-->

Translate This Blog

2.4.11

Surga Itu Haq, Neraka Juga Haq

Surga Itu Haq Negara Juga Haq

“Sesungguhnya Allah memasukkan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Dan orang-orang yang kafir itu bersenang-senang (di dunia) dan mereka makan seperti makannya binatang-binatang. Dan neraka adalah tempat tinggal mereka” (QS. Muhammad: 12).

Surga itu benar ada-Nya. Neraka itu benar ada-Nya. Keduanya memang benar ada-Nya. Ada-Nya bermakna bahwa Allah azza wa jalla benar-benar Ada di mana pun Dia berada sebagaimana kehendak-Nya.

Di dalam surga, Ada Allah SWT. Di dalam neraka juga Ada Allah Yang Maha Perkasa.

Jika Allah SWT berkedudukan sebagai Tuhan Yang Maha Suci lagi Maha Tinggi berada di dalam surga. Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Pemaksa berkedudukan di dalam neraka.

Apa maknanya?

Anda pasti sulit memahami-Nya. Adakah kita menganggap bahwa Allah itu lebih dari satu? Naudzu billahi min dzalik.

Allah itu Mahaesa.

Akan tetapi, sebagai Tuhan Yang Maha Pencipta, Dia berkehendak sebagaimana kehendak-Nya.

Allah SWT berada di dalam surga bermakna bahwa Dia Maha Pemberi Kenikmatan yang tiada duanya. Berbagai keinginan manusia pasti dapat terpenuhi.

Di surga, kehidupannya telah dijamin akan abadi selamanya. Tidak ada yang bersifat sementara. Bila disebut nikmat, maka apa pun yang ada di dalamnya dapat dinikmati selamanya.

Kehidupan di surga tentu saja berbeda dengan kehidupan di alam dunia. Kesenangan yang diperoleh di dunia sangat fatamorgana. Seolah benar senang, padahal sebatas satu teguk air yang menyejukkan tenggorokan yang sedang kehausan.

Bayangkan.

Jadi, keberadaannya (kesenangan dunia itu) sepersekian persen yang diperoleh di surga. Tak dapat disamakan kesenangan di dunia dengan kenikmatan di surga.

Kesenangan di dunia bukan kenikmatan yang sebenarnya, tetapi kenikmatan di surga adalah kesenangan yang sesungguhnya. Benar-benar nikmat, bukan seolah-olah nikmat.

Allah SWT berfirman:


“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal shaleh, mereka diberi petunjuk oleh Tuhan mereka karena keimanannya, di bawah mereka mengalir sungai-sungai di dalam surga yang penuh kenikmatan” (QS. Yunus: 9).

Hidup?

Tentu saja, di surga juga ada kehidupan sebagaimana kehidupan sewaktu di dunia.

Dunia bagaikan bayangan dari sebuah benda yang tersorot cahaya. Sedangkan kehidupan surga adalah benda itu sendiri.

Ada bumi, ada matahari, ada angin, ada air, ada buah-buahan, ada alam satwa (hewan yang sangat bahagia berada di dalamnya) sebagaimana kehidupan di dunia ini.

Akan tetapi, bukan dunia seperti saat ini.

Allah menyampaikan dunia (saat ini) berbeda keberadaannya bila dibandingkan dengan di surga.


"Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan" (QS. Ali Imron: 185).

Ada kesenangan tetapi sangat menghancurkan. Kesenangan yang didapatkannya menjebloskan manusia yang sangat bangga akan dirinya.

Kesenangan dunia sebatas debu serpihan yang tiada bobotnya. Kesenangan yang sekejap dirasakannya.

Sesudah diperoleh, maka terus lepas lagi. Sangat sekejap sekali dibanggakannya. Penuh kepalsuan.

Setiap yang memperolehnya tidak dapat mempertahankannya. Bagaikan menampung air di kedua telapak tangan. Sirna, cepat hilangnya. Itulah kesenangan dunia.

Ada Aktivitas di Surga


Allah Maha Pencipta. Dia hanya berkata "kun" "fayakun" apabila berkehendak menciptakan sesuatu. Apabila Allah berkata “Jadi,” “maka Terjadilah” bahwa dunia (saat ini) bersifat sementara dan ada alam lain yang abadi selamanya.

Dalam kehidupan di alam dunia (saat ini), manusia bekerja dan beraktivitas. Bagaimana dengan di surga? Adakah aktivitas di surga itu, sebagaimana kehidupan di dunia?

Ada kehidupan berarti ada aktivitas.

Akan tetapi, kegiatan di surga tidak lagi membebani setiap penghuninya. Semua penghuni benar-benar hanya menikmati. Tidak ada kegiatan yang sangat melelahkan dan membosankan. Setiap jiwa yang berada di dalamnya sangat menikmati pemberian-Nya.

Perhatikan bagaimana Allah berfirman:


"Yang menempatkan kami dalam tempat yang kekal (surga) dari karunia-Nya; di dalamnya kami tiada merasa lelah dan tiada pula merasa lesu" (QS. Fathir: 35).

Berbeda dengan di alam dunia, para penghuni surga tidak mencari nafkah untuk keluarganya. Allah SWT telah menyediakan apa pun yang diinginkannya. Telah tersedia segala hal yang dibutuhkan.

