Adakah yang mengetahui tentang arwah (ruh-ruh) orang yang sudah berada di alam barzakh? Tak seorang pun yang mengetahuinya, kecuali Allah Swt memberikan rido-Nya! Kalau ada seseorang yang mengetahui sebatas mengaku-aku, maka itu adalah pasti dusta atau kebohongan yang sangat nyata. Allah Azza wa Jalla hanya menghendaki pengetahuan tentang ruh kepada orang-orang yang sudah mencapai derajat diperkenankan! Yaitu suatu maqam didekatkan (muqarrabin) karena kecintaan dirinya kepada-Nya! Seorang pecinta kepada Tuhannya, pasti senantiasa merindukan Sang Kholik mencintai dirinya. Adalah benar bahwa Allah Swt telah berjanji:
“Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)–Ku” (Q.S. Al-Baqarah : 152).
Atas derajat kecintaan seorang hamba kepada Mawla-Nya, maka segala rahasia atas kekuasaan-Nya dibukakan! Allah Swt pasti menepati janji-Nya! Baginya juga dianugerahi Al-Hikmah! Dengan Al-Hikmah itu, dia mengetahui sesuatu yang belum pernah dia ketahui sebelumnya dan melihat sesuatu yang belum pernah dia lihat sebelumnya. Inilah kemahabijaksanaan Allah Azza wa Jalla.
“Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh. Katakanlah: "Ruh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit" (Q.S. Al-Israa’ : 85).
Ayat ini menjelaskan perkara ruh sebagai perkara yang hanya Allah sajalah yang mengurusnya, bukan termasuk perkara yang diurus oleh manusia. Karena itu, tidak ada seorang manusia pun dapat mengerti bagaimana sesungguhnya ruh itu.
Allah Swt, sebagai Tuhan Yang Maha Bijaksana, di sisi lain, menyatakan bersamaan dengan penegasan-Nya tentang ruh tersebut: “Allah bermaksud memberi tahukan kepada orang-orang yang meyakini akan keberadaan Allah Yang Maha Goib tentang perkara ruh dalam pengetahuan yang sedikit.”
Adalah kemahabijaksanaan-Nya sekiranya ada orang-orang yang takut dan merendahkan diri di dalam kekuasaan-Nya mengerti tentang perkara ruh. Siapa pun, sepanjang dia adalah seorang yang meyakini ada-Nya Yang Maha Goib sebagai Tuhannya di luar kemampuan logisnya dan menunjukkan dirinya sebagai seorang manusia yang takut dan merendahkan diri (takwa) kepada-Nya, maka akan berlaku baginya.
Aturan atau ketentuan-ketentuan Allah Swt dapat diikuti oleh kaum mukmin yang bergairah untuk mengenal lebih dekat akan diri-Nya! Siapa yang mengenal diri (nya) pasti Dia akan menunjukkan bagaimana diri (Nya)! Allah Swt akan mengajarkan dan menunjuki jalan-jalan-Nya sebagaimana yang pernah dilalui oleh para nabi dan solihin. Dia Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang berfirman:
“Allah hendak menerangkan (hukum syariat-Nya) kepadamu, dan menunjukimu kepada jalan-jalan orang yang sebelum kamu (para nabi dan salihin) dan (hendak) menerima tobatmu. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana" (Q.S. An-Nisa : 26).
Karena itu, ayat ini menunjukkan perlunya menempuh perjalanan menuju kepada Dia Yang Maha Mulia lagi Maha Bijaksana sekiranya sangat berharap mengenal diri (nya), sehingga akan ditunjukkan bagaimana diri (Nya)! Ini adalah sebuah persyaratan yang harus ditempuh bila ingin mengenal diri (ruh).
Allah bukanlah Tuhan Yang Tidak Memiliki Keluasan Ilmu-Nya. Justru dengan ilmu-Nya, manusia yang beriman dapat mengenal banyak hal, termasuk diri (nya). Pengetahuan manusia sebenarnya hanyalah pijar atau cahaya yang dipantulkan dari cahaya-Nya Yang Maha Mengetahui! Setiap ciptaan-Nya, termasuk langit dan bumi, berasal dari cahaya-Nya. Allah adalah cahaya langit dan bumi!
“Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang banyak berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat (nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu” (Q.S. An-Nuur : 35).
Cahaya Allah meliputi segala sesuatu! Allah adalah Dia Yang Ilmu-Nya mencakup segala sesuatu! Maka, Allah adalah Dia Yang Cahaya-Nya adalah ilmu-Nya yang meliputi segala sesuatu! Untuk itu, manusia yang merupakan bagian dari segala sesuatu itu, ada di dalam cahaya-Nya atau ilmu-Nya! Tak ada satu makhluk pun yang tidak terjangkau oleh cahaya Allah atau ilmu Allah!
Sekiranya ada seorang mukmin yang mendapati cahaya-Nya, karena telah berjumpa dengan-Nya (ma’rifat), dia telah memperoleh pengetahuan Ilahiah! Adalah karena cahaya-Nya seorang mukmin yang ‘Arif (ma’rifat) dapat menjangkau segala sesuatu sebagaimana yang dikehendaki-Nya! Pengetahuan tentang ruh (diri) adalah sudah jelas sebab diri (nya) adalah diri (Nya) yang berada di dalam kekuasaan-Nya!
Sebagai janji-Nya kepada seorang hamba yang sudah diperkenankan, Allah Azza wa Jalla memperlihatkan rahasia-Nya atas segala hal yang sulit dijangkau oleh pemahaman akal yang selalu logis! Akal tak bakal mampu menjangkau pengetahuan ruh (diri) sebelum mengimani ada-Nya Allah Yang Maha Goib dalam kedalaman jiwa yang senantiasa merindu, mengharap, mendamba, membutuhkan, menyandarkan dan tak pernah merasa ‘bisa’ ketika hadir di ‘Arasy-Nya! Ia ‘bisa’ karena cahaya-Nya: terang menembus jauh ke wilayah atau alam malakut.
