-->

Translate This Blog

15.11.10

Asmaul Husna: Keutamaan Dzikir Khofi

Asmaul Husna: Keutamaan Dzikir Khofi

Perkara dzikir khofi tak dapat lepas dari asmaul husna. Adakah keutamaan dari dzikir khofi?

Allah Azza wa Jalla berada di hadirat-Nya dalam kedudukan sebagai Tuhan Yang Maha Berkuasa atas segala sesuatu. Tiada Tuhan yang dapat dijadikan sandaran dalam permohonan kecuali Allah. Dia-lah Allah yang semua makhluk merunduk, takut, dan terkalahkan.

Pertanyaan yang muncul kemudian adalah: "Adakah akal mau menerima-Nya? Adakah orang-orang yang beriman meyakini-Nya?"

Anda sebagai seorang yang beriman apabila mengakui kedudukan Dia, sebagaimana Allah adalah Ada di dalam kekuasaan-Nya, maka Anda seharusnya menjalankan seluruh perintah dan menjauhi segala yang dilarang-Nya. Adakah Anda menjalankan dengan sepenuh hati? Atau bahkan Anda menjalankan separuh-separuh: amal baik dilakukan dan keburukan tidak diabaikan?

Apabila Anda beriman, maka sudah seharusnya dilaksanakan dengan segenap jiwa dan raga. Allah Azza wa Jalla berada di dalam keyakinan Anda. Sekiranya Anda tidak yakin secara apa ada-Nya, melainkan ada rasa kurang percaya diri, maka Allah pun akan berada di dalam kekuatan jiwa Anda sebagaimana adanya.

Anda sebagai orang yang meyakini adanya Hari Kemudian, tidak akan terbius oleh keadaan dunia yang penuh dengan rayuan manisnya. Allah Azza wa Jalla adalah Tuhan Yang Maha Penolong terhadap hamba-hamba-Nya yang menjalankan setiap yang diperintahkan dan yang dilarang baginya. Anda bukanlah makhluk yang hina apabila menjadi manusia bertakwa, selain Allah Azza wa Jalla akan mendudukkan Anda mulia di sisi-Nya. Solat, zakat, puasa dan haji pasti adalah kewajiban seorang muslim yang tidak boleh diabaikan setelah bersaksi akan keesaan Allah dan mengakui Muhammad utusan-Nya. Allah Azza wa Jalla mengajak kepada semua umat Muhammad untuk menjadi manusia bertakwa.

Oleh karena itu, Dia (Allah) menurunkan para wali-Nya untuk meneruskan risalah yang diemban beliau agar tetap dijalankan oleh umatnya. Dari waktu ke waktu akan hadir seorang wali dari umatnya sendiri yang bertakwa.

Sudahkah kini ada seorang wali dari tanda-tanda alam yang sudah mulai berubah? Adakah lebih baik bila hadir seorang wali? Allah Azza wa Jalla hadir menemui hamba-Nya melalui wali-Nya membawakan pesan-pesan peringatan dan membawa kabar gembira. Jadilah Anda sebagaimana yang dikehendaki Allah untuk menjadi bertakwa!

Kehadiran seorang wali memang masih banyak yang menyangsikan disebabkan banyak para pemikir yang teramat pandai untuk memahami perubahan alam. Ada yang mengaitkan dengan sistem peredaran matahari yang sudah terlalu tua menjalankan tugasnya menyinari bumi. Sebagian lagi menjelaskan bahwa perkembangan teknologilah yang membawa dampak terhadap perubahan sistem bumi yang berada pada garis lintang sudah bergeser dari asalnya. Sementara itu, ada juga yang menyebutkan bahwa semua itu tidak terlepas dari cara manusia memperlakukan alam yang sudah tidak lagi mengikuti amanat Allah Azza wa Jalla untuk memeliharanya.

Salah atau betulnya argumentasi para pemikir, pengamat, peneliti dan ilmuwan adalah sangat relatif kebenarannya. Permasalahan yang muncul dalam kajian alam dan perilaku manusia sesungguhnya bukan semata-mata persoalan yang tidak terlepas dari kedudukan manusia di hadapan Allah Azza wa Jalla. Adalah sangat terkait antara manusia di satu sisi dan Allah Azza wa Jalla di sisi yang lain. Antara keduanya memiliki hubungan yang sangat teramat dekat. Anda sudah sepatutnya menghamba kepada Allah yang telah menciptakan Anda, yang telah menjadikan Anda sebagaimana Anda saat ini, yang telah memberi Anda banyak kenikmatan, dan banyak lagi lainnya yang sudah Anda peroleh.

Boleh jadi Anda akan mengatakan bahwa belum semuanya Anda menerima pemberian. Masih banyak yang teramat sulit untuk diambil manfaatnya dari keadaan Anda saat ini. Anda adalah salah satu makhluk-Nya dan Dia adalah Tuhan Yang Maha Kuasa, maka apa pun bergantung kepada-Nya. Namun demikian, sekiranya Anda menginginkan agar lebih bermanfaat bagi sesamanya, maka semuanya bergantung kepada Anda sendiri.

Anda tidak berarti dikekang untuk berbuat sebagaimana yang Anda inginkan sehingga dapat bermanfaat buat yang lain. Allah Azza wa Jalla bukan sama sekali membatasi keleluasaan Anda berkiprah di dunia, melainkan menghendaki agar Anda waspada dari setiap sikap dan perbuatan yang akan menjerumuskan Anda kepada kehinaan, kerendahan diri, kemerosotan moral, kejumudan berpikir atau berakal, kenistaan, keputusasaan, dan berbagai kondisi lainnya yang tidak diharapkan.

Allah Azza wa Jalla sesungguhnya sangat sayang kepada semua makhluk-Nya, bahkan sebetulnya jika setan patuh kepada perintah Allah saat masih berada di surga, mustahil bagi Allah untuk mengeluarkannya. Suratan telah terjadi kepadanya atas sikap kesombongannya kepada Allah. Maka berlakulah ketentuan-Nya, yaitu Anda adalah salah satu sasaran yang akan digoda dan dirayu untuk mengikuti perbuatannya menentang Allah.  

Itulah yang sesungguhnya menjadi dasar bagi Anda untuk selalu berlindung dan bersandar kepada kekuasaan Allah dari godaan setan yang terkutuk. Adakah di antara manusia akan berlepas dari pertolongan Allah atas kejahatan yang dibuat oleh setan? Saya dan siapa pun pasti tak akan mampu bila melawan kekuatan setan tanpa memohon pertolongan Allah. Anda betapa pun sangat rajin dalam beribadah kepada Allah, maka bukan tidak terabaikan oleh godaan dan rayuan setan mengajak Anda kepada kepalsuan.

Anda dibujuk untuk menuju kepada kenikmatan yang sangat disesalkan apabila ditinggalkan. Padahal, bukan ajakan yang sesungguhnya selain angan-angan yang hampa. Anda dibuai oleh suatu keadaan yang sangat tersudut di antara keinginan Anda dan kehendak Allah. Anda, misalnya, mempunyai keinginan untuk berhasil mengejar apa yang sudah direncanakan. Allah Azza wa Jalla menguji Anda agar tidak memperturutkan hawa nafsu dengan meniadakan dukungan untuk memperoleh yang Anda cita-citakan itu. Sebab, keinginan Anda tampak berseberangan dengan kaidah yang berlaku secara legal. Anda merencanakan suksesi pengakuan atas diri Anda sebagai yang berhak menduduki sebuah jabatan publik, padahal semua orang memiliki hak yang sama. Kecenderungan Anda bernafsu untuk meraihnya, maka Anda berbuat makar.

Anda berada dalam kekuatan yang didukung oleh cara-cara yang tidak patut dilakukan. Anda beranggapan bahwa cara-cara yang Anda tempuh sebagai sebuah kewajaran karena berlangsung sebagaimana pada umumnya. Allah Azza wa Jalla berkehendak agar Anda tidak mengikuti cara setan. Allah sangat mengetahui bahwa Anda sudah mengikuti ajakan setan. Anda terperangkap. Sadarlah bahwa keinginan Anda tidak sebagaimana kehendak Allah.

Ajakan Allah untuk menghindar dari bisikan setan sama sekali bukan mengazab Anda sampai menemukan kesulitan dalam memenuhi keinginan Anda. Akan tetapi, betapa sayangnya Allah terhadap diri Anda agar berhati-hati dari jebakan setan. Allah menguji Anda karena sayang dan bermaksud mengangkat derajat Anda ke dalam kelompok orang-orang yang bertakwa. Sedangkan setan menjebaknya dengan ajakan agar menempuh berbagai cara karena dianggap sudah lumrah, biasa-biasa saja. Allah Azza wa Jalla, sementara itu, memperingatkan Anda sampai Anda menyadarinya.