Anda akan sulit membayangkan bila kehidupan di surga segala serba ada. Allah SWT menyediakannya sebagai janji-Nya untuk orang-orang yang mengimaninya lagi berbuat soleh saat hidup di alam dunia yang fana.

Disebutkan dalam Al-Quran:


“Di surga itu mereka memperoleh buah-buahan dan memperoleh apa yang mereka minta” (QS. Yaasin: 57).

Allah SWT telah menyebutkan keberadaan surga yang diperlihatkan-Nya kepada semua umat manusia yang membaca ayat-ayat-Nya. Saat Allah SWT berfirman kepada Adam a.s :


“Dan Kami berfirman: "Hai Adam diamilah oleh kamu dan istrimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang dzalim” (QS. Al-Baqarah: 35).

Perhatikan bagaimana aktivitas yang dilakukan datuk semua umat manusia bersama istrinya menikmati hidangan yang telah disediakan Allah di mana saja yang disukainya. Tidak ada larangan kecuali untuk tidak mendekati pohon yang dapat menyengsarakan.

Alkisah, sebagaimana disebutkan di dalam Al-Qur’an, Adam a.s tidak memperhatikan karena iblis mengganggu dengan rayuan palsu. Maka, ketika keduanya mendekati dan menyebabkan mereka tergelincir turun ke bumi karena pengaruh iblis, Allah SWT berfirman:


“Lalu keduanya digelincirkan oleh syaitan dari surga itu dan dikeluarkan dari keadaan semula dan Kami berfirman: "Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan" (QS. Al-Baqarah: 36).

Anda dapat menyimak kembali bagaimana ayat 35 dan ayat 36 surat Al-Baqarah di atas. Allah SWT menerangkan adanya aktivitas kenikmatan Adam a.s dan istrinya di surga, berupa menikmati hidangan yang banyak lagi baik yang dapat diperoleh di mana saja. Kegiatan mereka tidak diperintahkan untuk menerima beban selain kenikmatan.

Manusia penghuni surga sesungguhnya mereka yang pandai bersyukur atas nikmat yang diberikan oleh Allah. Maka, apabila mereka melakukan solat, mereka bukan diperintahkan selain atas dasar kepandaiannya sebagai hamba Allah yang tidak pernah melupakan kebahagian pemberian Allah.

Yang pasti, perintah wajib tidak ada selain atas keinginan yang disadari sebagai bentuk rasa syukur. Ini adalah salah satu aktivitas lain yang dilakukan oleh para penghuni surga.

Solat yang dilakukannya tidak menjadi beban, akan tetapi suatu bentuk kenikmatan apabila dapat berhubungan dengan Allah Yang Maha Mulia.

Itu di surga.

Dalam kehidupan di dunia, kenikmatan berhubungan dengan Allah saat mendirikan solat telah dirasakan oleh kaum muttaqin.

Adam a.s. adalah contoh yang diperlihatkan sebagai peringatan agar di kemudian hari anak keturunannya senantiasa mengikuti apa yang diperintahkan oleh Allah azza wa jalla dan menjauhi apa yang dilarang-Nya.

Suatu ketika (di akhirat kelak) anak keturunannya akan dimasukkan ke dalam surga bila tunduk dan patuh kepada-Nya.

Allah SWT berfirman kepada Adam a.s. saat diperintahkannya untuk turun ke bumi akibat kelalaiannya.


“Kami berfirman: "Turunlah kamu semua dari surga itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati" (QS.  Al-Baqarah: 38).

Dalam firman-Nya di Surat Al-Baqarah ayat 82, Allah menegaskan:


“Dan orang-orang yang beriman serta beramal shaleh, mereka itu penghuni surga; mereka kekal di dalamnya.” 

Allah azza wa jalla mempertegas kembali pernyataan-Nya di banyak ayat; di Surat An-Nisaa ayat 122 dengan sangat pasti Allah SWT berfirman:


“Orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan shaleh, kelak akan Kami masukkan ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah telah membuat suatu janji yang benar. Dan siapakah yang lebih benar perkataannya daripada Allah?” 

Inilah janji Allah SWT yang ditawarkan kepada anak cucu Adam a.s, yang dahulu datuknya pernah menghuninya. Tentang Nabi Adam a.s. sendiri atas apa yang telah diperbuatnya, Allah SWT berfirman:


“Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima tobatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang” (QS. Al-Baqarah: 37).

Allah SWT Sudah Menyiapkan Surga dan Neraka


Gambaran surga yang dijelaskan oleh Allah saat Adam a.s. dan istrinya beserta iblis di dalamnya merupakan bukti bahwa surga itu sudah ada.

Jauh sebelum mereka turun ke bumi, surga dan neraka sudah diciptakan oleh Allah.

Anda seharusnya meyakini adanya surga dan neraka. Allah SWT menjelaskannya agar dapat menjadi perhatian bagi semua umat manusia.

Permusuhan antara manusia (Adam a.s.) dengan iblis laknatullah ‘alaih memperlihatkan akan kewaspadaan yang akan menjerumuskan manusia ke neraka.

Saat itu, Adam sebagai Nabi tidak diciptakan untuk berpindah ke neraka akibat tidak mengindahkan larangan Allah azza wa jalla.

Hanya saja, Allah SWT telah memberi peringatan kepadanya untuk mendidik anak-anaknya agar tidak mengikuti ajakan setan.

