-->

Translate This Blog

25.10.10

Aspek Lahir dan Batin Manusia

Dua dunia keberadaan manusia

Sudah sepetutnya kita mengenali aspek lahir dan batin. Dalam aspek lahir Anda, ada beberapa organ tubuh yang menjadikan manusia dapat mengindera sesuatu, yaitu apa yang disebut panca indera. Lima indera ini adanya di mata, telinga, hidung, lidah, dan kulit. Kelima indera ini diaktifkan oleh satu bagian tubuh di luar yang lima, yaitu akal. Anda dapat berasa apabila akal Anda mengaktifkan alat perasa di bagian otak yang sudah ada sejak Anda hadir di dunia. Andaikan Anda ingin mengetahui bau wangi parfum apa yang semerbak di ruangan, maka alat penciuman diaktifkan oleh akal lewat hidung. Indera peraba, penglihatan, dan pendengaran juga berlaku sebagaimana yang lainnya. Hidung, telinga, mata, lidah, kulit berfungsi apabila sel-sel syaraf yang ada di bagian otak diaktifkan oleh akal Anda. Semua ada di bawah kendali akal.

Andaikan Anda punya indera penciuman, kemudian akal Anda tidak berfungsi, maka Anda tidak mencium parfum yang harum atau bau kotoran yang menyengat hidung Anda. Anda hanya melihat benda itu sebagai sesuatu yang tidak berbau. Anda mempunyai indera penglihatan, tetapi akal Anda tidak berfungsi, maka apa yang dilihat adalah hanya sebuah benda yang tidak beradaptasi dengan mata Anda. Atau, misalnya lagi, pendengaran Anda sebagai salah satu indera lainnya, sekiranya akal tidak mengaktifkan karena tidak berfungsi, maka telinga Anda tidak dapat merespon suara yang ditujukan kepada Anda, selain hanya sebatas ada suara saja. Begitu seterusnya berlaku untuk semua alat indera.

Anda sekiranya merenung atas pemberian karunia dari Allah, maka tak ada seorang pun yang menyangkal bahwa Allah adalah Tuhan Yang Maha Kuasa atas semua makhluk-Nya. Allah Azza wa Jalla menciptakan manusia dengan berbagai kemudahan di dalam dirinya supaya dapat berpikir. Anda dapat membayangkan bila akal Anda tidak berfungsi, apa yang akan dapat Anda nikmati dari hidup Anda? Tidak ada bedanya dengan makhluk yang tak berakal. Adakah di dalam hati kita selalu bersyukur kepada-Nya? Jarang sekali manusia berpikir bahwa dirinya patut mengucapkan terimakasih kepada Allah.

Anda berada di dunia tak mungkin pandai beribadah kepada Allah jika tidak mengerti apa yang seharusnya Anda lakukan. Beribadah kepada Allah SWT tidak harus menunggu ada teguran dari-Nya setelah mengetahui bahwa kedudukan kita sebagai seorang muslim. Anda langsung saja menemui Allah Azza wa Jalla melalui salat dan zikir qolbu (khofi), bila Anda sudah mengerti tata cara menunaikan salat dan zikir. Jangan ditunda-tunda lagi. Apabila menyaksikan perbuatan manusia saat ini, sebenarnya Allah Azza wa Jalla sudah hampir berada di ambang kemarahan-Nya! Jika bukan karena masih ada ditemui orang-orang yang meyakini akan kebenaran-Nya selalu memuji dan patuh serta menjalankan perintah dan meninggalkan larangan-Nya, maka bukan mustahil kiamat segera diputuskan untuk dialihkannya seluruh makhluk ke alam keabadian.

Anda pasti merasakan pentingnya berhubungan dengan Allah SWT sebagai Sang Pemilik alam semesta di saat Anda berada dalam kesendirian. Diri Anda semakin sepi dari orang lain apabila sudah jauh dari keluarga, saudara, teman, dan lain-lain. Lalu, dengan siapa Anda berhubungan? Andaikan Anda tinggal sendirian, sementara Anda tidak tahu bagaimana seharusnya yang dapat dilakukan sebagai seorang hamba, maka boleh jadi Anda akan memilih tv, radio, atau internet menjadi teman Anda menggantikan orang. Sudahkan Anda merenung bahwa di dalam diri ada teman abadi? Adakah Anda mencoba untuk menjalin hubungan dengan dia, yang dia sesungguhnya adalah Anda sendiri?