Sampai di sini, seseorang yang telah dianugerahi Al-Hikmah mencapai suatu keadaan jiwa yang senantiasa bersama-Nya! Seorang ‘Arif Billah adalah seorang manusia yang adanya di dalam Dia! Ruh adalah milik-Nya, maka si faqir dengan seizin-Nya dapat memahaminya! Andaikan ada jin, ruh dan malaikat, maka si faqir sudah memahami kehadiran mereka!
Anda pasti merasakan betapa sulitnya untuk mengenal ketiganya! Anda belum dianugerahi Al-Hikmah! Kalau telah mengenal ruh anda, maka Allah pasti menunjuki bagaimana anda bersikap, berkata dan berbuat! Allah pasti menunjuki ada apa dan siapa dalam wilayah yang tidak kasat mata. Cahaya-Nya yang menjadikan si faqir mengenali perbedaan ketiganya!
Arwah yang berada di alam barzakh dengan ‘mudah’ atas seizin-Nya dapat diketahui keberadaannya! Baginya (si faqir), dengan kemahabesaran Allah, dapat berdialog secara langsung dengan keadaan sadar! Bentuk tidaklah menjadi target untuk segera mengetahui kehadirannya! Akan tetapi, sekilas tergambarkan, dengan seizin-Nya bila si faqir menghendaki! Anda akan tetap sulit untuk membayangkannya sepanjang tiadanya keyakinan dalam jiwa (diri, ruh atau hati) bahwa Allah itu Maha Pengasih lagi Maha Penyayang dapat berbuat sebagaimana yang dikehendaki-Nya!
Pengetahuan tentang ruh tidak dapat dipelajari sebagaimana suatu pelajaran dalam kehidupan alam realitas! Keberadaannya ‘tidak dapat’ diuji secara empiris seperti menguji energi panas yang dapat mengembangkan suatu benda logam! Ruh ada sebagaimana adanya di dalam kekuasaan-Nya! Pemahaman tentang keberadaannya (ruh) adalah karena kebijaksanaan-Nya (Al-Hikmah)!
Alam Barzakh
Berbicara tentang alam barzakh (alam penantian datangnya Hari Kiamat), sangat sedikit sumber yang mudah untuk dijadikan rujukan. Ayat-ayat Al-Qur’an tidak menunjuk secara eksplisit tentang keberadaan alam barzakh, selain adanya Hari Kemudian (Suatu Hari Yang Pasti Kedatangannya). Namun demikian, ayat-ayat Allah sangat menegaskan adanya kehidupan bagi orang-orang yang gugur (wafat) di jalan-Nya (fi sabilillah).
“Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah, (bahwa mereka itu) mati; bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya” (Q.S. Al-Baqarah : 154).
Ayat ini sangat tegas menegaskan adanya kehidupan suatu ruh dari orang-orang yang wafatnya karena berada di jalan Allah! Gugur dalam teks ayat ini berkaitan dengan wafatnya seorang yang beriman kepada Allah dalam suatu peristiwa berperangnya antara kaum mukmin dengan orang-orang kafir atau kaum musyrik! Adakah ayat ini tetap berlaku untuk kaum mukmin yang wafat di luar peperangan (fisik)?
Allah Swt menurunkan ayat-ayat-Nya di masa Rasulullah Saaw yang kondisinya memang diliputi adanya peperangan! Allah Azza wa Jalla di beberapa ayat-Nya yang lain menggunakan istilah jihad tetapi tidak menunjuk secara langsung tentang situasi perang! Penggunaan istilah jihad juga dimaksudkan sebagai perjuangan melawan kejahatan iblis laknatullah ‘alaih yang bersarang di dalam jiwa seseorang.
“Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al Qur'an) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia, maka dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada tali Allah. Dia adalah Pelindungmu, maka Dialah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong” (Al-Hajj : 78).
Itulah sebabnya, sebagaimana diriwayatkan oleh Al-Sukuni dari Abu ‘Abdillah Al-Shadiq (a.s.), ketika Rasul Saaw melihat pasukan yang kembali dari sebuah peperangan, beliau bersabda: “Selamat datang, wahai orang-orang yang telah melaksanakan jihad kecil, dan masih harus melaksanakan jihad akbar.” Ketika orang-orang bertanya tentang makna jihad akbar itu, Rasul Saaw menjawab: “Jihad melawan diri sendiri (jihad al-nafs)” (Khomeini, Imam, 40 hadis, 1992).
Allah Swt menyampaikan ayat-ayat-Nya tidak sesempit dalam pemahaman lahiriah! Dia Yang Maha Mengetahui mengajarkan kepada Rasul-Nya agar penggunaan kata jihad dapat dimaknai secara meluas sebagai upaya untuk melawan musuh yang nyata (‘aduwwum mubin), yang tidak terjangkau oleh penglihatan (lahir) tetapi melakukan permusuhan yang sangat di dalam diri manusia.
Allah Swt sebagai Tuhan Yang Maha Pencipta menyeru kepada kaum mukmin agar berjuang melawan kebatilan yang dihembuskan setan di dada manusia. Perang melawan musuh di dalam diri (iblis beserta pasukannya) lebih besar dan berat dibandingkan dengan perang badar di zaman Rasul Saaw. Bahkan, perang semacam ini tidak pernah selesai tanpa diperjuangkan dengan sungguh-sungguh oleh kaum mujahid sampai dia benar-benar telah mampu, dengan pertolongan Allah Azza wa Jalla, melumpuhkan musuh yang nyata tersebut dari jiwanya.
Andaikan mereka yang sedang berjihad secara sungguh-sungguh di jalan Allah wafat jauh sebelum sampai pada puncak perjalanan menuju kepada-Nya, maka Allah Swt menghargainya sebagai orang yang gugur di jalan Allah (fi sabilillah). Baginya, Allah akan memberlakukan sebagaimana disebut oleh ayat 154 surat Al-Baqarah di atas dan juga ayat berikut:
“Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezeki” (Q.S. Ali Imron : 169).