Adakah Anda menyadari untuk apa Allah Azza wa Jalla menguji Anda? Sebagaimana telah disebutkan, bahwa Allah Azza wa Jalla sebenarnya berkehendak agar Anda bersikap dan berbuat lebih hati-hati terhadap godaan setan. Pada dasarnya, semua manusia akan mengalami ujian sesuai dengan kadarnya masing-masing. Anda, tentu saja, akan diuji sesuai tingkat keimanan Anda kepada-Nya. Semakin tinggi derajat keimanan seseorang semakin diuji Allah dengan ujian yang sepadan dengan kedudukannya.

Adakah Anda sudah mencapai derajat keyakinan yang tinggi terhadap kebenaran ayat-ayat Allah? Allah Azza wa Jalla sama sekali bukan mengajari Anda dengan ujian untuk memerosotkan keyakinan kepada-Nya. Sebaliknya, justru dengan ujian tersebut, Anda sedang diajak oleh Allah menaiki anak tangga pada satu tingkat bahkan beberapa tingkat selanjutnya sampai Anda diperkenankan oleh Allah berada pada puncak perjalanan.

Allah Azza wa Jalla adalah Tuhan Yang Maha Menyayangi hamba-Nya. Pasti Dia tidak akan membiarkan setiap hamba-Nya yang berjalan menuju kepada-Nya tanpa dibantu dan dibimbing. Allah Azza wa Jalla akan menunjukkan jalan-jalan yang terbaik agar dapat sampai kepada-Nya. Persoalan tentang bagaimana Anda mengetahui bahwa Allah Azza wa Jalla akan memberi Anda petunjuk, sesungguhnya bukanlah termasuk masalah yang sulit. Anda akan diberi karunia oleh Allah Azza wa Jalla apabila sudah mencapai pada derajat mengetahui hakikatnya suatu ibadah.

Hakikat berarti sejatinya atau sesungguhnya. Maka bila disebut sejati berarti bukan sebatas apa yang dilihat berdasarkan secara kasat mata di wilayah lahir. Anda dikatakan belum menunaikan solat secara hakikat apabila apa yang dilihat dari cara Anda menunaikannya baru tahap di wilayah lahir semata. Anda baru mengerjakan solat tetapi belum mendirikan solat! Adakah Anda sudah mendirikan solat sehingga solat Anda benar-benar mengajak Anda untuk berbuat kebaikan, bukan keburukan?

Anda bukan sebatas tampak mengerjakan solat dapat dilihat secara lahir, melainkan juga sejatinya solat, yakni mencegah Anda dari berbuat keji dan mungkar. Allah Azza wa Jalla menilai solat Anda bukan dari kecakapan bacaan dan gerakannya. Anda akan memperoleh angka sembilan bila solatnya menunjukkan dampak kesudahannya sebagaimana yang dikehendaki Allah. Allah Azza wa Jalla akan memberi Anda satu angka lagi agar Anda mencapai puncak perjalanan. Anda akan memperoleh angka sepuluh bila seluruh tahap perjalanan menuju kepada-Nya dapat dilalui. Subhanallah, Anda akan diperkenankan oleh Allah memandang wajah-Nya. Inilah yang disebut dengan derajat seorang hamba sudah sampai ma’rifatullah!

Saatnya saya akan menunjukkan kepada Anda bagaimana perjalanan menuju kepada-Nya. Saya bukanlah bermaksud mengajari Anda, selain ingin sharing atau berbagi sebagai salah satu wujud ber-akhlaqul karimah. Anda, tentu saja, juga memiliki pengetahuannya sendiri berkaitan dengan pembicaraan ini. Saya hanya mencoba untuk menuangkan pesan-pesan yang saya dapati dari dalam hati. Saya berharap Anda dapat berpartisipasi dalam pembahasan topik ini.

Jalan menuju kepada-Nya sudah dibicarakan oleh banyak pihak yang lebih mengetahui daripada saya. Saya, sekali lagi, hanya menyandarkan petunjuk yang muncul dari dalam hati yang secara langsung dialihkan ke tangan saya untuk menuliskannya. Apa pun yang saya tulis bukan berarti mengajak Anda yang sempat mempelajari melalui seorang guru (mursyid) harus mengubah pelajaran yang sedang Anda praktekkan. Anda boleh saja juga tidak percaya atas apa yang ditulis oleh saya.

Asmaul Husna


Allah Swt memiliki nama-nama yang sangat baik (asmaul husna) untuk disebut. Anda adalah seorang hamba Allah bila senantiasa mengingat-Nya dengan sebutan nama-nama-Nya yang sangat baik tersebut. Peraturan akan sebutan asmaul husna sudah tidak lagi menjadi rahasia bagi kaum mukmin yang telah mengambil pelajaran dari fadhilahnya. Adakah keutamaan yang diperoleh dari asma Allah yang sangat baik tersebut?

Allah Azza wa Jalla sangat menghendaki kepada semua umat muslim agar berdzikir dengan menyebut asma-Nya. Asmaul Husna sangat berkedudukan paling tinggi daripada sebutan untuk suatu kedudukan seorang makhluk. Allah Azza wa Jalla bukan tidak bertujuan bila Diri-Nya memiliki asma yang sangat baik. Tujuan yang dikehendaki adalah agar hamba-Nya yang berdzikir dengan asmaul husna senantiasa mendudukan Dia sebagai Allah Yang Maha Baik. Allah Azza wa Jalla menghendaki agar hamba-Nya yang beriman tidak melupakan Dia. Anda akan dibimbing kepada cahaya-Nya bila senang memuji Allah dengan asmaul husna.

Asma Allah yang sangat baik atau asmaul husna itu terdiri dari 99 (sembilan puluh sembilan). Jumlah ini sangat disukai-Nya. Adakah yang melandasi mengapa Allah sangat mencintai bilangan ganjil? Allah itu ganjil, bukan genap. Dia Esa, tidak dua atau banyak. Ganjil merupakan lambang bagi-Nya akan keesaan Zat-Nya. Allah Azza wa Jalla ada karena kehendak-Nya untuk berada. Maka sekiranya Allah berkehendak harus ada, Dia hanya berkata: “kun fayakun” Kehadiran Allah Azza wa Jalla di setiap yang dikehendaki-Nya merupakan Hak bagi-Nya. Adakah Allah Swt bermaksud meminta Anda untuk memuji-Nya? Sudah pasti karena Dia adalah Allah Yang Maha Pencipta.

Anda akan dibimbing menuju cahaya-Nya. Apa maknanya? Artinya adalah Anda akan berada di dalam cahaya Allah bila dikehendaki-Nya. Anda, dengan begitu, akan mendapati petunjuk Allah Azza wa Jalla. Cahaya Allah sangat terang sahingga dapat menunjukkan sesuatu yang gelap tak terjangkau oleh akal melalui pandangan mata dan tak terdengar oleh telinga. Allah menunjukkan pada hati yang penuh cahaya adanya pengetahuan Allah atas segala sesuatu. Petunjuk Allah adalah karunia yang tak ternilai harganya.

Adakah Anda meyakini apa yang sebenarnya terjadi? Allah Azza wa Jalla ada di mana pun sebagaimana yang dikehendaki-Nya. Jika cahaya-Nya berada di dalam hati Anda berarti di sanalah Dia berada. Ke mana pun Dia berada, maka bagi-Nya adalah mudah. Anda tak perlu membayangkan tentang zat-Nya. Anda sangat dilarang membayangkan zat-Nya. Anda wajib meyakini apa pun yang dikehendaki Allah. Ada-Nya adalah pasti.

Allah ada karena Dia berkehendak ada. Arah dan tempat bukan menunjukkan ada-Nya. Dia adalah Allah yang tidak seperti makhluk-Nya. Keberadaan-Nya tidak dibatasi oleh ruang dan arah. Anda tidak wajib merenungkan bagaimana Allah berada. Allah Azza wa Jalla akan menunjukkan Anda apabila sudah menjadi kehendak-Nya. Anda sesungguhnya memiliki peluang sebagai hamba-Nya yang akan diberi petunjuk apabila Anda mengikuti apa yang menjadi kehendak-Nya.

Asmaul husna memiliki keutamaan bagi yang menjadikannya sebagai dzikir di dalam mengingat Allah. Saya mendapati asma Allah yang sangat baik ini sebagai perisai diri ketika ada seorang hamba yang sedang menempuh perjalanan (thariqah) menuju kepada-Nya. Perisai berarti benteng. Asma Allah akan membentengi Anda dari serangan musuh yang nyata (‘aduwwum mubin). Peraturan berdzikir dengan asma Allah ditunjukkan adanya tingkat capaian seorang penempuh jalan. Setiap orang berbeda asma yang dijadikan sebagai dzikirnya. Pasti Allah Azza wa Jalla mengetahui kadar kualitas keimanan hamba-Nya.