Bukan tiada kehadirannya di dalam diri Anda. Anda lebih memilih mengabaikannya ketimbang mengajaknya untuk berdialog. Allah Azza wa Jalla sesungguhnya menciptakan manusia dalam dua dunia untuk mengajaknya agar lebih mendekatkan diri kepada-Nya. Perkataan lahir lebih mudah diketahui dibandingakan dengan perkataan batin (hati). Anda sesungguhnya menyadari akan pernyataan tersebut, bahwa memang manusia sebagai diri memiliki dua dunia, yaitu dunia lahir dan dunia tak tampak.

Perkataan lahir disampaikan oleh mulut Anda, sedangkan perkataan batin disuarakan oleh hati Anda. Bila Anda berkata ‘ya’ disampaikan oleh mulut Anda, maka Anda sendiri atau orang lain akan mendengarnya. Sedangkan sekiranya Anda bersuara ‘ya’ di hati, maka hanya Anda sendiri yang dapat mengetahuinya. Padahal, semuanya, baik mulut maupun hati, berada pada diri Anda. Mengapa Anda membedakannya? Berbeda dengan mulut yang sudah biasa Anda tradisikan untuk berzikir, maka jika Anda mengaktifkan hati untuk mengingat Allah, akan terasa berbeda. Manusia sering mengabaikan adanya mutiara yang terpendam di dalam diri.

Anda sesungguhnya masih diberi kelonggaran waktu untuk segera bertobat kepada Allah. Tidak ada alasan buat Anda menunggu sampai usia Anda tua, atau sesudah pensiun dari bekerja, untuk mendekati-Nya. Allah Azza wa Jalla tidak membutuhkan Anda, tetapi Andalah yang membutuhkan-Nya. Allah disembah atau tidak disembah, bagi-Nya tidak ada kerugian sedikit pun, kecuali Andalah yang rugi.

Dialah Allah yang menciptakan semua makhluk-Nya. Mustahil Allah tidak memiliki apa pun, justru Dia yang mengadakan semuanya. Apa pun adalah milik Allah! Bagaimana mungkin Anda ingin menguasai semua milik-Nya? Tak mungkin, Allah lah yang mengatur semua-Nya. Allah memiliki kehendak untuk menciptakan atau tidak menciptakan, menghidupkan atau mematikan, mengadakan atau meniadakan apa pun yang berada di dunia. Sekiranya Allah berkehendak menjadikan Anda bertakwa, bagi Allah sangat mudah. Bila Allah menghendaki Anda menjadi orang yang terombang ambing dalam kesesatan, tidak ada kata sulit bagi Allah. Allah Maha Segalanya.

Adakah Anda menginginkan agar Allah menghendaki Anda sebagai seorang yang diberi karunia yang banyak? Bagi-Nya sangat mudah. Adakah anda menginginkan dapat berhubungan dengan apa yang ada di luar yang tak tampak? Bagi-Nya tidak sulit. Adakah Anda menginginkan agar kelak ketika Anda dicabut nyawanya oleh malaikat Izrail tidak terasa sakit? Bagi-Nya tidak ada yang tidak dapat diperbuat. Adakah Anda menginginkan agar Allah menempatkan Anda berkedudukan di dunia sebagai seorang raja? Allah memiliki kemampuan untuk itu. Adakah Anda mengetahui bahwa sangat mudah bagi Allah untuk menjadikan apa pun di dunia ini dan di akhirat kelak akan menjadi alam yang sangat melimpah semua kenikmatan tanpa sedikit pun adanya penderitaan? Bagi Allah itu bukan perkara sulit. Jika Allah berkata ‘kun’, maka ‘kun.’ Kun fayakun. “Jadilah” maka “terjadilah”.

Akan tetapi, manusia sering melanggar janjinya, sebagaimana jin yang tidak dapat Anda lihat dari pandangan lahir. Anda merupakan sasaran hujatan bagi setan atas peribadatan Anda kepada Allah SWT. Bila Anda rajin mendekati Allah, setan menghasut Anda. Ketika Allah menguji Anda, setan menawarkan seolah baik, padahal menjebak Anda. Ketika Anda berada dalam kegamangan, karena ulah setan merayu dengan umpatan, maka Anda mulai malas untuk mendekati-Nya. Ketika Anda menghadapi masalah, Anda meminta kepada Allah supaya diberi kemudahan. Begitu Allah memberi Anda kemudahan, Anda menganggapnya sebagai hasil usaha Anda sendiri. Anda lupa, dan tidak berterimakasih kepada-Nya. Anda sudah melanggar janji kepada Allah!