Allah Swt menegaskan akan keberadaan mereka sebagai orang yang ruhnya di alam barzakh (alam penantian) ‘hidup’ dan ‘di beri rezeki’ oleh Allah Azza wa Jalla. Kedudukannya di sisi Allah sebagai kaum soleh (solihin)! Kedudukan ini menjamin pahalanya dapat menyebabkan Allah Azza wa Jalla menyediakan rezeki di alam barzakh! Anda tentu saja belum tahu bagaimana sebenarnya ruh (arwah) itu? Anda sudah tentu mengerti jika fisik (jasad) anda, akan tetapi bagaimanakah ruh itu, menikmati pemberian rezeki dari Allah!
Allah Azza wa Jalla berfirman akan janji-Nya untuk menyediakan kenikmatan bagi siapa pun yang beriman dan beramal soleh meninggal dunia (wafat) dengan sebuah taman (surga)! Sebagaimana fisik (jasad) ketika hidup di alam dunia, maka ruh akan mengambil bentuknya yang sangat halus dengan perwujudan lengkap manusia! Gerak dan diamnya, juga sebagaimana jasad (fisik) saat masih di alam dunia. Hanya saja, zatnya yang sangat halus itu menyebabkan tidak dapat tersentuh oleh fisik (jasad) manusia yang hidup di alam dunia sekiranya mereka, dengan seizin Allah, ‘hadir’ di alam realitas.
Anda boleh jadi tidak dapat menerima pernyataan tersebut. Mana mungkin ruh dari alam barzakh ‘hadir’ ke alam realitas? Pertanyaan anda disebabkan karena anda sesungguhnya tidak pernah menyadari, seperti disinggung ayat 154 surat Al-Baqarah, bahwa ruh itu hidup dan, bagi yang gugur (wafat) di jalan Allah, diberi rezeki (Q.S. Ali Imron : 169). Tentu saja semua itu, bila ruh itu ‘hadir’ di alam realitas, dengan seizin Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Bijaksana.
Dengan rezeki yang dianugerahkan oleh Allah, mereka dapat mengunjungi serta mendo’akan anak keturunannya yang masih hidup di alam dunia. Kunjungan mereka ke alam realitas akan mengajak ruh (qolbu atau hati) anak keturunannya yang masih hidup lagi berakhlak mulia (beriman dan bertakwa) untuk menjadi manusia yang senantiasa tunduk dan patuh kepada Allah. Kehadiran mereka tidak dalam bentuk (wujud) dirinya saat masih berada di alam dunia dengan jasad wadagnya. Mereka merupakan zat yang sangat halus lagi tak dapat dijangkau oleh penglihatan (mata) lahir orang yang masih hidup di alam dunia, kecuali dengan seizin Allah dapat dilihat oleh kepekaan jiwanya (hatinya).
Kedudukan ruh orang beriman lagi beramal soleh (takwa) ditempatkan di suatu taman (surga) alam barzakh. Kemungkinan anda masih penasaran, ‘Bukankah surga itu akan diberlakukan sesudah yaumil akhir tiba, setelah adanya hari penghisaban?’ 'Lalu, bagaimana mereka (arwah) itu sudah berada di surga?'
Kalau menyandarkan kepada ayat-ayat Allah, anda akan menemukan kesulitan mengungkap dengan akal (ra’yu) sekiranya belum memperoleh petunjuk dari Dia Yang Maha Mengetahui. Saya, insya Allah, dengan seizin-Nya akan mengungkap surga di alam barzakh merujuk ayat-ayat Allah yang masih samar (mutasyabihat) yang sangat sulit dimaknai oleh kecerdasan akal bila bukan karena petunjuk-Nya. Berikut akan disajikan ayat-ayat Allah tentang surga alam barzakh.
“Dan bagi orang yang takut akan saat menghadap Tuhannya ada dua surga” (Q.S. Ar-Rahmaan : 46).
Menurut anda, apakah yang disebut ‘dua surga’ pada ayat itu? Di alam keabadian (baik di alam barzakh maupun sesudah Hari Kebangkitan) keberadaan surga itu sudah dipersiapkan oleh Allah jauh sebelum Adam a.s. dan istrinya diciptakan. Demikian juga neraka (tempat pembalasan untuk penyiksaan).
“Dan Kami berfirman: "Hai Adam diamilah oleh kamu dan istrimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang dzalim” (Q.S. Al-Baqarah : 35).
Datuk umat manusia telah dikisahkan sebagai manusia yang sudah berada di surga sebelum akhirnya diturunkan ke bumi akibat tidak mengindahkan peringatan Allah. Maka, apabila kita merujuk kepada ayat terdahulu (Ar-Rahmaan : 46) dengan ayat ini (Al-Baqarah : 35), manusia yang lahir sesudahnya kemudian meninggal dunia dalam keadaan takut (takwa) kepada Allah, surga sudah dipersiapkan untuknya: pertama, saat memasuki alam kubur (alam barzakh) dan, kedua, sesudah Hari Kiamat.
Bagi yang memaknai lain dari itu, pertanyaan yang muncul adalah: kalau surga hanya ada di Hari Kemudian (sesudah Kiamat), ke manakah mereka arwah (kaum muttaqin) itu ditempatkan? Adakah ‘tempat’ selain surga yang dimaksud pada ayat tersebut? Saya meyakini, sebagaimana petunjuk yang saya dapati dari dalam hati, dua surga itu dimaksudkan untuk di dua alam tersebut, yaitu saat di alam barzakh dan saat tibanya Hari Kebangkitan diadakan.
Kemudian kita dapat memaknai ayat 169 surat Ali Imron yang telah disebut terdahulu, “…bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezeki.” Keterangan rezeki bagi mereka adalah mendapatkan kenikmatan di surga! Allah Swt telah menjelaskan rezeki yang dimaksud dengan penjelasan-Nya sebagaimana ayat-ayat berikut ini.