Allah SWT memberi batas waktu sampai kiamat tiba adanya kehidupan di dunia (bumi) ini bagi anak cucu Adam a.s.

Neraka adalah tempat pembalasan Allah atas orang-orang yang tidak mengikuti perintah dan larangan-Nya.

Kejahatan iblis akan terus dilakukan sampai anak cucu Adam a.s. mengikuti ajakannya. Iblis telah diberi tangguh melakukan kejahatan hingga hari kiamat tiba.

Maka, bagi siapa yang mengikuti ajakan iblis beserta keturunannya, Allah SWT telah mempersiapkan neraka menjadi tempat yang pantas diperolehnya.

Siapa pun akan memperoleh dari apa yang telah diperbuatnya sewaktu hidup di dunia. Allah SWT telah menjelaskan ketetapan-Nya melalui Rasul-Nya agar dapat diperhatikan. Keputusannya berada pada manusia itu sendiri.

Allah Azza wa Jalla sudah berketetapan atas apa yang sudah dijanjikan oleh Diri-Nya, maka Dia pasti menepati janji-Nya.

Allah SWT menggambarkan keberadaan surga seperti seluas langit dan bumi.


"Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa" (QS. Ali Imron: 133). 

Anda dapat membayangkan (dengan akal Anda) seperti apakah surga itu?

Di manakah Surga itu?


Di manakah surga itu berada?

Bila disebutkan di dalam Al-Quran, surga itu seperti berada di bumi dan di alam yang mengalir sungai-sungai serta penuh dengan buah-buahan. Apakah itu bumi seperti saat ini di alam dunia?

“Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rezeki buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan: "Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu." Mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada istri-istri yang suci dan mereka kekal di dalamnya” (QS. Al-Baqarah: 25).

Sampai saat ini kita baru menempati dunia (bumi kita saat ini), sementara belum pernah bagaimana kehidupan di planet lain.

Adakah kehidupan di sana? Adakah penelitian manusia yang dapat mengatakan ada dan tidak ada kehidupan di sana? Inilah yang belum dijangkau oleh manusia.

Ketidakmampuan manusia untuk menjangkau langit yang nun jauh itu bukan berarti tidak ada kehidupan.

Siapakah yang mengetahui yang goib (tak terjangkau oleh penglihatan) selain Allah? Bagaimanakah keadaan yang ada di langit itu? Tak seorang pun yang tahu kecuali yang telah diberi petunjuk.

Allah azza wa jalla menjelaskan kedudukan-Nya sebagai Pemilik Kerajaan langit dan bumi di banyak ayat (20 ayat). Allah SWT di antaranya berfirman:


“Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada di dalamnya; dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu” (QS. Al-Maidah: 120). 

Allah SWT menegaskan kepada seluruh umat manusia bahwa Dialah Sang Maha Penguasa baik yang ada di langit maupun yang ada di bumi.

Anda dapat mengetahui siapa saja yang berkuasa di bumi, tetapi Anda tidak menjangkau kerajaan yang ada di langit.

Pengetahuan manusia tidak seperti yang diakui oleh dirinya sendiri. Manusia merasa telah banyak mengetahui atas otaknya yang serba jenius, cerdas, brilian, mumpuni, hebat, luar biasa dan lain-lain julukan atas kemampuan berpikir.

Nyatanya, tak satu pun yang mampu menjangkau keadaan yang tak terlihat. Hanya orang-orang yang telah dianugerahi karunia yang banyak yang diizinkan oleh Allah mampu menembus batas akalnya sendiri.

Jangankan menjangkau langit, untuk melihat bagian punggungnya sendiri, manusia tak mampu menjangkau sekiranya tidak memakai alat bantu (cermin) atau diceritakan orang lain selain dirinya.

Ada punggungnya, tetapi tidak terjangkau oleh penglihatannya. Sebagaiman langit yang terlihat ada, tetapi tidak terjangkau oleh penglihatannya sendiri mampu menembus seluruh planet yang berada di dalamnya.

Jika dinyatakan di dalam Al-Quran bahwa surga itu ada, maka manusia yang hanya mengandalkan akalnya bertanya-tanya: “Bagaimana sih surga itu sesungguhnya?”

Kitab Allah SWT telah banyak menjelaskan tentang keberadaan surga dan neraka, adakah yang meyakini kebenaran adanya? Inilah yang selalu melemahkan keyakinan bila akal yang mengaku serba mampu.

Kekuasaan Allah SWT atas seluruh ciptaan-Nya mengecilkan keberadaan manusia yang telah menjangkau ke wilayah-Nya. Mengetahui ada surga bagi yang telah diperkenankan, maka sangat memperkuat keyakinan keberadaannya.

Sekali lagi, akal manusia biasa tak akan mampu menerimanya. Hanya hati yang mukhlis yang diperkenankannya.

Surga itu pasti berada di alam keabadian, bukan di alam yang dapat terjangkau oleh penglihatan manusia (dengan peralatan teknologi sekali pun). Langit yang tak seorang manusia pun mengetahui keberadaan makhluk ciptaan-Nya telah diciptakan oleh Allah tanpa sia-sia.

Allah SWT telah berfirman:


“(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka” (QS. Ali Imron: 191).

Dunia bukanlah tempat untuk menerima pembalasan Allah (surga dan neraka). Akan tetapi, selama ada langit dan bumi mereka akan kekal selamanya.