Adakah yang mengetahui sampai tingkat mana keimanan seseorang selain Allah? Allah Azza wa Jalla akan memberitahukan asma-Nya yang patut menjadi dzikir bagi seorang penempuh jalan melalui seorang hamba yang sudah memperoleh Al-Hikmah. Pemberitahuan disampaikannya pada saat ada seorang yang menginginkan untuk mendekati Allah Azza wa Jalla. Syarat utama adalah melaksanakan semua yang menjadi kewajiban bagi seorang muslim. Penempuh jalan tidak mungkin diizinkan apabila belum menunaikan kewajibannya. Solat, zakat, puasa kecuali haji (bukan kewajiban bila tidak ada kemampuan untuk menunaikannya) sudah harus dipenuhi selama menjadi seorang muslim.

Anda akan diberi asmaul husna untuk dijadikan dzikir khofi. Pada mulanya Anda tidak terbiasa mengingat Allah di dalam hati dengan salah satu asma-Nya. Akan tetapi, dengan seizin Allah, Anda akan dibantu oleh seorang hamba-Nya yang Allah sangat berkenan kepadanya. Allah Azza wa Jalla berkenan membimbingnya melalui dia. Perantaraan dia bukan berarti dia adalah wali-Nya.

Seorang wali Allah dipilih sesuai kehendak-Nya dan tak seorang pun tahu kecuali yang sudah diizinkan. Allah Azza wa Jalla menghendaki agar para penempuh jalan mengikuti apa yang disampaikannya. Allah Azza wa Jalla telah memilihnya untuk menyampaikan asma-Nya setahap demi setahap. Perjalanan menuju kepada-Nya akan dibimbing sesuai perkembangan kondisi jiwanya. Perantaraan Allah lah yang diberikan izin untuk membantu memantau keberadaannya.

Allah Azza wa Jalla memperkenalkan asma-Nya agar senantiasa seorang mukmin mengingat-Nya. Allah berfirman, 


الذين آمنوا وتطمئن قلوبهم بذكر الله ألا بذكر الله تطمئن القلوب

“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram” (QS. Ar-Ra’d: 28).

Perbuatan mengingat Allah adalah lebih utama dari sekedar berbuat asal apa adanya. Pikiran akan lebih segar bila selalu mengingat Allah. Hati semakin bersih sehingga Allah pun akan berkenan menghampirinya.

Allah Azza wa Jalla mengajak kepada orang-orang beriman untuk menyeru nama-Nya (asmaul husna) mana yang disukainya. Allah Azza wa Jalla membiarkannya untuk memilih mana yang disukai. Allah berfirman,

قل ادعوا الله أو ادعوا الرحمن أيا ما تدعوا فله الأسماء الحسنى ولا تجهر بصلاتك ولا تخافت بها وابتغ بين ذلك سبيلا

“Katakanlah: "Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai al asmaul husna (nama-nama yang terbaik) dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara kedua itu" (QS. Al-Isra’: 110).

Akan tetapi, pada prakteknya, tidak semua mukmin akan memahami yang mana dari asmaul husna yang sangat tepat untuk didzikirkan. Mengapa bisa begitu? Anda adalah seorang mukmin yang belum diperkenankan atas apa pun selain dengan kehendak-Nya. Kehendak Allah hanya dapat diberitahukan kepada yang sudah diperkenankan. Anda akan menjadi seorang yang diberitahukan oleh Allah jika sudah mendapat izin dari-Nya. Siapakah yang sudah dapat diberi izin? Allah Azza wa Jalla memilihnya karena dia sudah mencapai derajat ma’rifat.

Anda mungkin akan bertanya, adakah diperbolehkan bila dilakukan dzikir tanpa seorang pembimbing? Anda sebetulnya boleh berdzikir dengan asmaul husna sebanyak-banyaknya. Akan tetapi, dzikir sebanyak-banyaknya masih belum diketahui apa maknanya? Apakah seluruh asma Allah Anda jadikan untuk dzikir kepada-Nya? Ataukah dzikir dengan asma terpilih dengan jumlah hitungan sampai mencapai ribuan bahkan puluhan ribu? Jika dipilih, apakah Anda mengetahui yang sangat tepat dengan keberadaan hati anda? Adakah anda sangat memahami Allah menyukai dzikir asma-Nya yang sudah Anda pilih? Apabila Anda mengetahui apa yang disukai oleh Allah dari dzikir asma-Nya yang sudah Anda pilih berarti Anda sudah mengenal Allah. Anda sudah ma’rifat.

Persoalannya bukan boleh dan tidak boleh, melainkan bahwa Allah Azza wa Jalla sangat menghargai hamba-Nya yang sudah berjalan sampai diperkenankan menemui-Nya di hadirat-Nya. Penghargaan Allah terkait dengan kesungguhan dia dalam menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya. Adakah Anda sudah sungguh-sunguh bertakwa? Di sinilah sebetulnya yang menjadi permasalahan.

Orang yang belum mengalami sendiri bagaimana berada di dalam jalan Allah (fi sabilillah) akan terasa asing. Orang yang sudah ma’rifat adalah orang sudah berpengalaman di wilayah goib. Pengalamannya dapat menjadi guru buat yang lain. Jadi, berbekal pengalaman dan sudah diperkenankannya oleh Allah lah yang sangat dipedomani. Hal yang sama juga akan berlaku bagi Anda.

Adakah orang yang beramal soleh boleh meninggalkan dzikir kepada Allah? Adakah pahalanya dapat dikategorikan dengan orang yang sudah bertakwa? Adakah orang yang bertakwa sudah pasti soleh dan meraih predikat ma’rifat? Amal soleh adalah suatu perbuatan yang sangat baik dalam pandangan Allah. Amal perbuatan seseorang dikategorikan soleh apabila perbuatan yang dilakukannya sejalan dengan kemampuan yang dimilikinya.

Adakah perbuatan baik disebabkan karena akalnya baik dalam berpikir? Amal soleh atau perbuatan seseorang dipandang baik apabila akalnya memang dapat berpikir dengan baik. Sebab tak mungkin suatu perbuatan seseorang dapat dilakukan tanpa melibatkan akal pikirannya. Akal Anda pasti mengarahkan untuk berbuat baik bila di dalam akal memiliki pikiran baik. Bila di dalam pikiran Anda berisi tidak baik, maka perbuatan Anda pun menjadi tidak baik. Orang soleh selalu menggunakan akal pikirannya untuk berbuat baik sesuai dengan kapasitas kemampuannya.

Seseorang menjadi soleh karena di dalam akalnya tersimpan nilai-nilai kebaikan. Mustahil orang beramal soleh jika akalnya jahat. Akan tetapi, akal sangat labil. Anda tidak bisa istiqamah mengerjakan kebaikan apabila akalnya tidak terjaga dari rayuan dan godaan setan. Allah Azza wa Jalla hanya menambah ketenangan kepada manusia yang beriman kepada-Nya. Adakah orang menjadi semakin beriman bila hatinya tidak tenang? Allah berkenan memberi ketenangan kepada seorang hamba yang mengingat kepada-Nya ketika berdiri, duduk, dan berbaring.

Maka, seseorang bisa beramal soleh bila akalnya mengikuti apa yang menjadi bagian dari dirinya yang senantiasa mengingat Allah di dalam hatinya. Anda baru disebut soleh apabila sudah meyakini Allah Azza wa Jalla akan membimbing Anda beramal soleh. Dengan keyakinan itulah Anda mengetahui mana yang baik dan yang tidak baik untuk diperbuat dengan sangat terjaga. Alhasil, orang soleh sangat menjaga hatinya dengan selalu berdzikir kepada-Nya.

Dengan begitulah Anda akan menjadi orang soleh. Adakah orang soleh menjadi orang bertakwa? Insya Allah, Anda menjadi bertakwa bila perbuatan Anda soleh dan tetap terjaga hatinya mengingat Allah Azza wa Jalla. Bila sudah bertakwa, Allah pasti memberi karunia kepada Anda sebagai orang yang Allah Azza wa Jalla berkenan menemui Anda di dalam hati. Hati Anda menjadi semakin bercahaya. Petunjuk Allah senantiasa menyalur ke dalam hati secara terus menerus. Setiap saat Anda dapat berhubungan dengan Allah Azza wa Jalla di hadirat-Nya.

Adakah Anda mulai menaruh perhatian untuk selalu mengingat Allah di dalam hati (dzikir khofi)? Allah Azza wa Jalla ada di hadirat-Nya. Anda ada di wilayah realitas, bagian yang dapat dilihat, didengar, dirasakan, diraba dan dicium. Adakah Anda dapat melihat sesuatu yang berada di balik realitas?

