Kelebihan orang-orang yang memperoleh petunjuk dibandingkan dengan yang belum mendapatkannya, satu di antaranya, adalah petunjuk tersebut dapat membantu orang-orang yang mendapatkannya mampu berbuat sebagaimana hatinya, bukan apa yang ada di dalam akalnya. Mengapa demikian? Kelebihan orang-orang yang memperoleh petunjuk bukan karena akalnya yang dipandang memiliki kelebihan, melainkan Allah telah memancarkan cahaya-Nya ke dalam hatinya.
Milik siapakah petunjuk itu? Jawabnya adalah milik Allah. Karena itu, jelaslah bahwa petunjuk tersebut bukan milik manusia. Manusia hanya memahami petunjuk karena ada suara di dalam hatinya, bukan di akalnya.
Lantas bagaimanakah sepatutnya petunjuk yang ada tersebut diaplikasikan dalam kehidupan di dunia ini? Pintu hati orang yang telah dibuka oleh Allah sehingga mendapati petunjuk dari-Nya, sebaiknya tidak dibiarkan begitu saja, selain harus benar-benar dapat dimanfaatkan untuk kemaslahatan bukan kemudaratan.
Petunjuk dianugerahkan oleh Allah dimaksudkan untuk membimbing seorang hamba tidak salah mengaplikasikan kehidupan sebagaimana yang dikehendaki Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Bijaksana.
“Kami berfirman: "Turunlah kamu semua dari surga itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati" (QS. Al-Baqarah: 38).
Allah swt telah berjanji, saat Adam a.s diturunkan ke bumi karena rayuan iblis laknatullah ‘alaih, bahwa bagi siapa pun kaum mukmin yang mengikuti petunjuk-Nya, maka baginya tidak ada kekhawatiran dan bersedih hati. Adakah setiap petunjuk yang diturunkan oleh Allah Yang Maha Bijaksana kepada siapa yang dikehendaki-Nya adalah sebagaimana ayat tersebut?
Benar. Ayat adalah perkataan Allah. Mustahil Allah berkata-kata tidak benar. Apa yang dikatakan-Nya pasti benar. Karena itu, jika Allah berkata-kata sebagaimana ayat tersebut di atas, maka sama sekali tidak salah. Bahwa orang-orang yang mendapati petunjuk lalu mengikutinya, mereka akan terhindar dari rasa khawatir dan bersedih hati.
Al-Quran adalah petunjuk Allah yang diturunkan untuk menerangi kaum mukmin agar dapat menjalankan apa yang menjadi kehendak-Nya. Dengan petunjuk yang diperoleh dari Al-Quran, maka sudah seharusnya orang-orang beriman mengaplikasikannya.
Apabila petunjuk Allah yang ada di dalam Al-Quran tidak diindahkan sampai tidak mengaplikasikannya, maka sulit bagi kaum mukmin mendapati petunjuk dari Allah secara langsung. Petunjuk yang diturunkan oleh Allah secara langsung tersebut dipancarkan ke dalam
hatinya.
Petunjuk dari Allah yang dipancarkan ke dalam hati kaum mukmin merupakan sebuah karunia Ilahi. Allah swt sebagai Tuhan Yang Maha Mulia lagi Maha Bijaksana hendak menunjukkan akan kedudukan-Nya sebagai Tuhan Yang Maha Berkuasa. Dengan kedudukan-Nya tersebut, maka tak ada seorang pun yang dapat menghalangi-Nya.
Dunia saat ini (alam realitas) bukanlah dunia sebagaimana yang tidak dapat dijangkau oleh akal makhluk-Nya (manusia). Akal hanyalah diciptakan untuk mengerti apa yang sesungguhnya dikehendaki oleh Allah dalam penciptaan langit dan bumi. Karena itu, manusia yang dikarunia akal cerdas tidak sepatutnya tidak juga mengerti untuk apa Allah berada di dalam kekuasaan-Nya menciptakan langit dan bumi dan apa pun yang ada di antara keduanya.
Akal yang bijaksana selalu saja merenungkan penciptaan langit dan bumi, termasuk dalam penciptaan dirinya (manusia yang telah diberi akal). Tidaklah disebut telah berakal jika ada manusia yang telah diberi akal tidak juga mau merenungkan apa yang menjadi kehendak Allah. Allah sangat tidak menyukai orang-orang yang seperti itu.
Apabila ada di antara manusia diberi petunjuk oleh Allah, maka sesungguhnya Dia (Allah) menolong orang tersebut agar tidak lagi mendustai ayat-ayat-Nya. Petunjuk dari Allah sangat berbeda dengan petunjuk yang diperoleh dari makhluk-Nya. Dalam hal ini, petunjuk yang diturunkan Allah kepada siapa yang dikehendaki-Nya akan dipancarkan ke dalam hati sanubarinya. Sekali lagi bukan ke akalnya.
