Orang yang berakal cerdas belum pasti adalah orang yang dikaruniai al-hikmah. Banyak orang cerdas tetapi dia kafir, munafik, musyrik, fasik. Manusia yang dikaruniai oleh Allah dengan akal yang cerdas kerapkali pandai memutarbalikkan fakta. Anda cerdas belum tentu Anda beriman kepada ayat-ayat Allah. Tetapi, bila dia adalah orang yang diberi al-hikmah, insya Allah dia menggunakan akalnya untuk mengambil pelajaran. Inilah akal cerdas yang baik hati.
“Allah menganugerahkan al-hikmah (kefahaman yang dalam tentang al-Qur'an dan as Sunnah) kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan barang siapa yang dianugerahi al hikmah itu, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah)” (QS. Al-Baqarah: 269).
Antara IQ dan SQ
Kecerdasan intelegensinya (IQ) boleh jadi biasa-biasa saja, tetapi hatinya cerdas (SQ). Akal yang cerdas bukan jaminan sebagai orang yang yakin terhadap sesuatu yang tak tampak. Para pemikir yang menyandarkan pada apa yang ada di akalnya mudah dijebak oleh bisikan setan.
Andaikan Anda cerdas akalnya, tetapi hatinya kosong dari mengingat Allah, maka Anda sangat mudah terseret oleh rayuan setan yang membisik-bisik kejahatan di dada Anda, yang dialihkan kepada akal Anda.
“Dia-lah yang menurunkan Al-Kitab (Al-Quran) kepada kamu. Di antara (isi) nya ada ayat-ayat yang muhkamaat itulah pokok-pokok isi Al-Quran dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebagian ayat-ayat yang mutasyabihat untuk menimbulkan fitnah dan untuk mencari-cari takwilnya, padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: "Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyabihat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami." Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal” (QS. Ali Imran: 7).
Perhatikan ayat di atas, bagaimana Allah menyinggung orang yang hatinya condong kepada kesesatan. Dia boleh jadi cerdas secara intelegensinya, tetapi kosong hatinya dari mengingat Allah, karena itu dia cenderung kepada kesesatan. Dia menggunakan akalnya untuk menafsirkan ayat-ayat yang masih samar untuk menimbulkan fitnah.
Berbeda dengan itu, orang-orang yang disinggung Al-Quran sebagai yang ilmunya mendalam karena telah diberi al-hikmah, dia mengimani ayat-ayat mutasyabihat sebagai ayat-ayat yang hanya Allah saja yang mengetahui takwilnya. Allah Yang Maha Bijaksana menunjuki, dengan al-hikmah yang diberikannya, kepada orang-orang yang beriman, bukan kepada yang akalnya cerdas. Siapakah yang dapat mengambil pelajaran? Allah menunjuk orang-orang yang berakal.
Akal adalah suatu karunia Allah, yang secara sunatullah, seharusnya tunduk kepada perintah apa pun yang datangnya dari Allah. Akal merupakan salah satu bagian yang menandai unggulnya manusia dari makhluk lainnya. Allah menganugerahkan akal kepada manusia bukan tanpa tujuan. Dengan akalnya, dia diharapkan mengetahui apa yang dikehendaki Allah swt.
Akan tetapi, setan sebagai musuh yang nyata bagi manusia, akal dijadikan sebagai sarana yang tepat untuk disesatkan. Apa yang menyebabkan setan dapat menyesatkan akal? Akal lebih rasional dalam menganalisis ajaran atau pengetahuan. Akal diciptakan Allah untuk berpikir atas apa yang ada di dunia.
Sayangnya, orang yang hatinya kosong dari mengingat Allah, dunia yang dimaksud hanya salah satu saja. Padahal, dalam diri manusia terdapat dua dunia: dunia yang lahir dan dunia yang tak tampak. Orang yang hatinya tidak cerdas, dia hanya memperhatikan dunia yang tampak saja.
Itulah akal yang tidak baik hati. Artinya adalah akal yang ‘diakali’ oleh setan untuk tidak meyakini apa yang berada di luar realitas. Allah azza wa jalla menciptakan ruh, yang adalah hati, berada di dunia yang tak tampak atau berada di balik realitas. Anda sulit mengetahui apa yang berada di balik realitas kalau tidak diberi al-hikmah.
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram” (QS. Ar-Ra’d: 28).
Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Bijaksana menganugerahi al-hikmah kepada mereka yang hatinya tenang karena mengingat Allah. Apa yang disebut dengan al-hikmah? Dia (Allah) menanam al-hikmah di dalam hati, bukan di akal.