Saya ada di setiap alam, baik di dunia maupun di alam keabadian dengan seizin Allah. Saya sama sekali bukan sedang memperturutkan nafsu bila berbicara seperti ini, selain dengan seizin Allah. Penjelasan saya adalah untuk lebih menegaskan, bahwa orang yang belum mengetahui dunia tak tampak pasti akan menghadapi hal-hal yang sangat membingungkan. Anda menjadi bingung karena akal Anda tidak mampu untuk menjangkaunya. Bila Anda sudah mengalaminya, maka sudah terbiasa.

Anda berada di dunia lahir sekaligus juga dapat berada di dunia tak tampak dari pandangan mata lahir. Allah Azza wa Jalla tak akan menghampiri Anda di dunia lahir (akal), selain Dia hanya akan mendekatinya di bagian dari diri Anda yang berada di dunia tak tampak, yaitu hati (ruh). Anda menjadi semakin menyadari bila Allah Azza wa Jalla sebagaimana kehendak-Nya ada di wilayah goib. Anda tak mungkin menemui-Nya di alam dunia, selain ciptaan-Nya saja.

Peran hati (ruh) yang senantiasa ditradisikan untuk mengingat-Nya (dzikir khofi) bagaikan seorang penyelam di dasar lautan. Bila Anda hanya dapat berenang dan belum dapat menyelam, maka Anda tak mungkin mengetahui keberadaan satwa yang hidup di sana. Allah Azza wa Jala akan menunjukkan kepada Anda dengan cahaya-Nya yang sangat menerangi kegelapan. Apabila Anda berada di dunia lahir, maka akal andalah yang memperkenalkannya mengetahui segala hal yang dihadapi. Sedangkan, apabila Anda berada di alam yang tak tampak, maka hatilah yang akan meneranginya ada-Nya di hadirat-Nya. Hanya hati yang senantiasa dzikir kepada Allah sajalah yang dapat mengetahui apa yang ada di balik realitas. Anda pasti diantarkan kepada cahaya-Nya apabila mengingat Allah di hati (dzikir khofi). Sudah siap berdzikir khofi?

Kini saya hadirkan untuk Anda Ebook "Keutamaan Zikir Khafi: Menjemput Kemahabijaksanaan Allah". Silakan simak penjelasannya di sini


Keutamaan Zikir Khafi: Menjemput Kemahabijaksanaan Allah

NEXT ARTICLE Next Post
PREVIOUS ARTICLE Previous Post

21 komentar

avatar

Luar Biasa..... sungguh menggambarkan polemik yg terjadi dalam diri saya....
Sangat bermanfaat dan smg ini mjdi awal petunjuk yg benar dari Allah.... amin...
Bila berkenan sy ingin sharing dan belajar lebih banyak lagi dgn Anda.

nawlacell@yahoo.co.id

avatar

Anda akan diberi asma Allah untuk dijadikan dzikir khofi! Pada mulanya anda tidak terbiasa mengingat Allah di dalam hati dengan salah satu asma-Nya! Akan tetapi, dengan seizin Allah, anda akan dibantu oleh seorang hamba-Nya yang Allah sangat berkenan kepadanya! Allah Azza wa Jalla berkenan membimbingnya melalui dia! Perantaraan dia bukan berarti dia adalah wali-Nya! Seorang wali Allah dipilih sesuai kehendak-Nya dan tak seorang pun tahu kecuali yang sudah diizinkan! Allah Azza wa Jalla menghendaki agar para penempuh jalan mengikuti apa yang disampaikannya! Allah Azza wa Jalla telah memilihnya untuk menyampaikan asma-Nya setahap demi setahap! Perjalanan menuju kepada-Nya akan dibimbing sesuai perkembangan kondisi jiwanya! Perantaraan Allah lah yang diberikan izin untuk membantu memantau keberadaannya!

Proses ini kira2 berapa waktu lamanya ?

Saya ada di setiap alam, baik di dunia maupun di alam keabadian dengan seizin Allah. Saya sama sekali bukan sedang memperturutkan nafsu bila berbicara seperti ini, selain dengan seizin Allah.

Maksudnya alam yang bagaimana nih pa ? dalam hal ini iblis LA bisa berperan ga.

Tolong jelaskan mengenai ma'rifatullah apakah mencakup alam d dunia ini atau apakah nanti di akhirat kelak, sesuai apa yang di sampaikan Bpk d artikel Berjumpa Dg Allah dg dalil srt Al Kahfi 100,

terima ksh atas penjelasannya

avatar

Pak husainahmad, proses pembimbingan lebih ditujukan untuk memantau perkembangan jiwa seorang salik (penempuh jalan)! Artinya, seorang pembimbing berupaya menjaga salik agar tidak digoda dengan jebakan yang membahayakan! Ketika anda berdzikir, setan tidak suka! Maka, dengan pertolongan Allah, sang pembimbing membantu menjauhkan dari kejahatan setan dengan jebakannya. Setan suka menjebak ketika seorang salik sedang menuju jalan Allah! Sebab saat seorang salik sedang menempuh perjalanan, Allah akan memberi ujian! Ujian dimaksud agar ia lebih kuat keimanannya bahwa Allah Azza wa Jalla memang ada di hadirat-Nya dan, insya Allah, dengan kehendak-Nya Dia berkenan menemui hamba-Nya. Inilah puncak perjalan seorang salik! Berapa lama bergantung kepada niat tulus anda berkeinginan menjalaninya! Semakin meyakini kebenaran Allah, maka semakin cepat proses itu ditempuh! Keyakinan memang membutuhkan keadaan jiwa yang mengharuskan tiadanya keraguan! Bila ragu sesudah ada penjelasan mengenai kebenaran Allah melalui petunjuk-Nya, maka semakin sulit keyakinan itu tumbuh! Latihlah dengan mendengar apa kata hati!

Sedangkan, keyakinan bahwa perjumpaan dengan Allah dapat dilalui oleh seorang salik, apabila dia sudah menempuh semua tahapan perjalanan yang diperoleh dari pembimbingnya! Dengan kata lain, dia sudah mencapai ma'rifatullah! Perjumpaan dengan Allah berada di hadirat-Nya ketika sang salik masih berada di alam dunia (masih hidup). Allah Azza wa Jalla berjanji kepada hamba-Nya yang bertakwa dengan kemuliaan di sisi-Nya! Artinya, dia berada bersama Dia Yang Menguasai yang goib dan yang nyata! Setan itu makhluk-Nya! Tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah! Allah adalah penolong orang-orang bertakwa! Mustahil setan dapat mengalahkan Allah Yang Maha Perkasa, Kuat, Pemaksa, Gagah, Mengalahkan lagi Maha Bijaksana! Jadi, bila seorang salik sudah berada bersama-Nya, tak ada satu makhluk pun yang berani untuk berbuat semaunya melainkan akan dilindungi oleh Allah!

avatar

kita akan dikumpulkan dengan orang yg se level amal soleh yg bnyk saja,sholawat,yg ihlas,naik terus sambil doa minta minta kpd alloh guru yg mursyid yg bisa memmbimbing kita,sabar ....nanti akan ketemu dgn kehendak alloh,bukan menurutkan kemauan kita,bi idnillah amiin

avatar

assalamu alaikum......hal pertama yang saya mau tanyakan adalah,,bagaimana cara mngenal allah,dan bgaimana cara mnyembah allah yg sebenarnya,karna mnurut beberapa pndapat,hal yg pertama yg harus d lakukan mengenal allah terlebih dahulu,baru menyembahnya,setelah itu barulah mendirikan solat untuk selalu mengingatnya,
sekian.assalamu alaikum

avatar

Wa alaikum salam wr. wb.

Kang Salim yang dibanggakan oleh ketulusan hati akan hakikat kebenaran. Saya akan mencoba menjelaskan pertanyaan Kang Salim mengenai bagaimanakah cara mengenal dan menyembah Allah itu, haruskah mengenal lebih dulu, baru menjalankan seluruh perintah dan (sudah pasti) menjauhi larangan Allah?

Pendapat yang menyebutkan bahwa jauh sebelum menjalankan perintah dan menjauhi larangan Allah, maka harus mengenal Allah lebih dahulu, menurut hemat saya, tidak tepat. Mengapa?

Mengenal Allah sebagai Tuhan Yang Maha Sempurna lagi Maha Suci tidak dapat didekati dalam keadaan tidak mendahulukan kehendak-Nya dari keinginan hawa nafsu. Dia (Allah) telah mengutus Rasul-Nya untuk menjelaskan akan kedudukan-Nya sebagai Tuhan Yang Maha Berkehendak. Bagaimanakah kehendak Allah itu?

Kehendak Allah meliputi perintah dan larangan-Nya. Jika kehendak Allah dibelakangkan dari keinginan hawa nafsu, mustahil akan mengenal diri-Nya. Syarat untuk mengenal Allah harus diawali dengan keimanan dan kesalehan.