Jika Anda berkata pasti, Anda sesungguhnya dalam ambang batas kelemahan jiwa. Sekiranya Anda masih belum memahami apa yang akan terjadi, janganlah berjanji tanpa mengucapkan insya Allah sebab peristiwa yang akan terjadi hanya Allah yang mengetahuinya. Bukankah manusia termasuk makhluk yang sering melanggar janjinya sendiri? Anda akan dicap oleh Allah sebagai pelanggar janji apabila Anda membuat kerusakan di muka bumi. Setiap perbuatan yang melanggar perintah Allah, juga termasuk melanggar perjanjian dengan Allah Azza wa Jalla sesudah teguh perjanjian yang diadakannya pada saat masih di alam kandungan. Allah berfirman:

“(yaitu) orang-orang yang melanggar perjanjian Allah sesudah perjanjian itu teguh, dan memutuskan apa yang diperintahkan Allah (kepada mereka) untuk menghubungkannya dan membuat kerusakan di muka bumi. Mereka itulah orang-orang yang rugi” (QS. Al-Baqarah: 27).

Anda mengetahui bahwa Allah adalah Tuhan yang sudah menanamkan di dalam diri Anda adanya karunia, yang dengannya Anda mengerti akan tugas dan kewajiban di hadapan Allah. Dia Sang Maha Pencipta menciptakan berbagai sarana hidup makhluk-Nya. Anda tidak mungkin dapat hidup bila tidak ada paru-paru. Anda akan mati bila paru-paru Anda tidak dapat berfungsi menghirup udara (oksigen). Allah SWT akan menghentikan kerja jantung bila sudah tiba ajal Anda. Anda tak mungkin dapat mengelak dari ajal bila sudah menghampirinya. Bagaimana Anda dapat mengelak dari kepastian Allah?

Anda hanyalah manusia yang tak dapat berdiri sendiri, selalu menyandarkan kepada kekuasaan Allah Azza wa Jalla. Kalau saja Anda kuat, tentu tak perlu memohon pertolongan kepada Allah ketika Anda sedang menghadapi masalah yang sangat kompleks. Bila Anda kuat, maka tak mungkin Anda pergi meminta pertolongan kepada seorang dokter untuk mengobati sakit yang Anda derita. Anda tak lebih sekadar manusia yang selalu bergantung kepada bantuan orang lain.

Mustahil Anda dapat makan bila tak ada petani yang menggarap sawah. Anda tak mungkin mampu mengerjakan tugas rumah tangga bila Anda sibuk bekerja, selain meminta bantuan seorang pembantu. Bila Anda sudah berkeluarga dan bekerja, yang mengurusi rumah tentu saja istri yang ada di rumah. Bila Anda dan istri Anda bekerja, apakah Anda dapat mengurusi anak yang masih balita? Sangat jelas, bahwa Anda membutuhkan bantuan. Akan tetapi, sebaliknya, Allah tidak membutuhkan bantuan kepada siapa pun dalam menciptakan segala yang ada di langit dan di bumi. Dia berdiri sendiri!

Patutkah seorang hamba yang diciptakan akan membangkang kepada yang menciptakannya? Allah Maha Pencipta, sementara manusia adalah makhluk yang diciptakan. Anda tak akan mendapat bagian apa-apa dari Sang Maha Bijaksana jika selalu menjadi pendusta agama. Adakah Anda menganggap sebagai seorang yang beriman bila Anda selalu berkata bohong? Anda berkata-kata baik, tetapi Anda menyembunyikan kejelekan di hati, patutkah memperoleh pahala dari Allah?

Kalimat-kalimat yang Anda tulis seolah benar-benar dari petunjuk karena menjelaskan tentang keberadaan seorang aulia, tetapi Anda tidak meniru bagaimana sikap dan perbuatannya di hadapan Allah, patutkah Anda akan dibalas oleh Allah atas tulisan Anda? Bagaimana Anda akan mendapat pahala dalam ceramah-ceramah Anda di berbagai mimbar atau forum, tetapi Anda malas untuk menunaikan apa yang Anda sampaikan? Adakah antara di lisan dengan di hati bersatu padu dalam sikap dan perbuatan?