Anda, dengan al-hikmah itu, akan disingkapkan tabir gaib yang menutupi penglihatan hati, agar dengan begitu Anda akan melihat sesuatu yang belum pernah Anda lihat sebelumnya dan mengetahui sesuatu yang belum pernah Anda ketahui sebelumnya.
Untuk mengetahui lebih jauh tentang al-hikmah, Anda dapat menyimaknya di Al-Hikmah: Menyingkap Kegaiban Menjadi Nyata.
Ilmu Allah akan Anda lihat dan Anda ketahui. Allah adalah Tuhan Yang Maha Bijaksana (Al-Hakim). Jadi, al-hikmah adalah suatu karunia yang diberikan oleh Allah kepada manusia yang merasa yakin akan adanya Hari Kemudian (yaumil akhir) dengan sepenuh hati untuk menunjukinya kepada jalan yang lurus. Pemberian karunia Allah ini didasarkan atas kebijaksanaan-Nya.
Anda akan berada di dunia tampak apabila dunia yang tak tampak berada di diri manusia. Maksudnya adalah bahwa manusia secara fisik berada di dunia lahir apabila ada ruh yang ditiup oleh Allah di hatinya, dan akan tetap berada di hati sampai ajal memisahkan akal dengan hatinya. Akal Anda menjadi tidak berfungsi bila hatinya sudah tak pernah diperhatikan.
Kata ‘tidak berfungsi’ dapat dimaknai sebagi buta, tuli, dan bisu. Akal yang tidak memperhatikan hati adalah akal yang buta, tuli, dan bisu. Walaupun mata, telinga, dan mulut Anda berfungsi secara lahir, tetapi akal Anda tidak mampu melihat, mendengarkan, dan berbicara tentang kebenaran yang hakiki.
Jika pikiran mulai membicarakan ada-Nya Allah, akal hanya mampu dari pengetahuan lahir, seperti membaca kitab, mendengarkan ceramah, dan mengucapkan ayat-ayat Allah. Akal Anda tidak mampu mengetahui apa yang berada di balik realitas.
Saya, misalnya, seorang pemikir yang cerdas karena saya kuliah sampai tingkat doktoral, tetapi saya tidak pernah berzikir, lalu ditanya mengenai sebuah peristiwa yang akal saya tidak mampu menjangkaunya, apakah saya akan tetap menjawab? Pasti tidak. Bagaimana saya dapat menjawab karena pertanyaannya adalah “Apakah Anda pernah berdialog dengan Allah di hati?
Akan tetapi, apabila Anda dikaruniai al-hikmah, misalnya, maka tanpa sulit Anda akan mampu menjawab dengan tenang. Akal Anda tidak mampu menjawab, tetapi hati Anda yang menjawab.
Manusia ada di alam dunia tak lebih karena Allah menciptakannya. Bila bukan karena kehendak-Nya, mustahil segala yang ada di dunia akan muncul. Ini adalah sebuah keimanan yang sangat mendasar bagi setiap muslim. Anda dapat mengatakan, “Ya benar.” Akan tetapi, betulkah itu adalah yang keluar dari hati Anda?
Sekiranya hati Anda pun mengakui, maka Anda adalah orang yang beriman lahir dan batin (di hati). Anda seharusnya beriman lahir dan batin. Kalau Anda mengucapkan Allah di lisan (lahir), maka di hati juga mengucapkan Allah. Anda, bahkan, seharusnya memberi porsi yang lebih untuk menyebut nama-Nya di hati daripada di lisan (lahir).
Secara lahir, Anda banyak menghabiskan fisik Anda untuk beraktivitas. Tangan, kaki, mulut, telinga, dan indera Anda yang lain, banyak dipakai untuk kebutuhan hidup di wilayah lahir. Lalu bagaimana Anda menggunakan hati Anda yang berada di wilayah yang tak tampak?
Apabila Anda memerlukan anggota tubuh untuk beraktivitas agar tetap survive, sehingga Anda tetap hidup, maka bagaimana ruh Anda? Adakah Anda berpikir bahwa justru karena ruh atau hati masih bersama fisik, maka Anda masih hidup?
Adakah Anda merasa bahwa Anda hidup karena fisik, bukan karena ruh? Jika Anda menjawab bahwa karena ruhlah fisik Anda dapat bergerak, maka mengapa Anda membiarkan ruh yang menghidupkan fisik?