Sekiranya yang dimaksud "mengenal" diartikan sebagaimana "mengenal" makhluk-Nya, maka tentu saja sudah harus diketahui. Allah memiliki sifat-sifat-Nya, asma-asma-Nya, kekuasaan-Nya, kemahabesaran-Nya, keluasan ilmu-Nya, kemahabijaksanaan-Nya dan sebagainya sudah harus dikenali oleh kaum mukmin.

Sebagai seorang mukmin, maka yang harus segera dilakukan Kang Salim adalah melakukan segala perintah dan menjauhi apa pun yang menjadi larangan Allah. Allah Yang Maha Mulia tidak dapat hanya dikenal tetapi harus didahului dengan ketaatan mengikuti perintah dan larangan-Nya.

Adapun yang dimaksud mengenal Allah adalah mengetahui apa yang telah ditetapkan oleh Allah akan kedudukan seorang hamba di hadapan kedudukan-Nya sebagai Tuhan Yang Maha Mulia. Allah adalah Tuhan Yang Maha Besar, sedangkan seorang manusia hanyalah makhluk ciptaan-Nya.

Dalam kedudukan sebagai Tuhan Yang Maha Bijaksana, Allah Yang Maha Mulia mengajak kaum mukmin untuk mengetahui siapakah dirinya (sang hamba). Sebab dengan mengenal diri, maka dia akan mengenal Tuhannya (Allah Azza wa Jalla).

Sulit akan mengenal Zat Allah, bila dirinya (wujudnya dalam pengertian sebagai jiwa atau hati atau ruh) belum dikenali.

Kedudukan seorang hamba di dalam kekuasaan Allah adalah menjalankan apa yang menjadi kehendak-Nya, yakni "Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk menghambakan diri (beribadah) kepada-Ku," (lihat QS. Adz-Dzariyat: 56).

Dari ayat tersebut, Allah menghendaki agar jin dan manusia menyembah atau beribadah atau menjadi hamba di hadapan kemahabesaran Allah.

Penugasan Allah kepada jin dan manusia mengharuskan adanya ketundukan dan ketaatan atau kepatuhan terhadap apa yang ditetapkan Allah merupakan kewajiban yang tidak dapat diabaikan.

Al-Qur'an sebagai petunjuk bagi orang-orang beriman digunakan agar dapat dipahami bagaimana Allah berkehendak. Jika Allah berkehendak agar menyembah kepada-Nya, maka bagi kaum mukmin tidak dapat mengundurkan atau mengakhirkan lebih dahulu sebelum mengenal Zat Allah. (Bersambung)

avatar

(Sambungan)


Bagi seorang hamba yang beriman, ketundukan dan kepatuhan terhadap perintah Allah sangat mempengaruhi keyakinan akan keberadaan diri-Nya (Allah). Sedangkan angkara murka (iblis laknatullah 'alaih) yang selalu menghiasi diri selalu mengajak untuk tidak meyakini keberadaan Allah sebelum mengetahui Zat-Nya.

Keyakinannya dipudarkan oleh rasa keragu-raguan. Berkeyakinan akan keberadaan Allah tidak mewajibkan untuk memaksakan Allah memperlihatkan seperti apakah Dia (Allah) itu, melainkan menerima-Nya sebagaimana firman-Nya mengharuskan untuk beribadah atau menyembah Allah sebelum mengenal Zat diri-Nya.

Mengenal Allah akan Zat-Nya hanya dapat dicapai bila kita telah tinduk dan patuh kepada perintah dan larangan-Nya. "Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku," (lihat QS. Thaha: 14).

Allah menghendaki, sebagaimana ayat di atas, agar menyembah dan mendirikan solat untuk mengingat diri-Nya (Allah) tanpa didahulukan dengan perintah untuk mengenali Zat-Nya (Allah dalam Wujud-Nya).

Mendahulukan kehendak Allah menjadi syarat bagi dipenuhinya akan janji Allah untuk menjumpai (memperkenalkan diri-Nya) kepada hamba-Nya, sebagaimana tersebut di dalam Al-Qur'an surat Al-Kahfi ayat 110: "Katakanlah: "Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan Yang Esa". Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shaleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya."

“Sembahlah Aku” pada ayat 14 surat Thaha bermakna “hambakan dirimu di hadapan kemahabesaran-Ku dengan merendahkan diri dan rasa takut seraya hatinya senantiasa menyebut-nyebut asma Allah sebagai wujud akan kerinduan untuk perjumpaan dengan Dia Yang Maha Mulia lagi Maha Bijaksana.” Hal ini sebagaimana dipertegas dengan ayat 205 surat Al-A’raf bahwa Allah menghendaki:

“Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai.”


Salam dari jauh,


Ahmad

avatar

pak ahmad dan pak salim
beralaskan kebodohan
saya hanya ingin membukakan sebuah Hadist Kudsi
yang artinya kurang lebih" Aku adalah sebuah perbendaharaan yang tersembunyi, Aku ingin diketahui siapa Aku, maka Kuciptakan mahluk, dengan.......mereka mengenal Aku.
maka adalah Allah ingin diketahui bukan hanya sebagai persangkaan belaka, ataupun dugaan.

" Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki "

"kebenaran itu datangnya dari Allah maka janganlah engkau ragu??

Allah tidak dapat dilihat dengan akal tetapi adalah Hati dapat melihat, sebagaimana "hati tidak membohongi apa yang dilihatnya"

"janganlah menukar ayat-ayatku dengan harga yang sedikit" ayat-ayat Mutasyabihat sebagai petunjuk menuju ilmu dan M'rifat janganlah ditfsirkan dan siartikan sebagaimana diartikannya ayat-ayat Mutasyariat dan menganggap hanya sebuah bacaan, ungkapan tanpa wujud..

kandungan surat At Thaha adalah intisari dan dasar dari islam..dimana awalnya adalah mencari Tuhan, sebagaimana Nabi Ibrahim A.S menemukannya,kemudian setelah menemukannya, maka bersaksilah bahwa tiadalah Tuhan kecuali ia, maka diajarkannya cara untuk menyembahnya(bukan sholat), dan dirikan sholat untuk mengingatnya
bagaimana sholat sebagai syariat bisa sampai jika tidak dibarengi oleh hakikat...dan bagaimana mungkin dapat mengingat tanpa terlebih dahulu mengenal dan mengetahuinya/ dapatkah saudara mengingat saya jikalau tuan belum pernah melihat saya.??
dan bagaimana mungkin suatu surat(paket) yang kita kirim dapat sampai kepada tujuan jika hanya dituliskan Nama saja tanpa ada alamat yang lengkap..begitupun shalat kita apakah dapat khushu jikalau tempat memfokuskan hati dalam sholat hanya kepada nama saja...
maka hendaklah lidah yang mengucapkan dan hati yang menyaksikan itulah agama yang tauhid...
Al An-am ayat 116 yang artinya kurang lebih:
"jikalau engkau mengikuti kebanyakan orang dibumi, maka mereka akan menyesatkan kamu,mereka tidak lain hanya mengikuti persangkaan belaka dan mereka tidak lain hanyalah berdusta"

wassalam
Hamba Allah yang hina, dina papa dan bodoh

avatar

Assalamu Alaikum.wr.wb.
betul apa yang dikatakan oleh saudara..
ilmu pengetahuan terdiri dari dua kata ilmu dan pengetahuan...banyak orang yang berpengetahuan tetapi tidak memiliki ilmu,,, akan tetapi orang yang berilmu sudah pasti berpengetahuan..
ilmu ibarat panah dan pengetahuan adalah busurnya..
panahlah yang sampai ketempat tujuan akan tetapi busur berfungsi hanya untuk mendukung panah agar lebih tepat sasaran dan sampai ketujuan
dengan kata lain amatlah penting ilmu dari pada hanya sekedar pengetahuan...(tiadalah sama orang yang mendengar dari pada orang yang melihat)
orang yang mendengar tentu masih ada keraguan akan apa yang didengarnya,,seperti didengarnya orang memukulkan sesuatu kepada suatu benda ...maka yang mendengar hanya mengetahui bahwa ada dua buah benda yang saling berbenturan tetapi tidak mengetahui akan hakikat benda tersebut...apakah suara palu , batu, kayu .dll
berbeda dengan orang yang melihat ...tanpa mendengarpun ia akan mengetahui benda apa yang saling berbenturan...karena ia dapat melihat langsung((inilah yang dikatakan keyakinan))