Allah SWT berfirman:


“Adapun orang-orang yang berbahagia, maka tempatnya di dalam surga mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi, kecuali jika Tuhanmu menghendaki (yang lain); sebagai karunia yang tiada putus-putusnya.” (QS. Huud: 108). 

Bagaimana makna dari ayat ini?

Bila datang Hari Kiamat, maka seluruh makhluk Allah yang ada di langit dan di bumi pasti hancur. Langit, juga bumi, adalah alam semesta yang diciptakan oleh Allah seorang diri. Dia Maha Pencipta tak berserikat dengan siapa pun.

Langit, juga bumi, diciptakan dalam enam masa. Dalam perhitungan Allah, enam masa adalah suatu isyarat yang sudah ditetapkan adanya enam bintang yang berada di antara langit dan bumi. Masing-masing bintang memiliki umurnya sendiri.

Dalam perhitungan manusia, satu bintang berumur setiap empat ratus tahun kehidupan manusia. Maka, dalam enam masa berarti terdapat umur 2400 tahun kehidupan manusia.

Jadi, langit dan bumi beserta seisinya menempuh perjalanan dalam waktu 24 abad kehidupan umat manusia.

Penciptaan langit dan bumi ditetapkan oleh Allah sebagai tempat beradanya makhluk Allah SWT untuk menyembah kepada-Nya. Apabila ingin mengetahui tentang berita ini, Allah SWT memerintahkan agar bertanya kepada yang mengetahui-Nya.

Allah berfirman:

“Yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas Arasy, (Dialah) Yang Maha Pemurah, maka tanyakanlah (tentang Allah) kepada yang lebih mengetahui (Muhammad) tentang Dia” (QS. Al-Furqan: 59).

Ayat 108 Surat Huud di atas bermakna bahwa selama langit dan bumi berumur lebih dari 2400 tahun, maka kehidupan yang berada di dalamnya bersifat kekal.

Artinya dalam penciptaan langit dan bumi sudah ada ketentuan yang tidak dapat dirubah kecuali Allah sendiri yang merubah. Kekekalan ini terkait dengan keberadaan manusia, juga jin, di dalam surga dan neraka.

Sulit sekali akal untuk memahaminya.

Rahasia Kiamat, tak ada seorang pun yang mengetahuinya. Mulai manusia berbeda pendapat setelah banyak manusia yang mempertanyakannya. Kapan kiamat tiba?

Kejadian yang sangat menakutkan ini tak dapat diprediksi kehadirannya. Hanya Allah Yang Maha Mengetahui.

Allah SWT berfirman:


“Mereka menanyakan kepadamu tentang kiamat: "Bilakah terjadinya?" Katakanlah: "Sesungguhnya pengetahuan tentang kiamat itu adalah pada sisi Tuhanku; tidak seorang pun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia. Kiamat itu amat berat (huru-haranya bagi makhluk) yang di langit dan di bumi. Kiamat itu tidak akan datang kepadamu melainkan dengan tiba-tiba". Mereka bertanya kepadamu seakan-akan kamu benar-benar mengetahuinya. Katakanlah: "Sesungguhnya pengetahuan tentang hari kiamat itu adalah di sisi Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui" (QS. Al-A’raaf: 187).

Bagaimana hubungan antara kiamat, langit dan bumi serta surga dan neraka?

Mengacu ayat-ayat yang ada, maka bumi dan langit akan tetap diadakan kembali setelah hancurnya, sebagaimana langit dan bumi saat ini.

Dan manusia juga dihidupkan kembali untuk kedua kalinya sebagai pertanggungjawaban atas perbuatannya selama di dunia terdahulu yang ada langit, juga bumi.

Allah SWT berfirman:


“Dan Dialah yang menciptakan (manusia) dari permulaan, kemudian mengembalikan (menghidupkan) nya kembali, dan menghidupkan kembali itu adalah lebih mudah bagi-Nya. Dan bagi-Nya lah sifat yang Maha Tinggi di langit dan di bumi; dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana” (QS. Ar-Ruum: 27).

Surga dan neraka akan menempati bumi yang diciptakan untuk kedua kalinya. Di antara keduanya hanya dibatasi oleh A’raaf, seperti digambarkan oleh Allah SWT dalam firman-Nya:


“Dan di antara keduanya (penghuni surga dan neraka) ada batas; dan di atas A`raaf itu ada orang-orang yang mengenal masing-masing dari dua golongan itu dengan tanda-tanda mereka. Dan mereka menyeru penduduk surga:" Salaamun `alaikum". Mereka belum lagi memasukinya, sedang mereka ingin segera (memasukinya)” (QS. Al-A’raaf: 46).
NEXT ARTICLE Next Post
PREVIOUS ARTICLE Previous Post

10 komentar

avatar

Subhanallah... trima ksih ats pncerahannya Pak Ahmad.. tiada kata lain: kpasrahan diri dlm mnerima n mnjalani ktentuan Allah adalah bgian dari kyakinan kpada Allah akn kemahakuasaan-Nya.