Allah menciptakan jasad manusia menjadi bergerak karena adanya ruh yang berada di dada. Anda masih bingung mengapa saya menyebut dada, bukan hati. Anda pernah merasakan adanya gerakan di dada bila ada sesuatu persoalan yang menghimpit Anda? Dada terasa sempit, sesak, berdebar-debar tak karuan, Anda menyangka bahwa itu jantung Anda berdetak, bukan begitu?
Anda benar bahwa jantung menjadi berdetak cepat bila ada permasalahan yang begitu menghimpit. Tetapi, bukan jantung yang dapat Anda rasakan ada detakannya itu. Dadalah yang bergetar. Mengapa dada Anda menjadi bagian yang dapat mengantarkan gerakan jantung? Apakah karena letak jantung di wilayah dada Anda? Benar, memang jantung berada di bagian dalam dada Anda.
Pertanyaan selanjutnya, mengapa jantung menjadi berhenti berdetak sejalan dengan ajal menghampiri Anda? Anda akan bingung bila jantung terkait dengan ruh. Pusat kehidupan manusia adanya di jantung. Maka bila jantung berhenti, berhenti pula kehidupan Anda. Padahal, Anda mengetahui bahwa sesungguhnya ruh telah dialihkan dari jantung Anda oleh Malaikat Izrail atas perintah Allah ke alam keabadian.
Lalu, bagaimana dengan sebutan hati, apakah sama dengan hati dari organ tubuh Anda? Sama sekali bukan itu yang dimaksud hati (qalb). Hati adalah sesungguhnya ruh itu. Dalam ruh Anda ada sebuah bagian yang dibagi menjadi dua ruang, yaitu ruang bisikan setan dan ruang yang memuat petunjuk Allah. Di antara kedua ruang itu, Allah Yang Maha Berkuasa lagi Maha Pencipta memberi sekat agar setan tidak memasuki ruang petunjuk. Anda sekarang sudah mulai jelas, bukan?
Jadi, ruh, hati, jantung, dan dada adalah bagian tubuh yang berada di lahir dan ada yang berada di luar yang lahir. Dada dan jantung adalah organ tubuh dari fisik Anda, sedangkan ruh, yang adalah hati, bukan bagian dari tubuh Anda. Hati atau ruh bersama tubuh Anda sejak Allah meniupkannya ke tubuh Anda.
Dada adalah bagian yang tampak dilihat dari pandangan mata, sedangkan jantung tidak. Tetapi, Anda tidak akan menyentuh jantung bila berdetak, hanya cukup memegang dada Anda.
Hati adalah bagian yang tak tampak, maka Allah sengaja menempatkannya di bagian yang tak dapat dijangkau oleh pandangan mata lahir, yaitu berada bersama jantung. Sedangkan dada yang disebut di dalam Al-Quran, apakah dada sebagai ruang bisikan setan atau dada (hati) yang dilapangkan oleh Allah, maka itu dimaksudkan untuk mudah dipahami.
Saya menjelaskan secara detail ihwal persoalan terkait peran hati atas jiwa Anda, sesungguhnya agar Anda mengetahui. Sekiranya Anda membiarkan ruang petunjuk kosong dari mengingat Allah, maka bisikan setan akan menguasai ruang petunjuk. Jika begitu kondisinya, jiwa Anda ‘dihantui’ oleh bisikan setan. Kemudian setan akan mengalihkan bisikan itu sampai ke akal Anda yang berada di otak.
Anda tentu saja kalah saat setan memasuki akal Anda. Kenapa? Anda sendirian sementara setan akan mengerahkan pasukannya dari berbagai arah. Cara kerjanya dengan sistem pembagian tugas. Anda akan kelimpungan bila tidak memohon pertolongan kepada Allah swt.
Dia (Allah), insya Allah, akan menolong Anda. Betapa pun kuatnya setan, bila Anda selalu memohon perlindungan kepada Allah, maka mereka pasti kalah di hadapan kekuasaan-Nya.
Berapa jumlah pasukan setan yang menguasai jiwa Anda bila mereka merebut akal Anda? Pasti Anda tak mungkin mengetahui jumlahnya karena tidak ada pengetahuan tentang hal itu. Apabila Anda diberi pengetahuan oleh Allah, maka insya Allah Anda tahu berapa jumlahnya. Dari petunjuk hati, jumlah mereka sebanyak 10.000 jin kafir atau iblis yang sudah menjadi sahabat setan. Naudzu billahi min dzalik.
Saya memperoleh informasi ini dari hati yang selama ini telah menunjuki saya dapat berbuat sesuatu di alam dunia maupun di alam keabadiaan. Anda pasti pusing membaca penjelasan saya ini. Pengetahuan semacam ini tidak mungkin Anda temukan baik di dalam Al-Quran maupun hadis. Apalagi dari seorang ulama atau pemikir Islam.