Asma-asma Allah adalah pintu-pinti permohonan...bermohon disini bukan hanya dengan menyebutkan asmanya saja akan tetapi hati harus melihat hakikatnya..
ibarat kita akan memasuki pintu-pintu sebuah hotel...disana ada bermacam-maam Nomor kamar yang melekat pada pintu tersebut..sebagai cotoh ..seumpama kita ingin masuk kamar 114, maka yang harus dilakukan untuk dapat masuk adalah dengan menemukan pintu tersebut terlebih dahulu, kemudian membuka dengan menggunakan kuncinya..dan tidaklah dapat kita masuk kedalam pintu tersebut jikalau kita hanya berada di lobby dan hanya menyebut nyebut nomor pintu maka tidaklah kita dapat masuk kedalamnya
demikian beberapa pandangan dari saya
terima kasih
wassalam
tetaplah mencari kebenaran, karena kebenaran itu sangat dekat.
tuntutlah Ilmu walaupun sampai ke negeri cina( tuntutlah ilmu walaupun itu sangat jauh )jikalau petunjuk diturunkan Allah kepada salah seorang Hambanya maka carilah ia walaupun itu sampai keujung dunia karena tanpa ilmu maka termasuklah kita orang-orang yang bodoh.maka sia-sialah peribadatan kita"amalan mereka ibarat garam yang dihamburkan kelaut"..
berteguh hatilah Insya Allah kamu akan menemukannya
karena mencari kebenaran itu ibarat mencari bulu putih pada kerbau hitam..

avatar

Hamba Allah yang selalu tak mau menyebut identitas diri. Saya sangat menghargai apa yang telah anda komentari. Pernyataan anda tentang mengenal Allah diarahkan bukan dalam pemahaman sebagai mencapai tingkat ma’rifat. Maka, untuk mengetahui bagaimana cara mengenal Allah, sebagaimana yang anda maksud, dapat dipelajari lewat ayat-ayat Allah akan kedudukan Allah sebagai Tuhan Yang Maha Pencipta.

Keliru bila mengenal Allah dalam pengertian sebagai ma’rifat dilukiskan sebagaimana yang dialami Nabi Ibrahim as. Anda adalah anda sekiranya anda seorang yang mengenal diri anda. Maka, anda bukanlah anda seandainya anda mengenal Allah dari cara anda menafsirkan ayat-ayat Allah tanpa ilmu, petunjuk dan wahyu.

Bagaimanakah anda dapat memahami ungkapan kalimat yang telah saya sebut di atas? Mengenal Allah tidak dapat disamakan dengan perumpamaan yang anda buat, selain menggambarkannya berdasarkan petunjuk dari Allah.

Bagaimana anda telah memperoleh petunjuk Allah sekiranya ayat-ayat Allah dimaknai menurut pemahaman akal? Pengetahuan anda tentang Allah dalam kedudukan-Nya sebagai Tuhan Yang Maha Bijaksana belum anda pahami, bagaimana anda berpendapat dengan pengetahuan yang sangat terbatas?

Kerendahhatian dari seorang hamba tidaklah dimunculkan dengan penyimpulan akal, melainkan dari apa yang telah diajarkan dalam diri sesudah mendapati pengajaran Al-Hikmah. Susah orang berpendapat menurut pemahaman akal mengenai ayat-ayat Allah jika belum diilhamkan ke dalam jiwa pemahaman yang mendalam (Al-Hikmah).

Anda tidak memahami bagaimana kehendak Allah atas diri anda akan melahirkan dugaan akal yang seolah benar. Kekeliruan menjelaskan cara mengenal Allah dari sudut pandang persangkaan tidak akan menghasilkan ketajaman hati, selain akan membingungkan akal.

Saya hanya mengajak kepada anda agar beribadah menurut pengetahuan syari’at yang sudah diajarkan oleh Rasulullah Saaw. Jangan terburu-buru dengan pemahaman akal berkeinginan menyimpulkan bahwa kebenaran ayat-ayat Allah didekati dengan cara-cara yang belum dikehendaki Allah atas diri anda.

Andai anda mengetahui ada ayat Allah yang menegaskan akan kehendak Allah atas diri Rasulullah Saaw, tentu saja, anda akan mengerti maksud saya menyampaikan pernyataan di atas.

Saya akan mengutip ayat tersebut di sini: “Katakanlah: "Aku tidak berkuasa mendatangkan kemudaratan dan tidak (pula) kemanfaatan kepada diriku, melainkan apa yang dikehendaki Allah." (QS. Yunus : 49).

Salam dari jauh,


Ahmad

avatar

Assalamu'alaikum , masih belajar berenang belum bisa menyelam. Semoga ini hati memperoleh cahaya-Nya untuk bekal melanjutkan perjalanan ini.

avatar

Wa 'alaikum salam wr. wb.

Pintu keberkahan ada di dalam hati, jauh sebelum akal kita menemukannya. Keutamaan hati sudah tak terbantahkan sekiranya diperbandingkan dengan keunggulan akal kita. Allah sangat mencintai seorang hamba yang tulus hatinya, bukan yang sombong akalnya.

Bila hati tertambat cinta kepada Allah, maka akal takkan lagi mampu mengurai hikmahnya. Hanya di hatilah pengetahuan-Nya diajarkan (diilhamkan), bukan ke dalam akalnya. Nabi yang mulia telah menerima wahyu ke dalam hatinya, bukan ke otaknya. Tetapi, akal beliau sungguh sangat mencerminkan kesucian hatinya.

Karena itu, menyelami hati akan mampu mengurai apa yang ada di otaknya. Mendalami firman Allah takkan mudah diraih bila tidak disertai dengan hati yang suci. Adakah hati kita telah benar-benar suci bila tak pernah dibersihkan dengan mengingat asma Allah di dalamnya?

Jika telah pandai berenang di permukaan, maka bersegeralah selami di kedalamannya. Insya Allah, siapa pun yang menyelami hati dengan berdzikir di dalamnya, maka dia akan mendapati mutiara Al-Hikmah yang memancarkan cahaya-Nya.

Salam dari jauh,

Ahmad

avatar

Wa 'alaikum salam wr. wb.

Keluasan ilmu Allah sangat jauh dari keterbatasan 'ilmu' hamba-Nya. Ini jelas merupakan sebuah kepastian, bukan hanya sekedar untuk disebutkan. Karena sesungguhnya mustahil Allah Yang Maha Mengetahui 'terhempas' keluasan ilmu-Nya oleh keterbatasan analisa akal manusia, betapa pun dia berupaya melakukannya untuk menghempaskan. Kedalaman berpikir manusia tetap takkan dapat melampaui keluasan ilmu Allah yang telah ditanamkan ke dalam hati hamba-Nya yang telah terpilih oleh keluasan kasih sayang-Nya.

Al-Qur'an yang mulia telah diturunkan oleh Allah Yang Maha Bijaksana dimaksudkan agar semua umat manusia mau mengimani dan mendalaminya, tidak sebatas diketahui oleh keterbatasan akalnya. Allah Yang Maha Pencipta memperkenalkan akan keluasan kasih sayang-Nya kepada orang-orang beriman agar dipatuhi dan diikuti dengan perantaraan ahlinya, bukan dengan sebebas-bebasnya menafsirkan mengikuti hawa nafsunya.

Kejahilan akal sudah lama dipertunjukkan pada setiap umat di setiap zaman. Akal tanpa petunjuk yang dicurahkan oleh Allah ke dalam jiwa seorang hamba hanyalah keterbatasan dugaannya. Al-Qur'an bukanlah sebuah bacaan yang dapat disimpulkan melalui dugaan akal yang sangat terbatas, melainkan untuk mendapatkan cahaya-Nya harus ditempuh dengan kesucian jiwa. Ketika suatu kekurangan pada diri seorang hamba berupaya 'memaksa' mendapatkan keluasan ilmu Allah tanpa mengikuti apa yang menjadi kehendak-Nya, maka yang diraih adalah sebuah ketidakjelasan menguraikan hikmah-Nya.

Hikmah Allah harus diraih dengan keridha'an-Nya. Sulit bila tiada keridha'an, seorang hamba mengaku telah memiliki pendapatnya masuk ke dalam 'lingkungan kebenaran.' Sedangkan Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Bijaksana telah menganugerahkan Al-Hikmah kepada siapa yang Dia kehendaki. Sudahkah kita telah merasa memperoleh anugerah Al-Hikmah, sementara hati kita masih jauh dari Allah, tanpa sedetik pun berdzikir untuk-Nya?

Allah Yang Maha Mulia telah jelas menghendaki agar berdzikir di dalam hati dengan menyeru atau menyebut asma-Nya: “Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai” (QS. Al-A'raaf: 205). (Bersambung)

avatar

(Sambungan)
Tugas kita adalah menjalankan perintah tersebut tanpa perlu disertai argumentasi akal yang angkuh. Menyebut atau menyeru asma Allah tidak dapat dimaknai sebagai tidak akan diajarkan bagaimana mengetahui hakikatnya, sehingga seorang ahli dzikir tidak dibimbing menuju kepada keridha'an-Nya memahami apa yang sesungguhnya (hakikatnya).