“kedua surga itu mempunyai pohon-pohonan dan buah-buahan” (Q.S. Ar-Rahmaan : 48).
“Di dalam kedua surga itu ada dua buah mata air yang mengalir” (Q.S. Ar-Rahmaan : 50).
“Di dalam kedua surga itu terdapat segala macam buah-buahan yang berpasangan” (Q.S. Ar-Rahmaan : 52).
“Mereka bertelekan di atas permadani yang sebelah dalamnya dari sutra. Dan buah-buahan kedua surga itu dapat (dipetik) dari dekat” (Q.S. Ar-Rahmaan : 54).
Anda bahkan tidak menyadari, bahwa pada diri anda ada dua orang malaikat yang mengawasi dan mencatat seluruh amal perbuatan anda. Adakah, karena tidak dapat dijangkau oleh penglihatan (mata), keyakinan bahwa mereka ada? Sebagaimana malaikat, ruh juga ada dalam diri anda yang sangat sulit anda memahaminya sekiranya belum diperkenankan Allah dapat mengenalinya! Jadi, keberadaan ruh (arwah) hanya dapat dikenali apabila Allah memberi pengetahuan (sedikit) kepada siapa yang Dia kehendaki!
Anda akan saya perlihatkan satu ayat lagi.
“Dan selain dari dua surga itu ada dua surga lagi“ (Q.S. Ar-Rahmaan : 62).
Apa lagi ini maknanya? Dua surga yang telah disebut lebih awal menunjukkan keberadaannya di dua alam, yaitu alam barzakh dan alam sesudah Hari Kebangkitan. Sedangkan di dalamnya ada surga-surga, yang paling dikenal dalam Al-Qur’an adalah surga ‘Adn dan surga Firdaus. Kedua surga ini diperlihatkan oleh Allah Yang Maha Mulia dengan firman-Nya:
“kedua surga itu (kelihatan) hijau tua warnanya” (Q.S. Ar-Rahman : 64).
“Di dalam kedua surga itu ada dua mata air yang memancar” (Q.S. Ar-Rahman : 66).
Allah Swt menjelaskan ayat-ayat-Nya agar menjadi pengetahuan umat manusia untuk direnungkan, bukan disangsikan. Adanya surga-surga sebagai ‘hadiah’ yang disediakan oleh Allah bagi yang meyakininya dan berharap mendapatkannya. Surga-surga itu ada dan pasti ada! Bukan sebuah hayal atau dusta.
Surga di alam barzakh hanya diperuntukkan bagi orang-orang yang beriman lagi beramal soleh (muttaqin). Keberadaannya di dalam suatu Kerajaan yang didiami oleh Baginda Muhammad Saaw! Beliau lah yang menduduki sebagai ‘Raja’-nya. Mari kita perhatikan ayat berikut:
“Dan apabila kamu melihat di sana (surga), niscaya kamu akan melihat berbagai macam kenikmatan dan kerajaan yang besar” (Q.S Al-Insaan : 20).
Allah Azza wa Jalla mendudukkan Rasul-Nya Saaw sebagai Pemimpin segala umat, dari Nabi Adam sampai umat beliau sendiri! Dukungan terhadap kedudukannya tak terbantahkan oleh para Nabi yang lain.
Arwah Kaum Kafir, Munafik, Musyrik dan Fasik
Ruh orang-orang yang telah memperoleh kenikmatan, karena patuh dan tunduk kepada Allah, berbeda dengan manusia yang ingkar (kafir), berbuat jahat, syirik, munafik, dan fasik. Perwujudan mereka mengambil bentuk sebagaimana amaliahnya di dunia. Anda sekiranya diberi karunia oleh Allah dapat ‘melihat’ arwah, maka setiap ruh yang tidak diberi rezeki oleh Allah akan berbeda dengan jasad (fisik) saat masih di dunia. Ada ruh manusia, yang berbentuk sebagai tubuh manusia, tetapi wajahnya seperti seekor babi. Ada lagi yang berwujud seperti seekor anjing yang menjulurkan lidahnya, yang air liurnya keluar terus menerus. Ada juga yang asyik menarik-narik anggota tubuhnya dengan kukunya sendiri. Yang lainnya, ada yang mukanya dipukuli sendiri hingga berdarah-darah. Ada ruh yang bentuk tubuhnya manusia tetapi berjalan dengan kepala, sedangkan kakinya berada di atas. Dan banyak lagi keadaan ruh yang lainnya, bergantung bagaimana amalnya pada saat di alam dunia. Allah Azza wa Jalla memberikan siksa (kubur) kepada mereka hingga Hari Kebangkitan.
Adalah karena perbuatannya sendiri akhirnya mereka menerima pembalasan (siksa) kubur! Allah Azza wa Jalla telah mengingatkan mereka untuk ta’at dan tunduk hanya kepada-Nya! Saya dapat menggambarkan, insya Allah, keberadaan mereka selain sebagaimana gambaran di atas, yang menerima siksa (kubur). Secara fisik (jasad), mereka akan mengalami dirinya seolah tak pernah utuh; secara berulang tubuh (jasad) disiksa dan dibentuk ulang! Dalam keadaan sangat mengerikan tubuhnya dicincang oleh penjaga kubur yang sangat kejam dan tak ada rasa belas kasihan. Asal diketahui saja, sesungguhnya arwah mereka lah yang menerima hukuman (siksa) di alam kubur, bukan jasadnya. Hanya saja, secara fisik (jasad), seakan-akan jasadnya yang mengalami penderitaan. Tak ada kesempatan baginya untuk bertobat! Bagi orang-orang kafir dan musyrik, Allah Azza wa Jalla melanggengkannya hingga Hari Kebangkitan tiba.
