“Dan Tuhanmu menciptakan apa yang Dia kehendaki dan memilihnya. Sekali-kali tidak ada pilihan bagi mereka. Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan (dengan Dia)” (QS. al-Qashash:68).
Allah SWT masih sayang kepada hamba-Nya. Perlukah kita mempertanyakan apa yang dipilihkan-Nya untuk kita? Padahal, Dia akan ambil yang terbaik dari apapun yang hendak dipilih-Nya. Allah Azza wa Jalla tidak asal memilih apa-apa untuk hamba-Nya tanpa dipilihkan yang terbaik. Anda akan diberi sesuatu apapun yang menjadi kehendak-Nya. Ambil contoh adalah jodoh. Anda memandang Allah Azza wa Jalla seolah memilihkannya tidak sesuai keinginan anda. Allah adalah Tuhan Yang Benar akan pilihan-Nya. Mustahil bagi Allah asal memilih. Allah adalah Maha Bijaksana.
Bila kemudian anda melepaskan pilihan Allah, maka sesungguhnya disebabkan karena anda sendiri. Anda sudah menerima dia sebagai istri atau suami anda. Pernikahan telah dilangsungkan. Anda, suatu ketika, seolah tidak begitu cenderung kepadanya. Anda langsung menduga-duga bahwa itu bukan jodoh anda. Anda mengatakan bahwa dia bukan pilihan anda, tapi pilihan orang tua. Anda melihat bahwa pilihan andalah yang terbaik. Anda lupa, bahwa Allah berada di balik anda dalam hal apapun yang anda pilih. Begitu juga dengan pilihan orang tua anda. Allah Azza wa Jalla berhak menentukan jodoh anda. Andaikan dalam perjalanan mengarungi samudera kehidupan berkeluarga dianggap gagal, maka sesungguhnya anda sedang diuji. Ada yang menerima apa adanya, ada juga yang tidak tahan terhadap kehadirannya. Baik suami maupun istri, keduanya pasti diuji. Ujian Allah kerapkali datang dalam bentuk kesengsaraan, ketidakharmonisan, keangkuhan, kekecewaan, penderitaan, ketidakberdayaan, dan lain-lain. Bila seorang suami beriman, maka ujian itu akan dihadapi dengan tanpa keluh kesah. Akan tetapi, bila seorang suami atau istri tidak meyakini adanya ujian hidup, maka dia berputus asa.
Pilihan Allah pasti baik buat anda. Tetapi, pilihan anda tidak menjamin terbaik buat anda sendiri apabila Allah Azza wa Jalla tidak diajak untuk andil merestui keinginan anda. Anda berada dalam ketidakmampuan memahami yang tersembunyi di balik apa yang tampak di hadapan anda. Penglihatan mata lahir tidak dapat menembus wilayah yang jauh dari alam dunia (nyata). Anda pasti tidak tahu bagaimana sesungguhnya dia sebagai pilihan anda. Anda hanya mengetahui sebatas yang lahir saja. Anda melihat dia orang baik, cakep, tidak angkuh, lebih pandai mengerti persoalan, dan sebagainya sebagaimana yang anda ketahui secara lahir. Pilihan orang tua anda disisihkan, anda cenderung memilih sendiri tanpa memohon restu darinya. Kemudian anda pergi meninggalkan orang tua dalam keadaan tidak direstui. Anda sebagai anak tidak sepatutnya bersikap seperti itu. Sekalipun tidak menyukai pilihan orang tua, sebaiknya kemukakan anda tidak suka. Anda sudah mempunyai pilihan sendiri, dan sampaikan bahwa anda tidak mungkin akan menikahi pilihan orang tua. Mohonkanlah agar mereka bersedia menerima pilihan anda. Orang tua yang baik, insya Allah, mudah memahami keinginan anaknya. Apabila orang tua memaksakan pilihannya, anda tolak dengan sopan. Berilah penjelasan sebagai bentuk penghormatan. Ini adalah persoalan pilihan, siapakah yang terbaik? Apabila anda ragu untuk memilih yang mana dianggap yang terbaik, lakukanlah istikharah (musyawarah dengan Allah). Insya Allah, anda akan dipilihkan yang terbaik. Jangan memaksakan pilihan siapapun, orang tua atau anda sendiri, sebelum bermusyawarah dengan Allah SWT.