Ketundukan dan kepatuhan melaksanakan apa yang menjadi perintah Allah merupakan Hak Mutlak Allah atas seorang hamba. Pembalasan Allah dengan menganugerahkan karunia Al-Hikmah kepada seorang hamba tidak disebabkan atas perbuatan seorang hamba-Nya, melainkan karena kehendak-Nya.

Seandainya apa yang diperbuat manusia atas perintah Allah kemudian memperoleh suatu karunia (mengetahui hakikat) ditentukan oleh dirinya sendiri, di manakah kekuasaan Allah atas diri-Nya?

Hakikat suatu bentuk peribadatan sesungguhnya ditetapkan oleh penilaian Allah atas kesungguhan seorang hamba mengikuti apa yang menjadi perintah dan larangan-Nya. Kita mustahil meraihnya didasarkan oleh penilaian diri sendiri karena merasa telah berbuat mengikuti kehendak-Nya. Kedudukan seorang hamba di dalam kekuasaan Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana hanya menerima pemberian-Nya, tidak dapat ikut menetapkan. Naudzu billahi min dzalik. Itu adalah Hak Mutlak Allah.

Adakah setiap hamba yang menjalankan apa yang menjadi perintah dan larangan Allah akan terjamin dapat menjalankannya dengan benar sebagaimana yang dikehendaki-Nya sekiranya Allah tidak menolongnya? Sangat sulit untuk memastikannya. Adakah tanpa pertolongan Allah kita telah terbebaskan dari tipu daya iblis di dalam dada? Mustahil, sekali lagi, kita akan mampu melakukannya tanpa pertolongan Allah.

Berdzikir dengan setulus hati melakukannya tanpa keterpaksaan melahirkan keridha'an Allah. Berdzikir yang demikian dijalankan semata-mata hanya memperoleh keridha'an Allah, bukan karena adanya suatu pamrih.

Meraih kedalaman pengetahuan tentu saja bukan diraih di negeri Cina. Konteksnya sangat berbeda. Jika yang dimaksud dari hadits Nabi, pengetahuan tersebut dimaksudkan betapa perlunya kita mendalami pengetahuan di mana pun sekiranya dapat memberi manfaat untuk kita dan orang lain (kemaslahatan umat). Tetapi, pemahaman yang mendalam akan ayat-ayat Allah dan hadits Nabi diraih karena karunia Al-Hikmah dari Allah Yang Maha Bijaksana lagi Maha Menguasai.

Adakah semua itu terlampaui di luar keterbatasan akal manusia? Insya Allah, apa pun yang menjadi kehendak Allah pasti terjadi.


Salam dari jauh,

Ahmad

avatar

Assalamu'alaikum pak.. saya akhir2 ini sdg apes, sial melulu, susah cari kerjaan, seakan-akan bumi sempit banget. Padahal kebutuhan untuk anak dan istri harus dicukupi. Kata org mungkin saya ada dosa sama org tua saya, tapi kenyataannya saya tidak, kan saya masih nebeng sama ibu saya (ayah saya meninggal), ibu saya sering mendoakan saya, tapi tetap saja nihil. Terus knp nasib saya apes ya pak..? brgkali bpk bisa mengasih saran ke saya, karena bpk jauh lebih tua dari saya. Terima kasih.

avatar

Wa 'alaikum salam wa rahmah.

Aduhai saudaraku, sekiranya karena tua umurku yang menjadi landasan untuk menerangkan bagaimana mencari solusi atas persoalan yang sedang anda hadapi, maka saya pasti takkan dapat menemukan solusi yang tepat untuk anda. Saya hanya lebih tua dari anda boleh jadi benar, tetapi bukan karena itu sekiranya saya harus menjawab persoalan yang anda hadapi.

Anda, juga yang lain, pasti memiliki persoalan yang tidak selalu sama. Adakah selain anda memiliki persoalan yang persis sama dengan anda? Jawabnya sangat boleh jadi banyak. Menurut anda, adakah sesudah itu mereka dapat memecahkan persoalannya? Jawabnya boleh jadi ada yang telah terpecahkan persoalannya, ada juga yang masih seperti anda saat ini (saat anda menulis persoalan ini). Yakinkah bahwa Allah pasti menolong hamba-hamba-Nya yang beriman?

Itulah yang hendak saya jawab untuk membantu memecahkan persoalan yang saat ini anda hadapi.

Saudaraku, saya akan mengingatkan kepada anda ayat-ayat Allah berikut ini:

"Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan" (QS. Alam Nasyrah: 5-6).

Sekiranya yang anda maksud sulit dalam kehidupan anda adalah tidak menemukan pekerjaan sehingga kebutuhan ekonomi keluarga tidak dapat anda penuhi, maka perhatikanlah ayat tersebut. Itu adalah perkataan Allah Yang Maha Kaya lagi Maha Pemberi. Adakah anda yakin di balik kesulitan yang anda hadapi ada kemudahan?

Apabila anda menjawab masih diselimuti oleh keragu-raguan, maka anda pasti tidak akan menemukan kemudahan itu. Akan tetapi, sekiranya hati anda meyakini kebenaran firman Allah tersebut, maka pastilah jawabannya: "Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan."

Sebagai orang yang beriman, anda seharusnya tidak boleh ragu. Iblislah yang selalu menimbulkan keragu-raguan. Dengan sepenuh keyakinan, anda harus membuang jauh-jauh keragu-raguan itu.

Saudaraku, anda harus yakin bahwa Allah sedang menguji anda dengan kesulitan mencari pekerjaan. Jika anda menerima ujian dari Allah, anda berarti masih dikelompokkan sebagai orang-orang beriman. Bukankah Allah Swt telah berfirman:

"Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?" (QS. Al-Ankabuut: 2).

Dunia ini bukan panggung sandiwara, melainkan sungguh-sungguh. Allah Swt menciptakan makhluk-Nya yang ada di langit dan di bumi dalam ketetapan-Nya. Hidup bukanlah mengikuti apa yang dinginkan makhluk-Nya, melainkan merupakan Hak Mutlak Allah setiap makhluk-Nya untuk tunduk dan patuh kepada-Nya. Kehendak Allah merupakan kekuatan yang pasti terjadinya. Sedangkan keinginan manusia hanya merupakan keniscayaan dapat terjadinya sejalan dengan yang dikehendaki Allah Yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana.

Karena itu, hamba-hamba Allah yang tunduk dan patuh kepada-Nya, Allah pasti akan memenuhi janji-Nya. “Kehidupan dunia dijadikan indah dalam pandangan orang-orang kafir, dan mereka memandang hina orang-orang yang beriman. Padahal orang-orang yang bertakwa itu lebih mulia daripada mereka di hari kiamat. Dan Allah memberi rezeki kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya tanpa batas” (QS. Al-Baqarah: 112).

Pijakan orang-orang yang mengimani akan kedudukan Allah sebagai Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang adalah mengikuti apa yang menjadi kehendak Allah. Membiarkan hawa nafsu mendominasi keinginan untuk selalu dipenuhi akan berdampak lepasnya kasih sayang Allah. Jika Allah berkehendak menguji orang-orang beriman, maka sepatutnya diterima dengan sepenuh hati (ikhlas). Kesulitan yang dihadapi di dunia bukanlah hilangnya kasih sayang Allah, melainkan, sekali lagi, adalah ujian bagi orang-orang yang beriman. Maka, berjuanglah dengan tidak disertai syu’udhan (berburuk sangka)kepada Allah. Berdo’a, berjuang, solat dan sabar hendaknya menyertai hidup di dunia. (Bersambung)

avatar

(Sambungan)

Kesulitan apa pun sebetulnya akan segera berakhir dengan kemudahan sesudah itu. Yang menjadi persoalan bagi kebanyakan kaum mukmin adalah lepasnya kesiapan menerima kesulitan dalam waktu yang sesungguhnya tidak lama berlalunya. Maka, terasa teramat lama dan panjang dipikirkannya. Kejenuhan tidak terelakkan, pusing pun terpelihara.

Dulu ketika tidak ada kesulitan, adakah telah terpikirkan bahwa sesudah itu ada kesulitan? Kesadaran akan hadirnya ujian dan cobaan seharusnya tidak boleh dihilangkan. Dalam hidup, ujian dan cobaan adalah bagian yang telah ditetapkan menjadi pelengkap. Artinya, tidaklah lengkap hidup kaum mukmin jika mereka tanpa ujian dan cobaan. Justru di situlah sesungguhnya hidup di alam dunia yang fana ini. Orang-orang yang mengaku beriman pasti akan diuji oleh Allah sesuai dengan tingkat keimanannya

Saudaraku, segeralah menghadap kepada Allah untuk memohon ampunan-Nya. Pertolongan Allah akan segera datang tidak lama sesudah itu dalam kehidupan anda. Adakah selama ini anda tak pernah berbuat salah? Sudah pasti, bahwa manusia tempatnya salah dan lupa. Anda pasti lupa telah berbuat salah.