Anda boleh saja tidak percaya terhadap penjelasan saya karena Anda memiliki hak untuk tidak percaya. Sekiranya Anda meyakini bahwa siapa pun yang dikehendaki Allah swt memperoleh al-hikmah, maka tak ada satu makhluk pun yang dapat menghalangi-Nya. Kelihatannya Anda memandang pengakuan saya ini mengada-ada.
Bagi saya tak menjadi masalah. Anda boleh percaya meskipun masih ragu, bukan sebagai fokus pembicaraan saya. Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Bijaksana hanya memberi al-hikmah kepada siapa saja yang sangat meyakini ada-Nya kebenaran. Tugasku hanya menyampaikan apa saja yang disampaikan oleh hati yang, insya Allah, benar ada-Nya.
Anda yang memiliki akal cerdas berhati-hatilah bila belum berzikir kepada Allah. Apabila Anda sangat mencintai Allah, maka Anda pasti tidak melupakan-Nya.
Kepada Anda yang hatinya senantiasa menyebut asma Allah dan memuji-Nya dengan setulus hati, Dia (Allah) akan berada di diri Anda (bersemayam di hati) dengan menunjukkan kemahabesaran-Nya melindungi Anda. Perbuatan Anda adalah perbuatan-Nya, perkataan Anda adalah perkataan-Nya.
Begitulah cara Allah membalas kebaikan apabila ada seorang hamba yang tunduk dan patuh dengan tidak pernah lepas hatinya dari berzikir kepada Allah dengan sebanyak-banyaknya. [ ]
15 komentar
ujian yang diberikan seseorang sesuai dengan kemampuannya.kuli panggul yang jarang menggunakan otak padahal dia kuat,sedangkan orang cerdas belum tentu sekuat itu dan biasanya orang cerdas lebih baik di banding kuli panggul dari segi materi dll. semakin besar kemampuan terutama kecerdasannya semakin besar ujiannya. semakin cerdas maka dampak positif dan negatif yang dihasilkan semakin besar maka sebanding dengan ujiannya.
qolbu itu berada dimana sih? ada beberapa bahasa arab atau al-quran yang jika di artikan ke dalam Indonesia jadi rancu,akan lebih baik kalau tidak diartikan.
qolbu diartikan sebagai hati,sedangkan fungsi hati itu sendiri bukan untuk berfikir tapi penghasil Q10,apalagi kalau mengartikan hati itu sambil nunjuk ke dada wah tambah salah lagi.dipertanyakan pengetahuan Biologinya.
di dalam otak itu tidak hanya ada fungsi logic atau yang biasa kita sebut akal tapi ada juga fungsi emosional.
kalau tubuh manusia itu sebagai robot dan penggeraknya ialah batere,apa mungkn batere itu ruhnya?
kalau kita mengatakan ruh atau qolbu itu di dada,karena jantung bisa berdetak kencang karena persoalan yang menghimpit kita? kita harus bahas dari awal dulu.
saat persoalan itu datang maka otaklah yang menerima inputan dan mengolahnya sehingga menyimpulkan untuk memberi respon baik itu respon dalam tubuh maupun respon bagi alam diluar tubuhnya. seandainya otak merespon secara negatif suatu permasalahan maka dia akan mengeluarkan senyawa kimia yang memacu adrenalin sehingga membuat jantung berdebar jadi kuncinya bukan di jantung atau di dada itu sendiri tapi di otak.
kalau seseorang merespon secara baik,maka otak pun tidak perlu memacu adrenalin maka tidak akan terjadi berdebar2.
kalau boleh saya menyarankan anda untuk membaca bagian otak yang satu ini karena berhubungan dengan respon dan emosional seseorang,sehingga baik buruknya tindakan seseorang bisa terlihat dari bagian otak yang satu ini
http://fusion-kandagalante.blogspot.com/search/label/amigdala
lalu juga di dada sendiri itu tidak ada fungsi berpikir maupun emosional semuanya berasal dari otak dan otak itu sendiri mudah sekali terpengaruh oleh kimia tubuh di dalam tubuhnya,contohnya hormon pemicu seksual dll.
sehingga jika otak merespon negatif akan membuat prilaku seseorang menjadi negatif pula.
Seorang muslim dituntut untuk cerdas,karena kalau tidak cerdas maka kita sulit memahami ayat2 Allah.
trims
Terimakasih atas saran anda. Mudah-mudahan kecerdasan otak anda dapat melahirkan cara berpikir yang menggunakan pola hati! Akal boleh cerdas tetapi hati terus berdzikir! Cara ini tidak memusingkan otak anda sendiri! Percayalah!