Muncullah buah pmikiran sbb:
Sy mrasakan bhw apa pun adanya mnusia saat ini (ada yg brbuat kbaikan, krusakan, ada yg jadi kuli, bos, nelayan, petani, ada yg smpai akhir hayat susah terus, senang terus, ada yang diberi cobaan bhkan terus-mnerus, ada yg diselimuti dgn dosanya, ada yg susah kemudian jdi senang n sebaliknya, dll) adalah spt sbuah mtor lengkap dg onderdilnya, sbuah Sunnatullah, smua ada sbab akibatnya n mbentuk satu ksatuan khidupan di semesta alam.

Smua diciptakan ada tujuan n fungsinya: harus ada yg jadi busi + engkol pemantik api spy msin nyala = spt seorg motivator, ada yg jd msin = jd pkerja, jd kmudi = bos, hrus d posisi yg bs mlihat lebih luas n mnjadi pnentu arah, hrs ada yg jadi knalpot = panas n jd tmpat sisa buangan, ada yg jd body = org kaya, kbagian yg nyaman krn jd focus pnglihatan n penilaian, dicuci, disemir spy kilat cm klau sial aja ada tabrakan n penyok duluan, hrs ada yg jd tmpat duduk = org yg sial/slalu terhina, krn slalu ktmu bokong yg naikin bhkan mgkn malah kena buangan "angin" dll.

Mlihat knyataan itu, siapa yg dciptakan jd knalpot.. brsiaplah dpt susah, yg djadikan body brsiaplah mnjdi orang kaya, dll smpai masa pakainya brakhir (ajal). Allah akn mngujinya n mnilai dr tngkat ksabaran n ktaqwaan diri ssuai posisi pnciptaannya. Faktanya mmg tak mungkin smua jd bos n tak smua jd anak buah.
Jd “sptnya” sbgian bsar mnusia akn dciptakan dg otak, mntal, akal n pikiran, nafsu srta kmampuan yg dsesuaikan utk brada d bwah, pmalas, miskin n bodoh, lemah iman, agr ada yg mau bkerja n mnjadi pndengar/pengikut. Yg sbagian kecil dciptakan brotak encer, pintar, mntal baja, nafsu trkendali, kuat agama, rajin, kmauan kuat, utk djadikn pmimpin, pnemu, ulama, kaya, agr mmpu mngendalikan yg sbagian besar. Spt Nabi Muhammad yg diriwayatkan dadanya “dibedah” oleh malaikat swaktu anak-anak yg dsiapkan untuk menjadi Rasulullah termulia. Ada "orang pilihan" utk menjadi panutan bagi yg lainnya.

Knp yg “pintar” dbuat sdikit? Krn sdikit ini saja bs mbuat krusakan klau tdk mmiliki keimanan atau sdh cukup bs mbuat prbaikan yg bsar dg mpengaruhi si manusia yg diciptakan lebih bnyak td. Klau yg sedikit ini diciptakan dlm jumlah banyak… andai bisanya hnya saling mrusak n mnjatuhkan dg akal-akalan yg memang dicipta pintar dan nafsunya... wah..!!
Smua dciptakan Allah balance n ada tujuannya. Pada titik ini, brkesan sy mnyalahkan Allah knp mnciptakan spt itu. Pdhal mgkn mmg smua ada hikmahnya, dibuat brpasangn n brlainan jnis agr saling mngisi shg hrmonis n indah. Trnyata Allah mmg maha adil. Ada siang ada malam, gelap terang, kecil besar, susah senang, cantik jelek..

Para ustadz mngatakan, kita dbilang cantik/ganteng krn ada yg jelek… klo ga ada yg jelek, gmn mau dbilang cantik/ganteng? Tapi skasihan itukah yg dcipta “terlihat” jelek? Belum tentu… Krn msh ada "obat" dr Allah bhw kmuliaan seseorang bkn dlihat dr harta, fisik maupun kpintarannya, tp dr ktaqwaannya kpd-Nya… Nah…!!

Trhiburlah si jelek dan trtahanlah rasa sombong si ganteng/si cantik. Sbuah ungkapan n jwban cerdas dr sang Maha Pintar! Tp ttap sj si manusia yg dicipta brakal, brusaha mbuat yg jelek jd “trlihat” cantik mlalui operasi. Slalu dsuruh brpikir n berpikir.. pakai akalmu! Seolah2 dmikian printah Allah. Shg sulit utk mnentukan smpai batas mana utk mnerima n brsyukur n batas mana hrus ttap brpikir n brusaha. Tp mlihat fakta bhw tdk smua org bs sukses n tdk smua org gagal, artinya psti ada yg bakal sukses n ada yg bakal gagal. Yg mngalami gagal akn mnjadi hikmah bagi diri sndiri n orang lain, bgitu jg yg sukses. Mgkn itu mksudnya knp hrus ada yg dtaqdirkan gagal atau sukses, dgn resep: bersabarlah, baik dlm gagal maupun sukses.

Bersambung…

avatar

Hikmah lainnya: klau sdg dpt malam, gunakan akal n pikiranmu bgmn caranya spy bs terang, maka tampillah si Thomas Alfa Edison yg mnciptakan lampu brkolaborasi dg hasil temuan listriknya James Watt. Dia mlakukan printah Allah utk brpikir, walau tak beriman. Maka dptlah ia kbaikannya bhkan amalnya itu dgunakan smpai akhir zaman, yg kalaulah dia beriman amalnya akn terus mngalir dr sluruh umat mnusia hngga akhir zaman yg mnggunakan temuannya. Luar biasa… sayang dia tdk briman n hnya Allah yg maha tau mnempatkan dirinya di mana di akhirat sana.

