimana disinggung terdahulu, bahwa kehidupan di alam dunia penuh dengan siasat dan jebakan dari musuh yang nyata manusia, yaitu iblis laknatullah ‘alaih. Maka, apabila Allah mengingatkan agar hati-hati terhadap godaan dan rayuan iblis sesungguhnya adalah bentuk kasih sayang-Nya kepada manusia dan jin supaya menjadi manusia sejati (sejati berarti sebenarnya. Maka, bila disebut manusia sejati berarti dia adalah manusia baik secara fisik [jasad] maupun ruh [hati nurani] yang sebenarnya, bukan campur. Fisiknya manusia, hatinya [ruhnya] juga manusia, bukan iblis dalam wujud yang mengerikan.). Namun, kebanyakan manusia tidak menyadarinya.

Kelihaian iblis mengelabui manusia, juga jin, menyebabkan manusia dan jin tidak tunduk dan patuh kepada-Nya. Allah azza wa jalla sudah memberi peringatan. Tetapi, manusia dan jin selalu saja tidak mengambil pelajaran.

Ajakan iblis ternyata lebih diperhatikan. Padahal, mereka (iblis) hanya melakukan tipu daya. Tidak ada yang sebenarnya, selain kepalsuan. Tipu muslihat setan (iblis) melumpuhkan manusia dan jin sampai menjadi sekutunya.

Allah azza wa jalla Maha Perkasa lagi Maha Gagah dapat melumpuhkan iblis beserta pasukannya. Oleh karena itu, Allah azza wa jalla mengajari manusia dan jin agar memohon perlindungan kepada-Nya.

Allah azza wa jalla adalah Tuhan Yang Maha Kuasa. Dengan kekuasaan-Nya, Dia melindungi siapa yang membutuhkan perlindungan kepada-Nya. Allah azza wa jalla mengajari manusia dan jin untuk tidak mengikuti jalan setan. Jalannya sangat menyesatkan.

Bohong bahwa setan membantu menyelesaikan masalah hidup. Jangankan untuk manusia, mereka sendiri dalam hidup yang dipenuhi dengan kepalsuan. Seperti betul, padahal salah. Kelihatan bersih, padahal kotor. Terasa nikmat, padahal pedih. Bicara seolah benar, padahal keliru. Supaya terkesan manis, mereka menyiasati dengan buaian. Semua jalannya tidak lurus.

Manusia yang mengikuti jalan sesat akan sengsara di ujung kenistaan. Semua yang dikumpulkan hasil akhirnya penderitaan. Pendusta tetap berpura-pura untuk memutarbalikkan fakta. Allah Maha Mengetahui perbuatan mereka. Jika manusia, juga jin, tidak bertobat untuk keluar dari jalan setan, maka Allah akan mengazab dengan siksa yang sangat pedih.

Kepedihan pasti akan dirasakan jauh sebelum menghadap Allah di Pengadilan-Nya. Hidup yang dilaluinya penuh dengan kepedihan. Suasana jiwa seseorang yang mengikuti jalan sesat tidak seperti yang ditawarkan oleh setan. Sebaliknya, jiwanya terombang-ambing dalam kebimbangan dan kekacauan. Sungguh sangat memilukan.
NEXT ARTICLE Next Post
PREVIOUS ARTICLE Previous Post

2 komentar

avatar

satu kebaikan iblis, dia mengajarkan kita untuk selalu tekun.
mereka tekun menggoga manusia,manusia tekun berusaha berada di jalan yang lurus.
so jangan benci iblis,tanpanya maka dunia ini tidak ada ujian.
trims

avatar

Naudzu billahi min dzalik


EmoticonEmoticon

Post a Comment

NEXT ARTICLE Next Post
PREVIOUS ARTICLE Previous Post
 

Delivered by FeedBurner