Anda, saudaraku, jangan tidak pernah merasa tidak memiliki kesalahan. Kepada siapa pun, bahkan kepada Allah. Sekalipun hanya lupa, jika yang dilupakan atau yang terlupakan itu adalah kewajiban, maka tetap salah. Jika salah karena itu, maka tidak dapat mengatakan untuk tidak bermohon ampunan kepada Allah. Keangkuhan iblis berupaya mencemari pikiran anda sehingga anda selalu merasa tidak pernah salah. Anda seharusnya mengusir iblis dengan memperbanyak istighfar kepada Allah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Keangkuhan hawa nafsu sangat berpengaruh terhadap kelancaran rezeki anda. Allah hanya memberi rezeki tanpa batas (bighoiri hisab) kepada hamba-hamba-Nya yang tunduk dan patuh kepada-Nya. Pasti anda disebut oleh Allah tidak tunduk jika merasa tidak memiliki kesalahan dan tak mau minta ampun kepada Allah. Klaim tidak adanya salah dan dosa jauh sebelum bertaubatannasuha adalah pekerjaan iblis. Maka, tak ada waktu untuk anda menunda beristighafar menghadap kepada Allah.

Demikianlah saudaraku menurut hemat saya sekiranya anda berharap Allah membuka pintu rezeki untuk anda.


Salam dari jauh,

Ahmad

avatar

Bolehjadi Asmaau husna bisa ditambah lebih dari 99. Saya masih mencari-cari riwayat/hadits (yg sahih ataupun tidak) yang menerangkan tentang jumlah nama (asma) Allah sebanyak 99.(memang untuk angka dua digit, angka 99 adalah angka tertinggi, bila ditambah satu saja sudah seratus, jadi lebih banyak, hanya saja angka 100, angka tiga digit/dijit). Penyebutan asma (=petunjuk status/kedudukan) yang paling banyak, tercantum dalam QS59, ayat 22-24. Yakni Yg mengetahui yg tidak nampak/hadir dan mengetahui yg nampak (dapat disaksikan=syahadah), yang rahman, yang rahim, Dia Raja, Yang Suci (Al Qudduus), Yang Menyejahterakan, Pemberi keamanan, Pemelihara, Yang Perkasa, Yang berkuasa, Pemilik Keagungan, Pencipta, Yag mengadakan, dan Yang membentuk rupa (jenis). Dalam ayat-ayat lainnya masih tersisa nama lainNya. Para ahli/ilmuwan Alquran mengumpulkan nama-nama Allah itu dari ayat-ayat yg ada di ayat-ayat lainnya itu. Boleh boleh saja. Bila asma (nama) tsb dikaitkan dengan peristiwa yang terjadi di dunia ataupun di akhirat, Dialah Yang menjadikan bangsa dan negara Indonesia habby korupsi. Hanya saja, kalau asmaul Husna itu dijadikan dzikir atau wirid bahkan doa, seperti apa "kayfiah"nya, prakteknya, atau realisasinya? Pernahkan Rasulullah mencontohkan pola itu? Apakah ada ayat atau hadits yng menyatakan boleh ngarang sendiri, yang penting untuk dekat kepada Allah (Hablun minallah). Kalau untuk urusan sosial/kemasyarakatan sudah tentu harus kita yang mengkreasi (kata lain dari ngarang), itupun sepanjang tidak bertabrakan dgn aturan Allah ttg metoda hablun Min Annaas. Sekarang ini lagi rame dzikir asmaul Husna. Kebanyakan jamaahnya berharap dgn dzikir tersebut akan mendapat banyak kesenangan, termasuk enteng rezeki (padahal udah pensiunan atau gak punya kerja).Kita tidak usah menyalahkan zikir semacam itu (karena baru sekarang-sekarang aja, hal itu muncul). Sikap dan pandangan terhadap agama, setelah Rasulullah wafat muncul ratusan jenis atau bentuk. Sekurangnya ada dua jenis. Pertama pemikiran dinamis (rasional) dan kedua, lawannya, yakni fanatik, yang berujung pada kultus dan berbuah syirik.

avatar

"Pencarian" Tuan Aki tentang Asmaul Husna (boleh jadi lebih dari 99 asma Allah) adalah sebuah terobosan baru dari orang-orang yang hanya menggali tetapi tidak "menyebut" asma-asma tersebut. Adakah Allah "menciptakan" asma-asma-Nya sendiri hanya sebatas untuk digali tetapi tidak dikenali dan dihayati akan kedudukan-Nya sebagai Tuhan, sebagaimana yang tersebut di dalam nama (asma-asma)-Nya, oleh orang-orang beriman?

Tentu tidak. Allah telah banyak memerintahkan untuk berzikir dengan menyebut atau menyeru asma-asma-Nya! Sudah sangat jelas, bahwa Allah telah memerintahkan orang-orang beriman untuk berzikir. "Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya" (QS. Al-Ahzab: 41).

Inilah ayat yang memerintahkan berzikir (Mengingat Allah) itu dengan "Menyebut asma-asma-Nya". "Katakanlah: "Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai al asmaaulhusna (nama-nama yang terbaik) dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara kedua itu"" (QS. Al-Isra': 110).

Berzikir dengan menyebut atau menyeru asma Allah adalah cara atau kaifiyah yang telah ditetapkan oleh Allah, bukan oleh selain Allah (makhluk-Nya). Mengingat Allah tidak boleh dengan membayangkan atau menghayalkan asma-asma-Nya di otak orang-orang beriman. Jika hanya dibayangkan atau dihayalkan asma-asma-Nya, maka tentu saja tidaklah disebut sebagai mengingat, melainkan suatu perbuatan yang tidak menghasilkan keyakinan akan kedudukan Dia sebagai Tuhan Yang Maha Ada.

Bagi orang-orang beriman yang meyakini bahwa Allah Ada (Wujud), pastilah tidak meragukan ketika menyeru atau menyebut asma-Nya, Dia (Allah) pasti Maha Mendengar. Bahkan, jangankan disebut di lisan, membisik-bisik asma-Nya di hati pun, Allah Maha Mengetahui. "Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada urat lehernya" (QS. Qaaf: 16).

Para ahli Al-Quran telah menerjemahkan kata "dzikir" pada ayat 205 surat Al-A'raaf dengan mempertegas (mengalihbahasakan istilah tersebut dengan menyebut). Silakan Tuan Aki menyimak ayat tersebut pada digital Al-Quran versi 3.2 "Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai" (QS. Al-A'raaf: 205).

Kalaulah Tuan Aki sebagai seorang ahli yang suka menjelajahi ayat-ayat Allah atau hadis Rasulullah saw, pastilah tidak gegabah "menentang" orang-orang yang suka berzikir, mengingat Allah dengan menyebut atau menyeru asma Allah di hati atau yang masih suka menyebut asma-Nya di lisan.

Jika Tuan Aki tidak suka menyebut asma-asma Allah atau kalimat-kalimat-Nya, bagaimana Tuan Aki dapat disebut sebagai orang yang ahli Al-Quran? Bukankah menyebut atau menyeru atau mengucapkan "Bismillahirrahmanirrahim" adalah perbuatan yang diperintahkan?

avatar

Alhamdulillah, kesenangan saya membaca akhirnya membawa saya pada kajian ini. Saya pikir apa yang saya telusuri dari keingin tahuan akhirnya adalah rasa yang membawa saya pada lembar ini. Sehat selalu ya pak, dan semoga Allah selalu melimpahkan RahmatNya kepada kita semua. Amin

avatar

Alhamdulillah segalanya hanya Allah yang patut kita puji.

Keluasan kasih sayang Allah benar-benar telah sampailah kepada kekuatan iman seorang hamba.

Cara yang ditempuh melalui proses berpikir yang terlampau rumit seringkali tidak membuahkan hasil.

Sebaliknya, dengan iman dan keyakinan yang tetap istiqamah melekat pada hati-ruhaniah kita membukakan pencerahan yang luar biasa.

Ketakjuban atas kemahabesaran Allah dalam mengatur segala urusan umat manusia memandulkan akal yang terlampau angkuh terhadap kekuasaan-Nya.

Maka, tak ada yang paling patut kita perbuat selain rasa bersyukur kita harus terpatri dalam keimanan dan keyakinan sebagai seorang hamba Allah.

Semogalah Allah selalu menunjuki dan membimbing kita di jalan-Nya yang lurus. Amin.


Salam hormat,

Ahmad
https://www.facebook.com/majelisdzikirtawashow


EmoticonEmoticon

Post a Comment

NEXT ARTICLE Next Post
PREVIOUS ARTICLE Previous Post
 

Delivered by FeedBurner