Kalimat yang anda bangun tampak tergesa-gesa! Tulislah dengan hati yang tenang! Insya Allah anda merasakan nikmatnya menyalurkan aspirasi.
Sulit kita dapat menangkap pemahaman bila dalam keadaan hati tidak tenang! Bila hati tenang, tentu anda dapat menangkap core tulisan ini!
Saya tetap menyampaikan terimakasih atas respon anda.
cara menbedakan ini bisikan setah atau bisikan hati gmn??
trims
saat ini saya sering mengalami bisaikan-bisikan...
ceritanya saya punya keinginan,
kadang ini loh gantinya, kadang keturutan2 karepmu... jadi bingung sendiri saya...
Anonim, siapa pun nama anda, bisikan setan berbeda dengan suara (bukan bisikan) hati! Apa bedanya?
Al-Qur'an telah menjelaskan di surat An-Nas ayat 4-5:
"dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi, yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia" (Q.S. An-Nas : 4-5).
Allah Swt telah menegaskan, melalui kedua ayat ini, setan sangat suka membisikkan kejahatan ke dada manusia agar diikuti. Cara setan membisiki sangat cerdik. Setan sangat suka menyamarkan pesan seolah-olah benar, padahal sama sekali tidak benar!
Kejahatan bisikan sangat jelas tertangkap oleh hati kita. Andaikan anda memiliki keinginan A, misalnya sesuatu yang cenderung materialis, spontan setan akan menunjukkan cara terbaiknya! Anda akan dijelaskan bagaimana cara untuk mendapatkan keinginan tersebut.
Setan berkata-kata kepada hati anda: "Dunia ini jangan kau remehkan. Kamu tahu akhirat itu akan dicapai melalui hidup di dunia terlebih dahulu. Maka, mustahil dunia harus kamu abaikan. Nikmati apa yang ada. Kamu harus berpikir bagaimana agar cara untuk mendapatkan keinginanmu itu."
Sepintas setan telah memberi argumentasi tentang kehidupan dunia dan akhirat. Anda sangat tercengang bila bisikan setan terus diikuti. Setan bertambah cerdik melebihi kecerdasan otak anda bila anda mengikutinya.
Pesan-pesan, yang merupakan bisikan kejahatan, akan terus diumpan sampai anda takluk. Setan berupaya mematahkan semangat anda untuk mengelabui. Padahal, di balik itu, dia bermaksud menundukkan anda untuk mengikuti "wejangan"-nya menggunakan caranya.
Setan sangat cerdik. Anda pasti kelimpungan dibuatnya sekiranya anda tidak mengucapkan istighfar.
Sekalipun begitu, setan akan mencoba kembali di saat anda lengah dan terus memikirkan terpenuhinya keinginan anda.
Setan tak pernah berhenti menyuarakan bisikannya. Setan akan menghadang anda di mana pun keberadaan anda sampai anda, akhirnya, mengikutinya.
Allah Azza wa Jalla telah berfirman tentang tipu daya setan:
"Syaitan itu memberikan janji-janji kepada mereka dan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka, padahal syaitan itu tidak menjanjikan kepada mereka selain dari tipuan belaka" (Q.S. An-Nisa : 120).
Allah telah menunjukkan betapa buruknya janji-janji setan. Setan tidak menjanjikan kecuali melakukan tipu daya.
Dari contoh yang anda berikan, itu adalah bisikan setan. Mengumpannya lalu meneror. Anda sepertinya tidak mengikuti bisikannya. Allah masih menolong anda dengan kebaikan.
Sekalipun demikian, hati anda dibiarkan begitu saja tanpa istiqamah mengingat Allah. Maka, jadilah hati yang lalai sehingga suara hati anda diteror oleh bisikan setan.
Intinya adalah setan selalu membisikkan kejahatan dengan tipu dayanya menjerumuskan anda ke jalan yang disesatkan. Sedangkan suara hati, sebaliknya, selalu menyuruh untuk tidak memperturutkan hawa nafsu.
Al-Qur'an telah menjelaskan perkara hawa nafsu sebagai berikut:
"Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang" (Q.S. Yusuf : 53).
Alangkah baiknya untuk mempertimbangkan keinginan diri (nafs) yang selalu mengajak kepada kejahatan. Nafsu, dalam literatur bahasa Arab, dapat diartikan sebagai diri atau jiwa atau ruh. Saat diri (nafs) anda tidak diberi Rahmat oleh Allah, nafs (diri) anda diajak oleh bisikan iblis untuk berbuat jahat.