Oleh karena itu, pilihan yang terbaik bukan ditentukan oleh kita, akan tetapi oleh Allah Yang Maha Pencipta. Mustahil Allah tidak mengetahui yang terbaik karena Dia yang telah menciptakan kita. Pilihan kita hanya sebatas lahir. Maka, anda diperintahkan untuk memohon kepada-Nya agar dipilihkan yang terbaik. Apapun keputusan Allah adalah pasti baik. Jika anda cenderung atas pilihan anda, maka anda tetap tidak boleh tanpa memohon petunjuk dari Allah Yang Maha Mengetahui. Petunjuk Allah sangat dibutuhkan untuk anda agar tidak salah memilih pasangan hidup anda. Banyak orang gagal dalam menjalani kehidupan berkeluarga karena asal memilih berdasarkan kriteria lahir, tanpa terlebih dahulu menyeleksi dari pandangan agama. Dalam memilih pasangan hidup anda, hal yang harus anda lakukan adalah melihat calon dari sudut pandang keyakinannya lebih dahulu. Setelah itu, lihatlah kualitas kepribadiannya; adakah dia termasuk wanita yang mencintai calon mertuanya (orang tua anda), adakah dia bersahabat dengan kondisi kehidupan anda, adakah dia memiliki karakteristik seorang wanita yang menghargai pendapat anda, adakah dia siap menjadi calon ibu dari anak-anak anda (suami berhak untuk dijadikan waris dari anak-anaknya), adakah dia mengajak anda untuk menaati perintah Allah SWT, adakah dia sangat bahagia anda menjadi calon suaminya, adakah dia sudah memohon petunjuk atas permintaan anda untuk meminangnya, adakah dia bersedia dinikahi oleh anda, adakah dia pantas sebagai pendamping anda (kata pantas adalah mengarah pada kebiasaan yang kurang pantas dalam pandangan sebagian orang yang sering melihatnya), adakah dia seorang wanita yang sangat penyayang terhadap anak-anak, adakah dia bergaul dengan wanita baik-baik, adakah dia sangat kuat dalam beribadah kepada Allah, adakah dia sangat menyenagkan hati anda (anda cenderung kepadanya bukan terpaksa), adakah anda melihat dia sebagai wanita yang sangat mengagumkan, adakah anda menemukan dia di tempat yang patut untuk ditemui (anda bertemu dia di masjid, atau di rumahnya, bukan di tempat yang apabila anda menilainya adalah tidak patut), adakah dia berada dalam menutup auratnya, adakah anda memahami bagaimana lingkungan keluarganya, adakah anda patut menangis bila anda akan menghianatinya (anda memiliki pilihan lain selain dia), dan lain-lain sejalan dengan kondisi peradaban yang saat ini sulit menemukan wanita idaman yang sangat menempatkan agama atau keyakinan di atas yang lainnya.
Maka, apabila anda sudah menentukan beberapa kriteria wanita pilihan, segeralah memohon petunjuk dari Allah agar anda dilindungi dari dorongan nafsu setan. Lindungi dia karena dia akan menjadi calon istri (bila anda laki-laki) dan mohonkanlah dia sebagai calon suami (apabila anda perempuan) yang akan dapat memimpin keluarga apabila telah resmi sebagai suami istri. Saat ini, banyak kaum wanita karena pengaruh budaya global tidak lagi menempatkan suami sebagai pemimpin di rumah tangga, tetapi suami lebih diperlakukan hanya sebagai pajangan atau hanya sebatas sewajarnya saja apabila ada perlunya baru menghormatinya, tidak dengan ikhlas memperlakukan suami sebagaimana seharusnya yang wajib dihormati oleh istrinya. Demikian juga laki-laki, pada era informasi sekarang ini banyak laki-laki yang adalah bapak-bapak mulai nakal dengan menunggu calon omprengan sebagai pemuas nafsu, yang tanpa disadari telah menjerat kenikmatan sesaat. Rumah tangga seolah menjadi kewajiban untuk pulang menemui anak istri semata, tanpa menempatkan keluarga sebagai prioritas yang utama. Bila perlu terus jadi kebiasaan sampai adanya teguran datang dari istri, bila cuek saja, dianggap tak bermasalah. Kesibukan kantor atau kerja dianggap menjadi alasan yang pantas sebagai cara menutupi kebobrokan moral. Naudzu billahi min dzalik.
Anda sama sekali bukan tidak memahami apa yang saya sampaikan di atas. Akan tetapi, saya masih meragukan anda dari seadanya anda sebagai seorang calon suami atau calon istri yang dalam memilih calon pendamping anda dalam kehidupan berkeluarga. Mengapa saya meragukan? Saya adalah seorang suami dari istri saya yang, alhamdulillah, telah dikaruniai anak. Apapun yang ada dalam urusan berumah tangga diatur berdasarkan ketentuan yang mengacu kepada aqidah Islam. Anda menjadi seorang suami atau seorang istri sudah mengerti apa hak dan kewajibannya. Hak istri menjadi kewajiban suami untuk dapat memenuhinya dengan penuh tanggung jawab. Sebaliknya, hak suami adalah kewajiban istri untuk menunaikannya. Baik suami maupun istri telah menjalankan hak dan kewajinam secara berimbang dan, insya Allah, anda dan istri atau suami saling berbagi secara proporsional tanpa saling menggugat. Kedua belah pihak saling berada dalam kesejukan jiwa penuh dengan kasih sayang, Anda adalah masih calon suami atau calon istri yang belum pernah bagaimana menjalankan kehidupan berkeluarga sehingga anda perlu belajar. Bagi yang sudah menjadi suami atau istri, tentu saja bukan yang saya maksud dalam pembicaraan ini. Akan tetapi, bila sekedar untuk sharing atau berbagi pengalaman, sangat lebih membantu untuk mengevaluasi perjalanan hidup berumah tangga.
EmoticonEmoticon