Anda tahu apa yang disampaikan melalui lisan Anda, dan Anda juga tahu apa yang berada di hati Anda, mengapa Anda tidak menyatukan di antara keduanya? Haruskah apa yang lahir berada jauh dari apa yang tak tampak? Bukankah Anda hidup karena adanya yang tak tampak (ruh)? Patutkah Anda mengasingkan ruh Anda yang dengannya Anda dapat berbicara secara lahir?

Sekiranya aspek lahir dan batin yang berada bersama dalam diri saja Anda jauhkan, bagaimana Anda dapat satu bagian dengan Sang Maha Pencipta? Allah sangat dekat dari urat leher Anda, adakah Anda merasakan kedekatan-Nya? Anda abaikan sekalipun, Allah tetap dalam jarak yang sangat dekat, walaupun Anda tak akan mampu melihat-Nya jika sekiranya Anda tidak pernah mendekati-Nya. Adakah Anda merasakan bahwa Allah itu jauh dari diri Anda bila Anda menjauhi-Nya? Jika Anda merasa dekat dengan Allah, sedekat apakah Anda dapat merasakannya? Adakah Anda merasakan bahwa Allah benar-benar jauh dari diri Anda? Adakah Anda menganggap Allah itu benar-benar jauh, padahal Allah itu sangat dekat dari urat leher Anda? Allah jauh atau dekat dengan Anda bergantung dari cara Anda menjauhi atau mendekati-Nya!

Cara Anda mendekati Allah berpengaruh terhadap cara Anda menjauhi-Nya. Maknanya adalah apabila Anda mendekati Allah, Anda benar-benar dapat merasakan-Nya seperti tidak ada batas antara hamba-Nya dengan mawlanya, seperti seorang rakyat jelata dengan sang raja, seperti anak dengan orang tuanya, seperti anak dengan anak dalam kasih sayang ibunya (ibu yang penuh belaian kasih sayang terhadap anak-anaknya), seperti pembantu dengan majikannya, seperti murid dengan gurunya, seperti anak buah dengan bapak buah, seperti pencinta dengan yang dicintainya, seperti katak rindukan air hujan, seperti buruh dengan pemberi gaji, seperti pembeli dengan penjual, seperti adanya kedekatan tanpa garis pemisah, dan banyak perumpamaan lainnya yang menggambarkan kedudukan seorang hamba dengan Sang Pencipta.

Bila gambaran kedekatan seperti itu, maka cara Anda menjauhi-Nya berbanding terbalik seperti antara langit dan bumi, seperti benci dan rindu, seperti manis dan masam, seperti tuli dan mendengar, seperti buta dan melihat, seperti gelap dan terang, seperti tidak ada dan ada, seperti hidup dan mati, seperti ada pembatas yang tak dapat disisihkan.

Allah SWT sebenarnya sangat menyayangi hamba-Nya yang senantiasa mendekati-Nya. Anda akan disayangi oleh Allah apabila tidak pernah merasa lelah untuk merindukan perjumpaan dengan-Nya. Allah akan menunjuki caranya berhubungan dengan Allah sekiranya Anda memiliki niat yang tulus, bukan asal-asalan; asal niat melulu atau ngomong tok tapi tidak ada perjuangan sama sekali. Anda sama sekali tidak memiliki niat bila hanya diucapkan saja tanpa ditunaikan dengan sungguh-sungguh. Allah sangat mengetahui terhadap niat hamba-Nya, apakah berniat dengan setulus hati atau sekedar ucapan belaka. Jadi, cara Anda mendekati Allah Azza wa Jalla harus diawali dengan niat yang tulus atau benar (shidqan niyyah).

Allah Azza wa Jalla akan menunjukkan Anda sebuah kebenaran atas firman-Nya tanpa ada kebohongan sedikit pun. Bila Anda sudah memiliki keyakinan yang kuat, maka Anda akan mendapati apa yang dijanjikan-Nya pasti benar! Andai kata Anda berkeinginan untuk mengetahui atas barang Anda yang hilang, maka Allah pasti menunjukkan di mana benda itu berada.