Diri (nafs) anda akan menolak ajakan iblis apablia di dalam diri (jiwa atau hati atau ruh) anda tidak pernah melupakan Allah. Hati anda senantiasa menyeru asma Allah. (Bersambung...)
(Sambungan)
Allah dirindukan, diandalkan, disandarkan dan anda akan diajarkan bagaimana yang patut anda lakukan terhadap keinginan anda. Hati sesungguhnya telah diikat kuat oleh perjanjian dengan Allah untuk tunduk dan patuh kepada-Nya.
"Dan ingatlah karunia Allah kepadamu dan perjanjian-Nya yang telah diikat-Nya dengan kamu, ketika kamu mengatakan: "Kami dengar dan kami taati". Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui isi hati (mu)" (Q.S. Al-Maidah : 7).
Hati yang senantiasa mengingat Allah (dzikir qolbi) akan terjaga dari rongrongan iblis laknatullah 'alaih. Hati anda pun akan tumbuh menjadi kuat. Dan, iblis pun tentu akan lari menjauhi anda.
Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Bijaksana telah berfirman agar selalu menyebut asma-Nya di dalam hati. Jika hati lalai dari mengingat Allah, iblis akan merasuki hati anda dengan membisik-bisik kejahatan di dada anda.
"Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai" (Q.S. Al-A'raaf : 205).
Demikian, semoga bermanfaat.
Ahmad
Salam alaika pak ahmad, sudikah bapak memberi no hp nya atau bapak bisa mengirim sms ke no hp saya 08999996094. Maha suci Allah SWT, yg bapak sampaikan dipost tersebut benar ada nya. Bisikan syaitan sarang nya dihati bagian kiri, selama ini sy memeranginya dengan berbagai amalan ilmu hikmah, namun telah puluhan anak syaitan yg dihancurkan akan tetapi serasa masih banyak dan silih berganti bala tentara syaitan tersebut. Sampai dimana saya benar2 memohon pertolongan Allah SWT dengan kepasrahan yg terdalam, tiba2 dihati bagian lain mendapat petunjuk" hanya iman dan takwa yg dapat menghancurkan mereka". Saya butuh pencerahan dan bimbingan, sudilah bapak membantu saya melalui sms tersebut. Salam alaika yaa hamba Allah
Kecerdasan (berasal dari akal) ternyata rentan terhadap bisikan setan? Lalu, bagaimana halnya orang yang tidak cerdas, bukankah akan lebih rentan lagi sehingga masuk jerat setan? Penggunaan kata akal (al Aql) dlm Alquran sangat dominan (49 ayat). Bahkan dari sahabat Juhaifah, mengatakan bahwa menurut Ali ra, isi/pesan Alquran itu ada 3. Pertama Penggunaan Akal, kedua Pembebasan Tawanan (yg terpuruk) ketiga, jangan sampai orang muslim terbunuh oleh orang kafir. Seharusnya, pisahkan atau porsikan pada tempatnya (adil) apa itu akal dan apa itu hikmah (iman). Perlukah saya sampaikan, seperti apa masing-masing porsi (level, corridor)nya itu?
Salam wa rahmah wa barakah
Tuan Aki, keterangan Anda tidak salah. Kekeliruan hanya terjadi ketika Anda belum menyimak ayat-ayat Allah. Pada surat Ali Imran ayat 190-191 diterangkan: "Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal (ulul albab), (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka."
Jika Tuan Aki menyimak dua ayat tersebut, pastilah akan sepaham dengan saya. Kedua ayat tersebut menerangkan siapakah "ulul albab" itu? Al-Quran mempertegas pada ayat 191 keterangan tentang "ulul albab" dengan ciri-ciri: (1) Selalu berzikir di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring; (2) Memikirkan (merenungkan) ciptaan Allah yang ada di langit dan yang ada di bumi; (3) Berkata-kata (di dalam hatinya): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka."
Secara singkat, ayat 191 tersebut menyebutkan ciri-ciri ulul albab: (1) Suka berzikir; (2) Suka Bertafakur: (3) Suka bertasbih; dan (4) Suka berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk dari ajakannya untuk diseret ke dalam api neraka. Keempat kebiasaannya itu dilakukan secara terus menerus, baik saat berdiri, duduk maupun berbaring.