Artinya, kt slalu dberi hikmah: klau sdg dpt kgelapan, brpikirlah bgmn caranya kluar dr kgelapan n mncapai tmpat yg terang, klau sdg dlm ksulitan brpikirlah agr bs kluar dr ksulitan itu. Klau sdh dpt terang, diingatkan agr brhati-hati krn kmungkinan gelap akn dtg lg, spt sore mnjelang malam. Maka kt diajak berpikir kmbali bgmn spy ga susah2 ngidupin lampu semprong dg cara mbuat tombol dg skali tekan langsung bs terang, otomatis. Fasilitas akal yg dberikan “dipaksa” hrs dgunakan brpikir n brpikir mlalui tantangan hidup hngga akhirnya bs trbiasa atau otomatis mnemukan solusi pnyelesaian ksulitan n mncapai kmudahan hidup. Saat sudah mncapai puncak kmudahan hdup ataupun tdk mmpu kluar dr prmasalahan hidup walau tlah brusaha smaximal mgkn, kt dminta utk mngingat mati.. krn toh semumet2nya hidup atau sbahagia2nya hidup, akhirnya akn mati. Dan mnurut Nabi Muhammad SAW, itulah manusia yg cerdas. Komplitlah sdh n tarikan nafas trakhir pun akn tenang krn tlah lepas dr “pnjara” dunia, tlah mnyelesaikan tugas d dunia sesuai dg fasilitas n kmampuan yg dterima dg maximal.. akhirnya akn brtemu Sang Pemberi Tugas. Tidak bingung mau kmbali ke mana krn sudah trbiasa n mngtahui tujuan hidupnya.

Tp mgkn kbingungan akn dialami oleh orang2 tak beriman, spt si Thomas Alfa Edison maupun si James Watt, amalnya mnjd hampa di mata Allah krn dia ga punya rekening di Bank Allah.. tabungan amalnya mau disimpan di mana? Bekalnya di akhirat mau diambil di Bank mana…? Jadilah “jalan2” di alam “antah-berantah” trsesat, bingung, nangis, nyesal, gelap smpai ktemu di padang Mahsyar, ga tau mau ngadu ke siapa… kpala panas dg pnyesalan spt mrasakan panasnya matahari hnya sepenggalah di atas kpala. Wallahu a’lam.

Prtanyaan brikutnya, bgmn klau dia tdk bs mnemukan iman sbenarnya smpai batas akhir hidupnya krn mmg ga smpai psan Islam kpdnya? Dia tdk mngenal Islam. Dia hnya tau brusaha brbuat kbaikan ats nama Tuhan yg ga bs dia definisikan pakai akalnya, dia cm tau imannya agama lain atau mgkn ga bertuhan. Dia pkai pmahaman itu dg tuhan slain Allah. Dia pkai Tuhan itu krn yg dia tau sejak kecil ya itu… dia bngung jg-kah di alam barzakh sana?
Mgkn ini yg jd dasar mnculnya paham pluralism, secularism… n krn sdh saking bngung n ga percayanya, atau ingkarnya, mncullah atheis. Bahaya… trnyata tipis skali antara iman n tak beriman.

Jd yg sy pahami n ksimpulan yg saya dpt bhwa ikuti saja ktentuan Allah SWT, lakukan amal yg trbaik dg ikhlas n brsabarlah mnjalaninya. Islam adalah agama fithrah, maka bacalah Al-Qur’an sbg pnduan hdup n ikuti tntunan Rasulullah Muhammad sang pmberi teladan.
Pilihan hidup didasari dr iman yg dimiliki, masalah khusnul atau su’ul khotimah tgantung amal apa yg trbiasa dlakukan oleh manusia itu sndiri slama hidupnya namun pnentu akhir adalah hak Allah SWT. Kelak akn brdiam d surga-kah atau neraka?

Trnyata manusia dciptakan ttap sama dg mkhluk lainnya utk mngisi wktu yg dberikan dg sebaik2 amal, manusia dberi akal n nafsu utk bs brbuat lebih baik atau lebih buruk shg dtunjuk mnjdi khalifah, smntara makhluk lain hnya mngikuti sunnatullah.

Pak Ahmad, mhn pncerahannya ats pmahaman sy tsb dgn firman2 Allah. Smg hati ini dpt dberi hikmah n kmampuan utk memahaminya lebih mndalam utk bs dkat dgn Allah n sy mhn prlindungan kpd Allah agr trhindar dr pnafsiran sesat. Amin yra.

avatar

Fisik/Materi Versus Iman

Beberapa statement yang anda sampaikan adalah benar adanya. Pertama, manusia diciptakan dengan kedudukan yang tidak sama secara materi/fisik. Kedua, manusia, apakah dia beriman atau kafir, di hadapan Allah adalah seorang makhluk, sebagaimana jin, tumbuh-tumbuhan, hewan, juga malaikat yang mulia. Ketiga, khusus untuk jin dan manusia diperlakukan secara berbeda dari tingkat keyakinan terhadap keberadaan Allah sebagai Tuhan Yang Maha Pencipta.