Adapun orang-orang yang waktu di alam dunia telah dapat berbuat mengikuti aturan-aturan Allah, lalu mengabaikannya, seterusnya ikut beribadah dan kembali lagi mengabaikannya, bagi mereka akan diberi tangguh hingga ahli warisnya mendo’akan. Apa maksudnya? Allah Maha Bijaksana menangguhkan pembalasan (siksa) atas amal baiknya! Akan tetapi, terkait dengan dosa-dosanya, ia pasti mengalami penyiksaan! Di alam dunia, ia telah mengikuti perintah dan menjauhi larangan-Nya, namum ia sering berbuat dosa tanpa menyesal (bertobat) untuk tidak mengulangi lagi!
Manusia yang seperti itu, amal-amal baiknya lah yang menyebabkan adanya penangguhan (siksa) sampai ia memperoleh do’a (rezeki) dari ahli warisnya (anak keturunan). Do’a adalah senjata kaum beriman lagi berbuat bajik (soleh). Allah Swt akan menggantikan do’a orang-orang yang mendo’akannya sebagai pemberian rezeki kepadanya! Dalam hal ini, do’a anak-anak yang soleh untuk kedua orang tuanya sangat makbul diterima langsung oleh keduanya yang mengalami penderitaan! Sebagaimana janji-Nya, Allah Azza wa Jalla akan mengantarkan do’a kaum mukmin yang bersungguh-sungguh dalam berdo’a diijabah sebagai ‘hadiah’ yang akan diterima oleh mereka yang dido’akan!
Adanya rezeki yang disediakan oleh Allah atas do’a ahli warisnya, maka seseorang yang sedang mengalami siksa (kubur) dialihkan ke suatu ‘tempat’ yang aman! Mereka diberi semacam ‘rumah peristirahatan’ hingga Hari Kiamat! Di alam kubur, serangkaian siksa akan terus menerus ditimpakan kepada orang-orang kafir dan para ahli syirik (yang selama hidupnya selalu menduakan Tuhan!).
Andaikan tidak ada kemahabijaksanaan Allah, maka tak satu pun kaum muslim yang dapat mengandalkan amal-amalnya terhindar dari siksa (kubur). Saya seakan tak pernah percaya, bila bukan karena Al-Hikmah, bahwa begitulah keadaan manusia di alam kubur!
Allah Yang Maha Penyayang dalam hal menanamkan keyakinan kepada siapa pun yang senantiasa merindukan-Nya di dalam hati, maka Allah selalu menepati janji-Nya. Adakah yang dapat bertambah keimanannya sekiranya Allah tidak memberinya kekuatan iman di dalam hatinya?
“Dia-lah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada). Dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana” (Q.S. Al-Fath : 4).
19 komentar
Subhanallah... Allahu akbar.
Pak Ahmad, insya Allah saya meyakini dgn sebenar2 keyakinan keadaan yg Bapak sampaikan di atas. Seperti ada suatu "link" yg ter-connect saat saya membacanya.. bisikan2 hati saya seluruhnya terjawab dan tiada dapat disangkal akan kebenaran firman Allah swt.
Posting2 yg disampaikan laksana jawaban2 dari Allah atas pertanyaan2 dalam benak saya melalui Bapak. Saya merasakan dekat bahkan seperti mengenal Bapak, merasakan tambahan pemahaman dan keyakinan kepada kemahakuasaan Allah. Allahu akbar.. semoga setiap tetes linangan air mata saya dapat membukakan mata hati saya agar bisa mendapatkan al-hikmah dari-Nya dan menenggelamkan keangkuhan diri saya.
Namun, saya hanyalah seorang yg "malas dan labil" utk memfokuskan keadaan dalam mendekatkan diri kepada Allah... kehidupan dunia (dalam arti fana) mengelilingi n menggoda saya. Saya sangat yakin, Allah maha mengetahui apa yg saya niatkan dan hadapi. Innallaha 'alimun bisatissuduur. Dan tidak ada obat yg ampuh selain memantapkan hati berjihad, menjadi sebenar2 shaliq kepada Allah.
Mohon bimbing saya selalu dgn kalimah2 penjaga istiqomah... walau wujud dunia belum bisa bertemu, namun saya merindukan pertemuan yg dgn kehendak-Nya bisa mengistiqomahkan jiwa saya dalam keyakinan kepada Allah. Semoga Allah meridhai... amin yra.
Wassalam,
Eddy "Shaliq" - Samarinda.
Segala puji hanya milik Allah, Dia lah satu-satu-Nya Tuhan kita, semua umat manusia! Adalah Dia Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Betapa pun, kita adalah makhluk-Nya yang tak pandai bersyukur, Allah Swt tetap adalah Tuhan Yang Maha Pemurah.
Sampai kapan pun, sepanjang hayat masih dikandung badan, Allah masih membuka 'pintu'-Nya kepada kaum yang meyakini-Nya dengan sepenuh jiwa (hati atau ruh atau diri) untuk menyatakan kecintaan kepada-Nya.
"Duhai Allah-ku, Engkau telah menaburkan kerinduan di hati orang-orang yang senantiasa berkhidmat untuk mendekati-Mu, sekali pun masih belum mendekat sedekat-dekatnya. Langkah kakinya masih terseok-seok oleh manisnya rayun setetes embun di pagi hari. Padahal, air surga-Mu telah Engkau persiapkan bagi siapa pun yang sangat mendambakannya. Duhai Allah-ku, jikalau aku 'dapat' berbagi pengetahuan-Mu kepada siapa pun yang merindukan-Mu, tentu saja aku berharap tanganku menjadi 'wakil' untuk menuliskan kebenaran-Mu. Bagaimanapun, aku hanyalah si faqir yang tak memiliki apa-apa dan tak bisa apa-apa tanpa-Mu. Engkau adalah tumpuanku, kerinduanku, penolongku, penyejuk hatiku, pembimbingku, maka patutkah Engkau menjauh dari diriku yang tak mengerti bagaimana seharusnya kehendak-Mu, bukan bagaimana seharusnya keinginanku?"