Dari keterangan ayat tersebut, maka saya mendapati ulul albab tidaklah sama dengan orang-orang yang hanya cerdas otaknya saja tetapi tidak pernah berzikir sebanyak-banyaknya (QS. Al-Ahzab: 41) di dalam hatinya (QS. Al-A'raaf: 205; QS. Al-Hadid: 16) baik di waktu berdirinya, duduknya dan berbaringnya sesudah mengerjakan salat (QS. An-Nisa: 103), jarang atau hampir tidak pernah bertafakur (merenungkan ciptaan Allah), bertasbih di waktu pagi, siang, petang dan malam (QS. Thaha: 130), dan sangat jarang memohon perlindungan kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk yang tak pernah berhenti membisik-bisik kejahatan di dadanya..
Otak yang cerdas tentu tidak sama dengan orang yang hatinya cerdas. Akal yang cerdas seharusnya tidak pernah membiarkan hatinya tidak berzikir, bertasbih dan berlindung kepada Allah. Maka, belum disebut sebagai orang-orang yang berakal (ulul albab) jika akal atau intelegensi atau ra'yu atau aqli atau otaknya telah membaca ayat-ayat Allah (sebagaimana ayat-ayat tersebut di atas) yang telah memerintahkan untuk berzikir, bertasbih dan berlindung kepada Allah.
Allah telah mengunggulkan manusia dari makhluk lain ciptaan-Nya karena manusia telah diberi akal, yang dengannya Allah akan menguji mana di antara manusia yang telah diberikan kemampuan IQ-nya benar-benar berpikir dan berakal.atas perintah dan larangan Allah.
Jika mengerti dengan akalnya atau IQ-nya atau aqlinya atau ra'yunya atau otaknya terhadap ayat-ayat Allah tetapi tidak mau mengerti dan malas memenuhi kehendak Allah, maka tidak sungkan Allah menegur dengan kalimat-Nya: "Apakah kamu tidak berakal? Apakah kamu tidak berpikir?"
Orang-orang yang hanya berorientasi pada kecerdasan otaknya saja dalam kehidupan di dunia ini, maka sesungguhnya dia telah melupakan hatinya sendiri. Bagaimana akan bertambah keimanannya jika hatinya tidak tenteram karena otaknya atau akalnya atau IQ-nya atau ra'yunya selalu angkuh tidak memperhatikan hatinya sendiri untuk mengingat Allah? "(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram" (QS. Ar-Ra'd: 28). Bersambung.
(Sambungan)
Atas perkataan-Nya sendiri, Allah telah menerangkan akan ketenteraman hati orang-orang beriman sangat mengait dengan peningkatan (kualitas) keimanannya: "Dia-lah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada). Dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana" (QS. Al-Fath: 4).
Adakah terasa ayat ini pada hati orang-orang beriman yang cerdas akal atau otaknya atau ra'yunya atau aqlinya: "Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik" (QS. Al-Hadid: 16).
Jika ada orang-orang beriman yang belum dapat merasakan hatinya atas teguran Allah tersebut, pantaskah dapat disebut sebagai ulul albab? Allah-lah yang mengetahui isi hati yang tidak pernah berzikir: "Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada urat lehernya" (QS. Qaaf: 16).
Adakah orang-orang yang dianugerahi Al-Hikmah adalah ulul albab? Tuan Aki, cobalah perhatikan ayat ini: "Allah menganugerahkan Al-Hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Quran dan As-Sunnah) kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan barang siapa yang dianugrahi Al-Hikmah itu, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah (ulul albab) yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah)" (QS. Al-Baqarah: 269). Tidaklah beriman orang-orang yang tidak berakal. Imam 'Ali kw adalah sahabat Nabi saw yang selalu mengedepankan hati dari akalnya.
Salam,
Ahmad
Wa 'alaikas salam Saudaraku.
Jihadun nafs adalah jihadul akbar. Perang melawan diri (nafs) adalah perang terbesar yang sangat membutuhkan kekuatan dan pertolongan dari Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Sejak Rasulullah saw mengabarkan, "Jihadul akbar jihadun nafs," kepada para sahabatnya yang baru tiba dari Perang Badar, maka perkataan beliau tersebut benar-benar nyata dihadapi oleh umatnya (sejak saat itu hingga seterusnya). Apa yang harus diperbuat oleh umat beliau yang benar-benar mengimaninya?
Inilah big problem yang masih banyak diabaikan oleh kaum mukmin. Seolah hidup ditentukan oleh bagaimana dirinya. Padahal telah sangat jelas Rasul Allah telah menerangkan agar beriman dan bertakwalah kepada Allah.