Anda akan dibuat heran, adakah yang dapat menuntun Anda mengerti perkataan Anda saat berbicara di sebuah forum, sedangkan Anda sendiri sama sekali tidak memiliki maksud untuk mengungkapkan perasaan mengenai sesuatu pun dari dalam hati!? Ambil contoh seperti menjelaskan ‘asal usul kucing’ yang Anda sebenarnya tidak mengetahui bagaimana kucing dapat beranak banyak, sedangkan kucing adalah makhluk yang kecil. Apakah kucing memiliki rahim yang dapat berkembang lebih besar pada saat hamil?

Sepengetahuan Anda perut kucing tidak terlalu besar, tetapi dapat memuat sebanyak 6 - 8 ekor. Bagaimana dapat terjadi seperti itu? Anda tiba-tiba menjadi bingung asal usulnya bagaimana? Pada saat Anda bingung seperti itu, tiba-tiba ada suara yang menyadarkan Anda meluncur dengan sendirinya tanpa Anda sadari. Suara itu, yang Anda luncurkan melalui lisan Anda, berkata: ‘Jumlah kucing itu tidak sebanyak manusia, akan sulit untuk kucing berkembang biak kalau dalam kelahirannya hanya muncul satu ekor. Sudah sedikit ditambah lagi tidak ada kemampuan melahirkan jumlah yang banyak. Maka, anak kucing yang baru lahir tidak memiliki teman dalam bermain.’ Anda takjub!

‘Lho, kok tadi saya bicara seperti itu? Bagaimana itu dapat terjadi, bukankah saya sama sekali tidak merencanakan untuk berbicara seperti itu?’ pikir Anda dalam diri sambil terus bertanya-tanya. Kasus yang Anda alami seperti itu disebut Pangetahuan Tak Diduga (mengetahui secara tiba-tiba), dalam bahasa Inggrisnya Among and between something which are there someone at yourself (antara jiwa dan sesuatu yang ada di dalam diri Anda sama sekali asal usulnya tidak diketahui). Anda telah diberi kemampuan menjelaskan sesuatu tanpa Anda sadari! Siapakah yang telah memberi petunjuk seperti itu? Allah!

Allah Azza wa Jalla telah menolong Anda untuk mengetahui sesuatu yang belum pernah Anda ketahui sebelumnya, akan tetapi Anda masih belum menyadarinya. Ini sebagai bentuk perkenalan dari Allah, bahwa Anda sesungguhnya dapat mengetahui sesuatu yang belum Anda ketahui sebelumnya dalam kondisi jiwa Anda sadar. Allah Azza wa Jalla menawarkan kebaikan untuk Anda bila Anda menginginkannya. Bagaimana caranya? Tentu saja Anda harus menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya, alias bertakwa kepada-Nya.

Subhanallah, Anda sama sekali tidak tahu ternyata Allah SWT sangat baik terhadap hamba-Nya. Jauh sebelum Anda menjalankan perintah dan meninggalkan larangan-Nya, Dia telah menunjukkan karunia yang luar biasa! Pada mulanya Anda tidak menyangka bahwa semua yang Anda ‘miliki’ itu milik Allah. Kenapa? Anda mengira kemampuan Anda memahami atas sesuatu materi bukan hasil kasih sayang Allah kepada hamba-Nya. Anda menganggap karena semata-mata kecerdasan intelegensi (IQ) lah Anda cerdas, padahal semua itu karena pemberian Allah sebagai wujud kasih sayang-Nya.

Sekiranya anda menganggap pemikiran yang Anda hasilkan adalah sebatas dari cara Anda berpikir, maka mustahil Anda mengenal-Nya sebagai Tuhan Anda bila bukan menjadi seorang makhluk ciptaan-Nya. Jadi, di manakah sesungguhnya kehebatan Anda jika bukan karena Allah menciptakan Anda sebagai makhluk yang cerdas, genius, brilian, mumpuni, ajaib, luar biasa, cakap, dan lain-lain keadaan diri Anda? Anda hanya makhluk yang tinggal menggunakan fasilitas yang sudah disediakan Allah saja! Tidak lebih dari itu!