Dari ketiga item tersebut, maka manusia sesungguhnya berada dalam kondisi fisik atau materi yang berbeda-beda. Allah SWT menciptakannya bersuku-suku dan berbangsa-bangsa. Bangsa Indonesia, bila dilihat dari posturnya, jelas berbeda dengan orang Eropa, Cina, Arab, Amerika dll. Karena itu, secara fisik boleh jadi bangsa Indonesia kalah ganteng dan cantik dengan orang Eropa. Tak ada dalam ketentuan penciptaan-Nya Allah menciptakan setiap manusia berhidung mancung. Ada juga yang berhidung pesek.

Perbedaan fisik ini bukanlah hal yang sangat prinsip dalam penciptaan makhluk manusia. Dalam al-Qur'an, manusia diciptakan dari seorang laki-laki dan seorang perempuan. Maka, bila adanya perbedaan fisik, sesungguhnya merupakan delik penciptaan seorang manusia karena adanya unsur-unsur pembangun yang mempengaruhi kondisi badan atau fisiknya. Ini kedudukan manusia secara materi atau fisik. Lebih lanjut, Allah SWT berkata-kata di dalam al-Qur'an, "Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal" (al-Hujuraat:13).

Dari ayat tersebut, Allah SWT sesungguhnya mempertegas bahwa dari suku, bangsa, negara, masyarakat atau kalangan manapun, asalnya dari Adam a.s. dan Siti Hawa, datuk semua manusia. Berbeda berdasarkan fisik tidak disebut rendah dan tingginya kedudukan manusia! Akan tetapi, Allah SWT menegaskan, bahwa manusia yang termulia di antara sesamanya adalah yang paling bertakwa.

Sampai tahap ini, Allah SWT menjelaskan perbedaan manusia di sisi-Nya bukan dari aspek materil, selain dari derajat ketakwaan dirinya di hadapan Dia Yang Maha Mulia! Jadi, kemulian seorang manusia sangat ditentukan oleh keimanan, keyakinan dan ketundukan serta kepatuhan kepada-Nya.

Keimanan, kesalehan, dan pengakuan terhadap apa yang difirmankan oleh Allah (al-Qur'an, Injil, Taurat dan Zabur) telah dinyatakan secara tegas kepada para utusan-Nya dari setiap umat. Artinya, berita ini jauh-jauh sudah disampaikan oleh Allah SWT sebelum Rasulullah Saaw terpilih menjadi khotaman nabiyyin.

Allah SWT menyampaikan berita kepada Rasulullah Saaw tentang seseorang, di saat Nabi Musa a.s. menjadi utusan-Nya, yang selalu menyuruh kebajikan tetapi dia enggan melakukannya, "Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebajikan, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab (Taurat)? Maka tidakkah kamu berpikir?" (al-Baqarah:44). Allah SWT telah menegaskan kesolehan di zaman Nabi Musa a.s. Keimanan terhadap Allah sudah diundangkan di setiap zaman. Akan tetapi, kebanyakan manusia tidak mengikutinya.

Hadirnya seorang utusan Allah sepertinya tidak diperhatikan oleh kaumnya. Artinya, pada setiap umat sudah dihadirkan penyampai berita dari Allah agar disampaikan kepada umatnya. Allah SWT, dalam hal ini, tidak mengabaikan begitu saja atas seluruh ketentuan-ketentuannya yang mengikat semua umat manusia! Hanya saja, di antara mereka ada yang beriman ada juga yang kafir terhadap nabi-Nya. (bersambung)

avatar

Maka, bila ada manusia yang berakal cerdas tetapi tidak beriman, kesemuanya bergantung kepada manusia itu sendiri. Akal yang menyertai manusia agar dapat merenungkan siapakah yang dapat menciptakan alam semesta ini, seharusnya dapat berpikir dengan sepenuh ketajaman berpikirnya untuk tunduk dan patuh kepada Tuhan Yang Menciptakannya. Karena di setiap zaman, Allah Yang Maha Mulia telah menurunkan para utusan-Nya untuk mengajak beriman hanya kepada Allah.

Oleh karena itu, kecerdasan akal sangat berbeda dengan kecerdasan spiritual (hati). Sekalipun cerdas, bila dia tetap membangkang (tidak mau beriman, tunduk dan patuh kepada Allah), maka apapun yang telah diperbuat oleh akalnya sangat merugi kesudahannya (di akhirat).

Allah SWT benar-benar mengajak kepada seluruh umat manusia, baik yang beriman maupun Yahudi, Nasrani, Shabiin untuk mengikuti keberuntungan di kemudian hari. Dia Yang Maha Bijaksana berada di dalam kekuasaan-Nya. Sesungguhnya Dia Maha Mulia lagi Maha Bijaksana sangat baik kepada manusia makhluk ciptaan-Nya sendiri. Di dalam al-Qur’an yang mulia, Allah berfirman: “Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja di antara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal shaleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati” (al-Baqarah:62).

Sekiranya menusia seluruhnya mengikuti ajakan Allah SWT, maka Thomas Edyson dan James Watt tidak akan merugi kesudahannya (sesudah dia dengan akalnya menciptakan buatannya sendiri untuk kemaslahatan umat manusia. Jika di hatinya mengakui bahwa Allah SWT adalah Tuhan semesta alam, walaupun secara formalitas dia beragama Nasrani, maka Allah Maha Bijaksana akan menentukan penilaiannya sendiri: apakah Allah SWT menghukumi kafir atau muslim fitri).