Laa ilaaha illallaah...Laa ilaaha illallaah...Laa ilaaha illallaah...Allah...Allah...Allah...
"Aku," kata-Mu, duhai Allah-ku,
"Tuhan Yang Maha Pencipta lagi Maha Berkuasa,
semesta alam tunduk kepada-Ku!"
"Tak ada yang berserikat dengan-Ku," begitulah saat Kau ciptakan semuanya di dunia fana.
"Kini, semuanya hanya fatamorgana," hai umat manusia.
"Di sisi-Ku semua telah Kusediakan yang terbaik untukmu, wahai hamba-hamba-Ku. Bergeraklah menuju-Ku."
"Hidup boleh saja kamu nikmati, tetapi jangan kamu terlena atas tipu daya iblis, musuh nyata umat manusia, anak keturunan Adam."
"Kamu telah Aku beri amanat untuk berlaku baik atas dirimu sendiri dari dusta dunia yang membelenggu kenistaan. Jangan terpedaya oleh (nya) dalam buaian yang memabukkan, tanpa mengingat bahwa itu adalah milik-Ku untuk sementara (saja)."
"Bukan, bukan di sini tempatmu hai orang-orang yang beriman. Aku telah mempersiapkan untukmu, bila kamu mau. Semua terserah kepadamu. Jaga dirimu agar tidak melupakan-Ku, Tuhanmu Yang Maha Baik dan sangat Pemurah lagi Maha Bijaksana." (Ini adalah kehendak Allah Yang Menunggu kehadiran kaum beriman untuk mendekati-Nya dengan sungguh-sungguh! Anda boleh tidak yakin atas semua ini!).
Salam dari jauh.
bagaimana jika seseorang meninggal dalam keadaan belum menikah? apakah amalnya sia-sia?
Pertanyaannya sangat bagus, insya Allah.
Sekiranya saya masih belum berkeluarga, saya akan merasakan hal yang sama. Adakah amal-amal baik saya apabila meninggal dunia akan diterima kalau saya belum berkeluarga?
Kekhawatiran saya sesungguhnya tidak beralasan karena amal-amal baik seseorang tidak ditentukan oleh sudah menikah atau belum menikah, selain setiap amal kebajikan akan dicatat walau seberat biji zaroh. Hanya saja, bobot 'rezeki' yang akan diperoleh orang yang sudah berkeluarga pasti berbeda dengan yang masih membujang sekiranya dia telah meninggal dunia.
Seorang mukmin yang sudah berkeluarga akan memperoleh 'rezeki' tambahan dari anak keturunannya yang telah dia didik dengan perjuangan (jihad) menjadikan mereka tumbuh dewasa sebagai anak-anak yang soleh!
Berkah dari anak keturunan yang soleh itulah dia mendapat 'rezeki' yang ditambahkan apabila kelak dia berada di alam barzakh. Maka, berkaitan dengan hal ini, kepada anak keturunannya, Allah Swt berfirman:
"Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: "Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang shaleh yang Engkau ridai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertobat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri" (Q.S. Al-Ahqaaf : 15).
Orang tua (ibu bapak) yang benar-benar telah membesarkan dengan penuh perjuangan, Allah Swt akan menggantikan do'a anak-anaknya sebagai 'rezeki' tambahan dalam kehidupan di alam kelanggengan (keabadian).
Salam dari jauh.
alhamdulillah... terima kasih pak atas uraian dan sekaligus pengalaman bapak yang luar biasa... saya merasa dan meyakini sepenuhnya bahwa apa yg bapak sampaikan adalah benar adanya.
Allah maha kuasa, yang kekuasaanNya tidak bisa dibatasi oleh siapapun dan apapun. Sekiranya ada orang yg berpendapat ttg kemustahilan semua orang (tanpa kecuali) thdp kemungkinan adanya interaksi dg alam malakut yg ghaib, maka ini berarti telah membatasi kemahakuasaan Allah. Innallaha 'ala kulli syai'in qadir....
salam bapak ahmad.....salam kejauhan. saya dari malaysia sangat membutuhkan pertolongn bapak. sudilah bapak memberi saya alamat e-mail bapak untuk saya hubungi bapak secara personal.
Bapak Anonim yang berada di Negeri Jiran. Saya sangat menyukai anda karena Allah, bukan karena anda telah berpendapat positif atas kemahaluasan ilmu Allah. Saya, dengan senang hati, dapat menuliskan untuk anda email-ku: ayy_kb@yahoo.co.id
Ass...bpk Ahmad...... sy mau menanyakan ttg keberadaan ruh anak sy yg sdh meninggal d usia 3 th 11 bln...klo menurut keterangan d atas Insya Allah anak sy skr berada d syurga d alam barzakh y???????? trima ksh
Wa 'alaikum salam wa rohmah
Pak Dhiifs yang sedang berharap akan keluasan kasih sayang Allah di persinggahannya. Menurut hemat saya, pernyataan bapak adalah kesimpulan bapak yang sangat terburu-buru.
Keputusan ke manakah ruh seorang bayi saat berada di alam barzakh, sesungguhnya tidak dapat ditetapkan oleh kita secara apa adanya saja, melainkan dengan petunjuk Allah.
Maksud saya begini pak. Kita jangan berucap seolah sebagai orang yang pasti tahu (sekalipun diawali dengan perkataan insya Allah) sebelum diperkenankan oleh Allah mengetahui kecenderungan keberadaan putra atau siapa pun di alam barzakh. Kesimpulan bapak boleh-boleh saja begitu, tetapi akan lebih bijak sekiranya segala perkara tentang kedudukan seseorang sebagai ahli surga, baik bayi (0 - 5 tahun) maupun orang dewasa, tidak ditetapkan oleh kita. Semuanya adalah Hak Mutlak Allah.
Kita hanya berharap semoga Allah menempatkan putra atau siapa pun dikelompokkan sebagai hamba-hamba Allah penghuni surga.