Mengapa sekarang Anda melupakan-Nya? Bagaimana Anda menghina yang ‘bodoh’ karena tidak mengoptimalkan akalnya untuk menjadi lebih menonjol di tengah keramaian manusia yang sudah mapan dalam materi? Adakah alasan yang patut disampaikan untuk menghargai seseorang selain orang itu sudah terkenal sering manggung sebagai penulis hebat, penceramah yang masyhur karena jam keliling yang sudah menapaki lintas wilayah, dan seorang jurnalis yang merasa dirinya sudah memiliki ‘pasar’ dalam pemberitaan, termasuk tim redaksi yang seolah-olah memiliki kemampuan menelusuri gaya tulisan yang memiliki nilai jual? Lantas apakah dengan begitu akan membiarkan ‘suara kebenaran’ yang sesungguhnya memiliki keutamaan dari yang Anda duga?

Kalaulah Anda mengetahui bagaimana Allah berkehendak, maka sesungguhnya Anda akan mendapati Allah Azza wa Jalla sangat marah terhadap cara Anda berpikir seperti itu. Andaikan Anda dijadikan oleh Allah dengan akal tidak berfungsi lagi, apa yang akan Anda katakan kepada Allah? Anda mustahil dapat berpikir seperti saat ini. Anda pun tak mungkin lagi memahami apa yang saya tulis selama ini. Adakah anda memiliki rasa takut sekiranya Allah benar-benar akan menjadikan anda sepert itu?

Andaikan Anda saat ini tak bergeming atas apa yang saya katakan melalui tulisan ini, suatu saat Anda akan mengatakan, “‘suara kebenaran’ itu memang benar ada-Nya. Ternyata banyak orang stres setelah dia jatuh dari kesombongannya sebagai pengusaha, sebagai pemikir, sebagai anggota peneliti karya ilmiah, sebagai pemimpin redaksi penerbit buku dan sebagai apa pun dia.” Adakah yang merenung mengapa mereka seperti itu?

Sangat jelas karena mereka terlampau menyombongkan cara berpikirnya, yang seolah benar padahal dalam lingkaran hasutan setan, dengan menyatakan, “karya-karya yang belum ‘asalkan’ dari seorang professor atau sudah ternama, sebaiknya disisihkan dahulu. Sebab, kuota kita adalah pasar yang ‘ngetren’ laku untuk diumpankan kepada khalayak. Berkaitan dengan isi pesan biarkan saja.” Padahal, menyampaikan kebenaran (unsur pesan) lebih penting daripada siapa yang menyampaikan (unsur orang). “Lihatlah apa yang disampaikan, jangan kau lihat dari siapa pesan itu disampaikan.” (hadits).

Patutkah kebenaran disisihkan karena disampaikan dari orang yang belum dikenal? Anda mengetahui adanya hadits, tetapi Anda belum menjalankannya karena tidak tahu nilai-nilai kebenaran dari sebuah pesan. Akan tetapi, Anda selalu berpikir ‘menyepelekan.’ Anda sesungguhnya tak mungkin mampu menuangkan apa pun dalam bentuk tulisan sekiranya tidak dianugerahi Allah kecakapan menemukan kata, kata-kata, atau kalimat yang paling tepat dalam menulis ulang hasil pemikiran orang lain. Sebab itulah cara penulisan Anda sebelum dianugerahi oleh Allah dapat menulis tanpa menggunakan rujukan (referensi).

Anda akan terlena bagaimana sesungguhnya sebuah pemikiran itu mengandung nilai kebenaran atau tidaknya apabila tidak diberi petunjuk. Bagaimanapun ahlinya Anda dalam bidang yang Anda tekuni, apabila tidak diberi kemampuan oleh Allah menuangkannya dalam bentuk tulisan, maka Anda tak mungkin dapat menulis informasi yang Anda ambil dari mana pun.

Penulis bukanlah pemilik gagasan asli. Dia hanya mengintegrasikan seluruh informasi yang diambil dari berbagai sumber. Selanjutnya dia mengolah, menganalisa, dan menyimpulkan dengan bahasanya sendiri yang dituangkan dalam bentuk tulisan. Inilah yang dikenal dengan penulis berdasarkan referensi atau ada daftar pustakanya. Inilah penulis yang mengandalkan kemampuan akal yang menjadi sandarannya. Padahal, seandainya anda diberi Al-hikmah, maka tanpa menggunakan referensi sekali pun, Anda mampu menulis bagaikan seorang penulis yang dapat mengintegrasikan seluruh informasi tanpa melihat referensinya secara langsung. Allah lah yang memberi kemudahan itu semua.