Tanda-tandanya, di antaranya, adalah orang terbut tidak pernah melupakan Allah (zikir) di hatinya. Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Bijaksana selalu saja disebut-sebut di dalam hatinya di setiap keadaan dan waktu sepanjang hidupnya. Keikhlasan untuk mencintai Allah di dalam hatinya telah menetapkan kedudukannya sebagai orang yang Allah juga akhirnya mencintainya.
Mengapa Allah akhirnya mencintainya? Karena dia telah mengikuti perintah Allah di dalam Al-Quran. “Jika kamu mengingat-Ku, niscaya Aku pun mengingatmu.” Allah adalah Tuhan yang selalu menepati janji-Nya. Alhasil, Allah pun tak pernah membiarkan hamba-Nya yang benar-benar mencintai-Nya, melainkan Allah pun rida membimbing hamba-Nya dengan petunjuk-Nya.
Seorang hamba yang tetap mendapati petunjuk dari Allah di dalam hatinya, dialah orang yang telah mencapai takwa. Al-Quran telah menjelaskan tentang ciri-ciri orang bertakwa pada surat Al-Baqarah ayat 2 - 5. Pada ayat kelima, Allah swt menegaskan:
“Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung” (QS. Al-Baqarah: 5).
Orang-orang yang tetap mendapati petunjuk dari Allah pasti menjadi orang yang beruntung. Orang yang beruntung adalah orang yang telah dilepaskan oleh Allah dari dalam kerugian (ingat surat Al-‘Ashr).
Sebaliknya, orang-orang yang tidak mendapati petunjuk, mereka itulah orang-orang yang merugi. Kerugianya adalah Allah tidak rida atas apa pun yang telah diperbuatnya, diucapkannya dan yang disembunyikannya. Mengapa begitu?
Pertanyaan semacam ini tidak sepatutnya terlontar dari orang-orang yang akalnya cerdas. Pemahamannya tentang ayat-ayat Allah sesungguhnya telah melampaui dari kebanyakan orang-orang yang belum diberi kesempatan oleh Allah dengan IQ yang tinggi. Bagi mereka Allah me-mafhum-inya (memberi pemaafan). Mereka tidak memahami dengan akalnya atas ayat-ayat Allah dan hadis Nabi-Nya. Bagi mereka, Allah-lah yang berhak menetapkan pembalasannya.
Kita sesungguhnya tidak dapat mempengaruhi hukum yang telah ditetapkan oleh Allah. Sebagai seorang mukmin, kita hanya dapat berkata: “Sami’na wa atha’na” – kami dengar dan kami taati. Keterikatan janji antara seorang hamba dengan Allah tak patut diingkari. Apa pun yang menjadi kehendak Allah harus diikuti dan dipatuhi.
Petunjuk Allah di dalam Al-Quran sudah sangat jelas akan perintah dan larangan-Nya. Kekuasaan Allah sebagai Tuhan Yang Maha Pencipta tidak dapat dipermainkan. Semuanya telah jelas. Apabila ada seorang hamba yang berupaya mendustai ayat-ayat-Nya, maka Allah pasti akan membalasnya dengan siksa yang sangat pedih.
Petunjuk dari Allah yang diperuntukkan bagi kaum muttaqin juga sangat jelas. Semuanya termaktub di dalam hatinya. Keutamaan kaum muttaqin merupakan wujud akan keluasan kasih sayang Allah atas perjuangannya dalam mengikuti petunjuk Allah di dalam Al-Quran.
Kaum muttaqin adalah kaum mukmin yang telah berjuang dengan sungguh-sungguh menjalankan apa yang menjadi perintah Allah dan menjauhi apa yang menjadi larangan-Nya. Keutamaan mereka dianugerahkan Allah atas dasar ketundukan dan kepatuhannya terhadap apa yang menjadi kehendak Allah. Mereka bukanlah tipikal orang yang selalu menyoal atas kehendak Allah pada dirinya.
Ujian dan cobaan tidak menyurutkan akan ketaatan dalam beribadah kepada Allah. Hidupnya telah dipasrahkan kepada-Nya. Tidak berjuang memaksakan diri melampaui batas kemampuannya. Apa yang tak sanggup memikulnya atas ujian yang didatangkan oleh Allah, mereka tak pernah berkeluh kesah. Sebaliknya, mereka akan segera menemui Allah melalui peribadatan yang disertai dengan berdoa memohon pertolongan-Nya.
Mereka juga tak henti-hentinya berzikir kepada Allah di waktu pagi dan petang. Bahkan di waktu duduknya, berdirinya dan berbaringnya. Tidak ada kata berputus asa. Apa yang dihadapinya di dalam kehidupan dilalui dengan penuh khidmat bersandar kepada keluasan kasih sayang Allah.
Singkat kata, kaum muttaqin adalah orang-orang yang mengikuti petunjuk Allah di dalam Al-Quran yang diturunkan melalui Jibril as kepada rasulullah saw sampai akhirnya Allah pun rida menurunkan petunjuk-Nya secara langsung ke dalam hati kaum muttaqin. Dan Al-Quran pun berkenan menjadi sahabat setianya. []
EmoticonEmoticon