Harapan kita tentu saja sepadan dengan keadaan jiwa orang yang meninggal dunia saat dia masih berada di alam dunia. Bagi seorang bayi, yang masih tidak dicatat seluruh amal-amalnya saat hidup di dunia, Allah berkenan memperhitungkan tingkat kesabaran orang tuanya atas kematian bayi tersebut.
Adapun status keberadaan seorang bayi yang telah berada di alam barzakh akan dipertimbangkan sebagai anak yang masih suci tanpa beban dosa. Bagaimanakah Allah akan menempatkan mereka di sana bukanlah hak bapak untuk menetapkannya. Hanya Allah yang memiliki hak untuk menetapkan keberadaan mereka.
Semoga bapak Dhiifs memahami maksud penjelasan saya ini.
Salam dari jauh,
Ahmad
Assalammu'alaikum, Pak Ahmad Yuli yang alhamdulillah telaten dan sabar membimbing para pencari-Nya , saya nyimak tulisan-tulisannya ya jazakumulloh
Wa 'alaikum salam w.w.
Terima kasih Bunda Najwa, semuanya karena Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Bijaksana senantiasa berkenan mengarahkan, mengajarkan, menuntun, membimbing dengan penuh keluasan kasih sayang-Nya. Tanpa itu, la hawla wa la quwwata illa billahil 'aliyyil 'adhim, saya tak dapat berbuat apa pun, sekali pun hanya menulis satu kalimat kebenaran.
Alhamdulillah akhirnya saya menemukan juga tulisan yang selama ini saya cari bahwa walaupaun barzah adalah pengetahuan yg mutlak milik Allah namun ada kemungkinan manusia menguaknya dengan makrifatnya yg diperoleh karena pendekatan yg sempurna dg DzatNYA.Saat ini saya berada pada fase peralihan dari rasa putus asa pada hidup ini ke fase penyerahan diri seutuhnya kepada kehendakNYA kalau boleh saya bertanya jika saya seorang wanita dan intens mendekatkan diri dg amalan dan ibadah kepadaNYA apakajh saya akan sampai kepada tahap memahami keberadaan /kedatangan penghuni barzah, sebab saya baru saja kehilangan putri saya yg berusia 9 tahun yg sangat membuat saya terpukul.Saya percaya Allah telah menempatkan putri saya di tempat penantian yag indah namun saya didera rasa rindu untuk berkomunikasi dengannya dengan apapun bentuk dan caranya, bisakah bapak membantu saya?
Ibu Endah yang telah disanjung oleh para syuhada, keberadaan manusia di dunia ini sangat ditentukan oleh tingkat keimanan dan kesalehannya. Semakin beriman dan beramal saleh tanpa henti, maka kedudukannya di sisi Allah semakin bertambah mulia. Siapa pun itu, baik laki-laki maupun perempuan. "Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal" (QS. Al-Hujurat: 13).
Kedudukan mulia di sisi Allah sangat jelas, bukan disebabkan karena faktor keturunan, jenis kelamin, pangkat, kekayaan, selain karena ketakwaannya. Orang-orang yang bertakwa adalah orang-orang yang tidak memiliki keraguan terhadap ayat-ayat Allah, beriman kepada yang gaib, mendirikan salat, dan mengeluarkan sebahagian rezekinya. Juga beriman kepada Al-Quran dan kitab-kitab sebelumnya. Dan mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat. Mereka itulah orang-orang yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka dan merekalah orang-orang yang beruntung (lihat QS. Al-Baqarah: 2-5).
Adapun Allah sebagai Tuhan Yang Maha Baik tidak berbuat menjadikan semua manusia beriman dan bertakwa, sesungguhnya Allah hendak menguji siapakah di antara mereka yang benar-benar beriman dan bertakwa kepada-Nya. Jadi, Allah Yang Maha Berkuasa "menanti" siapakah dari segenap umat manusia yang benar-benar tidak meragukan akan kedudukan-Nya sebagai Tuhan Yang Mahaesa, yang hanya kepada-Nya semua bergantung.
Jika keyakinan tersebut tumbuh di dalam hati kaum mukmin, sebetulnya sudah berada pada tahap "Tak lagi ragu." Tahap selanjutnya, dari beberapa tahap yang sangat dibutuhkan, adalah menanamkan rasa kerinduan kepada-Nya, bukan kepada selain-Nya. Allah swt berfirman, "Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku" (QS. Al-Baqarah: 152).
Balasan yang diberikan oleh Allah yang selalu mengingat-Nya (zikir di hati), maka Dia (Allah) telah menyatakan: "(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram" (QS. Ar-Ra'd: 28). (Bersambung)
(Sambungan)
Mengingat Allah (zikir dengan menyebut asma-Nya di dalam hati) sebagai wujud perjuangan untuk meraih pembalasan dengan keluasan kasih sayang-Nya, maka mengingat-Nya dapat meningkatkan (kualitas) keimanan seorang hamba. "Dia-lah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada). Dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana" (QS. Al-Fath: 4).
Membangun kerinduan kepada Allah dengan berzikir di dalam hati (zikir khafi) akan mengantarkan seorang hamba mendapati cahaya-Nya. Dengan cahaya-Nya itulah seseorang akan menyaksikan kehidupan gaib yang sangat sulit dijangkau oleh pemahaman akalnya sendiri.
Itulah tahap "Diperlihatkan dan Diperdengarkan" jiwanya atau hatinya atau dirinya atau ruhya akan kehidupan di balik realitas. Pada tahap inilah keragu-keraguan akan kehidupan di alam barzakh tak lagi muncul, selain diterima dengan sepenuh hati (yakin). Maka, pantaslah jika Allah telah berfirman: "Dan orang-orang yang tidak mengetahui berkata: "Mengapa Allah tidak (langsung) berbicara dengan kami atau datang tanda-tanda kekuasaan-Nya kepada kami?" Demikian pula orang-orang yang sebelum mereka telah mengatakan seperti ucapan mereka itu; hati mereka serupa. Sesungguhnya Kami telah menjelaskan tanda-tanda kekuasaan Kami kepada kaum yang yakin" (QS. Al-Baqarah: 118).