Allah Azza wa Jalla menginformasikan pemikiran secara langsung kepada Anda lewat indera keenam (hati) apa pun Al-hikmah yang anda peroleh. Al-Hikmah Anda boleh jadi adalah penjelasan alat-alat inakal (di luar talar), yang dapat menganalisis laksana pemikir yang menggunakan akalnya dalam menganalisis, atau merupakan perpaduan antara melihat dan mendengarkan pesan-pesan langsung dari dalam hati. ‘Melihat’ adalah mengetahui objek dari pandangan mata hati yang berada jauh dari mata lahir. Melihat objek dari mata hati tidak sama sebagaimana mata lahir.

Dalam pandangan mata hati, objek secara transparan dapat terlihat seperti aslinya yang ada di lahir. Anda, misalnya, secara lahir belum pernah bertemu dengan saya, maka dengan Al-hikmah Anda mengetahui seperti apa saya. Begitu juga dengan pendengaran hati Anda. Anda akan mampu mendengar suara yang menyampaikan semua informasi dari dalam hati. Suara yang Anda dengar sangat halus, tidak seperti suara lahir yang sangat terdengar secara kasar. Allah Azza wa Jalla memberikan kemampuan kepada Anda dapat mengetahuinya bahwa itu suara hati Anda.

Suara atau pesan yang terdengar dari dalam hati adalah informasi yang dipancarkan lewat sinar Allah (nurullah) ke dalam hati kita. Andaikan Anda berada pada kondisi seperti yang saya sampaikan, maka Anda tak mungkin meragukan. Sekarang coba Anda biarkan lisan Anda untuk diam tanpa suara, kemudian dengarkan suara hati Anda, adakah di dalam hati Anda seperti ada orang lain sedang berbicara? Anda punya suara di dalam hati: ‘ya benar, itu suara hati Anda.’ Allah pasti dapat menggunakan pita suara Anda untuk menginformasikan pesan-pesan-Nya kepada Anda yang berada di aqli. Allahu Akbar, Maha Besar Allah dari para pembuat keangkuhan akalnya dalam menilai pesan-pesan kebenaran Allah Azza wa Jalla.

Sudahkah Anda mempunyai kebenaran informasi selain dari pesan-pesan yang datangnya dari dalam hati? Allah Azza wa Jalla memiliki pesan-pesan kebenaran yang sudah difirmankan kepada rasul-Nya melalui perantaraan malaikat Jibril, dan juga langsung disampaikan kepada beliau saw. Perlukah sesudah itu, Allah Azza wa Jalla tidak lagi menyampaikan pesan-pesan-Nya kepada siapa yang dikehendaki? Kalau tidak perlu, dapatkah orang akan mengetahui apa yang bakal terjadi, mengetahui hal-hal yang tak mungkin dijangkau oleh akal, merasakan hadirnya Allah di dalam hati, dan banyak lagi yang tidak berada di dalam al-Qur’an dan hadits Nabi saw?

Patutkah seorang makhluk mengatakan bahwa Allah tidak perlu mengutus lagi seorang utusan (Anda jangan menganggap bahwa Anda tidak mungkin dapat menjadi  seorang utusan. Jika Allah mengehendaki, mustahil tidak bisa. Akan tetapi, Anda memang bukan Nabi Allah, melainkan hanya diutus untuk  meneruskan risalah beliau saw atas kebenaran Allah!) pasca Nabi Muhammad saw? Siapakah di antara Anda yang berani berkata tak perlu di hadapan Allah atas kehendak-Nya untuk berbuat dan tidak berbuat segala sesuatu untuk kemaslahatan appointed a good behavior and attitude for all Allah’s creation in the world and the next day? I think there is no one will say please of its. I am not sure for you are going to say the same as and rejeck whatever I’ve said before. On the heart, there is no mistake’s message about a thruth from Allah Azza wa Jalla. Man or woman appoint his or herself as a passive creation, and it’s proof of him or hers is kaifa takfurun.

NEXT ARTICLE Next Post
PREVIOUS ARTICLE Previous Post


EmoticonEmoticon

Post a Comment

NEXT ARTICLE Next Post
PREVIOUS ARTICLE Previous Post
 

Delivered by FeedBurner