Beriman (bukan sekedar pengakuan tanpa bukti), juga bertakwa yang sebenar-benar bertakwa adalah apa yang telah dikehendaki oleh Allah. Maka, bagi siapa pun yang telah mengaku beriman kepada Allah dan Rasul-Nya yang telah menyampaikan kebenaran, Allah pasti akan mengujinya.
Ujian Allah diturunkan dengan memberikan cobaan. "Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, "Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun". Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk" (QS. Al-Baqarah: 155-157).
Bagi orang yang benar-benar beriman, ujian tersebut akan direspon dengan penuh kesabaran. "Sabar" dapat dimaknai sebagai sebuah perjuangan untuk tetap tidak goyah walaupun cobaan (ujian) telah diturunkan oleh Allah, selain hanya kepada Allah sajalah semuanya akan dikembalikan.
Saudaraku Anonim, cobaan yang Anda hadapi adalah serangan dari musuh yang nyata ('aduwwun mubiin). Mereka adalah para iblis yang menghasut keimanan Anda. Perlu diperhatikan, bahwa Allah tak pernah meridai kejahatan iblis. Dia (Allah) hanya memberikan izin kepada iblis untuk menggoda dan melakukan penyerangan kepada orang-orang beriman. Izin Allah kepada mereka tidaklah berarti tiada pertolongan dan perlindungan kepada kaum mukmin yang meyakini akan kekuasaan Allah terhadap seluruh makhluk-Nya. Yang dibutuhkan adalah kesabaran.
Pemahamannya adalah teruslah bermohon kepada Allah dengan tiada henti (istiqamah) menyebut asma dan kalimat-kalimat-Nya. Allah menguji dengan kalimat-kalimat-Nya, maka kembalikan ujian tersebut dengan kalimat-kalimat-Nya juga. Adakah kalimat Allah yang mampu mengembalikan keberadaan iblis dalam keadaan lemah di hadapan Allah? Jawabnya pasti ada. (Bersambung)
(Sambungan)
Iblis telah berikrar di hadapan Allah dengan berkata: "Iblis berkata: "Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis di antara mereka".(QS. Al-Hijr: 39-40).
Kata kuncinya adalah ikhlas. Jadikan ikhlas (tidak terpaksa, melainkan dengan sepenuh hati dalam mendekatkan diri kepada Allah) sebagai "strategi" memerangi iblis melalui pertolongan Allah. Iblis telah kafir kepada Allah, maka sebutlah kalimat: "La ilaha illallah" secara berulang di dalam hati. Yakini dengan benar bahwa Allah adalah satu-satunya Tuhan Yang Maha Penolong. Jangan biarkan muncul keragu-raguan. "Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada urat lehernya" (QS. Qaaf: 16).
Semoga dapat bermanfaat. Hantam iblis laknatullah 'alaih dengan kalimat tersebut. Insya Allah, pertolongan Allah pasti diturunkan. "Jika Allah menolong kamu, maka tak adalah orang yang dapat mengalahkan kamu; jika Allah membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan), maka siapakah gerangan yang dapat menolong kamu (selain) dari Allah sesudah itu? Karena itu hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakal" (QS. Ali Imran: 160).
Salam wa rahmah wa barakah Saudaraku. Jangan takut!
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuuh....salam kenal mas Ahmad Yulianto.....Alhamdulillah.....senang membaca tulisan mas Ahmad.....sangat bermanfa'at.....wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuuh.....
Wa 'alaikum salam warahmatulahi wabarakatuh, terima kasih Pak Bogi atas komentarnya. Semoga Allah swt menjaga dan melindungi Bapak pada setiap langkah dalam menempuh perjalanan hidup yang sangat fana ini. Amin
Assalamu'alaikum ustadz Ahmad, saya begitu menikmati komentar, kalimat2 dan dalil2 yg ustadz jelaskan. Saya sangat setuju dengan ustadz, ini luar biasa sangat bermamfaat. islam mudah dipahami oleh orang cerdas, namun sulit untuk dipahami oleh orang pintar yg selalu menenentang kebenaran Allah. Karena bahwasannya orang yg merasa dirinya sanggup melawan kebenaran Allah ialah orang yg mempertuhankan kepintaran nya. Orang yg mempertuhankan kepintaran nya berarti ia telah sesat. Apabila Allah yg berbicara "Kami dengar ya Allah langsung kami Ta'ati" Dan tidak mungkin ada satu kepintaran yg sanggup melawan kebenaran Allah. Dzikir adalah obat terbaik agar terhindar dr bisikan setan / iblis. Mohon diralat ya ustadz kalau ada kesalahan. :)
EmoticonEmoticon