Itulah ciri-ciri orang yang bertakwa kepada Allah. Adalah terserah kepada kaum mukmin itu sendiri sekiranya masih juga belum meyakini akan adanya kehidupan akhirat. Allah Yang Maha Pencipta hanya menerangkan melalui Rasul-Nya saw kepada kaum mukmin bahwa ada kehidupan sesudah kematian (fisik-jasmaniah), yaitu alam barzakh (alam penantian tibanya hari kebangkitan).
Al-Hasil, khusus untuk Bu Endah, jangan ragu, teruslah berjuang mendekatkan diri (beriman dan beramal saleh) seraya jangan putus berzikir di dalam hati. Hanya Allah-lah yang diingat, dengan berzikir menyebut asma-Nya Yang Agung, Jangan mengingat-ingat selain-Nya, sekali pun putri sendiri. Tetapi, inilah yang seharusnya diperbuat oleh Buendah: "Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai" (QS. Al-A'raaf: 205). Dan, teruskan berzikir hingga mampu memenuhi kehendak Allah: "Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat (mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman" (QS. An-Nisa: 103).
Demikianlah Buendah sekiranya sangat berharap Allah membuka tabir gaib. Saya hanya menekankan, sepatutnya berzikir, salat, dan ibadah-ibadah lainnya jangan diletakkan pada keinginan hawa nafsu, melainkan karena ketundukan dan kepatuhan kepada apa yang menjadi kehendak Allah.
Salam,
Ahmad
P. Ahmad dimanakah posisi anak-anak kaum muslimin yg wafat sblm usia baligh? Siapakah yg menjaga dan menemaninya? Suwun...salam
Pertanyaannya sangat menarik. Semoga para bapak (orang tua)-nya seharusnya bertanya juga tentang keberadaan diri sendiri jika nanti telah dialihkan ke alam barzakh. Ke manakah nantinya, menemui Allah atau dalam keadaan yang mengerikan (siksa kubur)?
Anak-anak (yang belum balig) adalah mereka yang belum dikenakan kepadanya pembalasan atas perbuatannya sendiri, selain kedua orang tuanyalah yang mendapatinya.
Ada Allah di dalam kekuasaan-Nya. Tak ada yang luput dari kekuasaan Allah segala sesuatu. Sesungguhnya apa pun yang telah diciptakan oleh Allah hanyalah bagian dari segala sesuatu itu. Langit, bumi, surga dan neraka, juga para penghuni yang berada di dalamnya, tidak bergeser selain Allah-lah Yang Maha Berkuasa terhadap ciptaan-Nya sendiri. (bersambung)
(sambungan)
Terkait dengan arwah anak-anak yang sudah wafat, maka tak ada yang mengetahuinya kecuali atas seizin-Nya diperlihatkan akan keberadaannya. Jiwa atau ruh anak-anak relatif sangat bersih karena tidak ada cela atau kebaikan yang dicatat untuk dimintai pertanggungjawaban
Dalam kondisi jiwa atau ruh yang sedemikan itu, semuanya akan diatur segala sesuatunya oleh Allah sendiri. Ruh itu termasuk urusan Allah, bukan urusan makhluk-Nya. Ke manakah dia (ruh anak-anak yang wafat) pastilah Allah dengan kemahabijaksanaan-Nya ditempatkan sejalan dengan kehendak-Nya sendiri untuk menemui kepastian ruh yang belum dimintai pertanggungjawaban karena belum balig.
Sekiranya para orang tua telah berbuat baik atas mereka saat masih di dunia sedemikian hingga dia memperoleh hak-haknya atas kedudukannya sebagai seorang anak Allah pasti akan membalasnya dengan kemahabaikan-Nya untuk kedua orang tuanya. (bersambung)
(lanjutan sambungan)
Karena itu, tak penting untuk menanyakan ke manakah ruh anak yang telah meninggal sebelum balig ditempatkan, selain yakinkan pada diri bahwa Allah pasti akan mengurus dan memeilharanya sejalan dengan keberadaan jiwa (ruh) nya.
Salam,
Ahmad
Ada pertanyaan dari Imelda Susanty yang saya tulis kembali (link blogger-nya mati/broken):
"Assalamualaikum ustadz,apakah bila orang tua dari anak yang belum baligh itu meninggal dunia,sementara ia termasuk orang yang beriman kepada Allah dan betul2 mencintai Allah,apaka ia akan di pertemukan dan di satukan dengan putra/putrinya di alam barzakh?"
Jawabnya:
Wa 'alaikum salam ww.
Jika soleh, tentu saja, telah mendapat jaminan dari Allah azza wa jalla.
Sedangkan mengait dengan anak yang ditinggalkannya saat mereka kecil, maka adakah mereka mendapat jaminan dari Allah karena kesalehan kedua orang tuanya?
Jawabnya sangat relatif. Jika orang tua soleh yang aktif memohonkan kepada Allah saat di alam barzakh (saat ini) untuk anak-anak mereka yang masih hidup dan Allah mengabulkannya, tentu saja akan sangat membantu anak-anaknya dapat berbuat kesalehan.
Tingkat kesalehan setiap orang sangat relatif. Tergantung pada perjuangannya saat masih diberi kesempatan oleh Allah di dunia ini.
Semoga saja kesalehan orang tuanya dapat ditiru oleh anak-anaknya yang masih hidup.
Sekali lagi, Allah hanya memberikan jaminan kepada orang-orang soleh. Bukan karena dia anak dari orang soleh. Contoh ada putra seorang Nabi yang membangkang tidak mengikuti apa yang diajarkan oleh Nabi as., adakah dia dapat masuk surga bersama Nabi (orang tuanya?)
EmoticonEmoticon