Dari sini, saya melihat keislaman seseorang juga sangat ditentukan dari keyakinan di dalam hatinya yang senantiasa tidak menolak bahwa Allah adalah Tuhan semua makhluk yang ada di seluruh alam semesta. Pengakuan terhadap Ada-Nya Allah sebagai Tuhan dapat dikategorikan sebagai yang sesungguhnya dia adalah muslim. Sekalipun, saya tidak mengatakan bahwa Thomas Edyson dan James Watt adalah muslim karena mereka telah memberikan kontribusi yang sangat baik bagi umat manusia.

Perbuatan baik tidak menjamin diterimanya perbuatan baik tersebut di dalam timbangan Allah sepanjang siapa pun tidak mengakui Allah adalah Tuhannya. Agak lucu bila seseorang telah bekerja di seorang majikan yang satu, tetapi meminta upahnya pada seorang majikan yang lain.

Maka, bagi kaum muslim sangat beruntung selama masih mengakui Allah adalah Tuhannya. Adapun hukuman bagi mereka yang taat dan tidak taat, maka bukan urusan manusia. Agama sebatas menuntun kepada umatnya (Islam) tentang ketentuan-ketentuan yang telah disyari’atkan. Allah SWT melalui Rasul-Nya Saaw mengajak agar kaum muslim tetap berada di dalam keimanannya untuk meyakini adanya Hari Pembalasan. Maka, bagi muslim yang berharap pahala dari Allah SWT untuk memperoleh keberuntungan, mereka tidak cukup mengakui Allah sebagai Tuhannya, tetapi juga mengamalkan apa yang diperintahkan dan menghindari apa yang dilarang-Nya.

Allah Azza wa Jalla akan memperhitungkan setiap amal seorang muslim walaupun seberat zaroh. Dia Yang Maha Mengetahui berfirman: “Kamu tidak berada dalam suatu keadaan dan tidak membaca suatu ayat dari Al Qur'an dan kamu tidak mengerjakan suatu pekerjaan, melainkan Kami menjadi saksi atasmu di waktu kamu melakukannya. Tidak luput dari pengetahuan Tuhanmu biar pun sebesar zarah (atom) di bumi atau pun di langit. Tidak ada yang lebih kecil dan tidak (pula) yang lebih besar dari itu, melainkan (semua tercatat) dalam kitab yang nyata (Lohmahfuz)” (Yunus:61).

avatar

Saya jadi teringat dgn salah satu firman Allah yg menyatakan kpd Nabi Muhammad saw yg intinya bhw tugasmu hanyalah memberi peringatan, sdg keimanan manusia hanyalah atas kehendak Allah. Benar spt yg pak Ahmad sampaikan. Penilaian sepenuhnya adalah hak Allah. Alhamdulillah.

Dari pernyataan tsb, akan semakin berbesar hatilah setiap manusia dan semakin optimis, karena segala sesuatunya tergantung kepada niatan dalam beramal, apa pun. Subhanallah.

Namun, bgmn sebenarnya makna: "sdh tercatat dalam Lauh Mahfuz?" Bahkan, pencatatannya sdh ada sebelum alam semesta ini ada hingga segala sesuatu yg sebesar zarah pun sudah diatur Allah?

Saya berpendapat bahwa yg dimaksud tercatat dalam Lauh Mahfuz adalah sebuah ketetapan sebab akibat, kalau berlaku buruk akan mendapatkan keburukan, kalau berlaku baik akan mendapatkan kebaikan dan itu berlaku umum. Karena setiap manusia diberi peluang bisa merubah nasibnya, dgn tentunya izin Allah yg bisa merubah apa pun dgn sekejap kun fayakun agar si manusia tidak merasa sombong krn kemampuannya atau tidak merasa minder karena kelemahannya.

Jadi yg ditetapkan di Lauh Mahfuz bukan subjeknya, misalnya si A kelak akan kafir, si B kelak akan husnul khotimah... tp adalah substansi amalannya. Kalau pemahaman seperti itu (sdh ditetapkan pasti kafir, pasti kaya, pasti miskin, dll), maka seseorang akan merasa sia-sia usahanya, tp yg dinilai adalah upayanya dan ketaqwaannya. Di situlah letak kebijaksanaan Allah..

Subhanallah.. alhamdulillah sy bisa mengkaji hal spiritual spt ini dgn Bapak. Sungguh menarik dan hanya ridha Allah yg saya harap. Smga Allah mengizinkan saya mendekatkan diri dgn-Nya.. atas kehendak-Nya walau dgn segala kelemahan saya dalam berupaya.. Amin yra.

avatar

Alhamdulillah! Dialah Pemilik Kebenaran. Maka, dengan begitu, kita patut hanya memuji kepada-Nya.

Saya sangat setuju pernyataan anda, bahwa catatan Allah di Lohmahfuz itu bukanlah berkaitan dengan penetapan terhadap manusia dari sisi kekekalannya yang sudah ditetapkan sebagai seorang manusia yang tanpa disandarkan kepada kebijaksanaan-Nya. Sebaliknya, catatan Allah SWT atas setiap yang dikehendaki-Nya akan diberlakukan sebagai "Pijakan Baku Allah" dalam memberi keputusan atas seluruh perintah dan larangan-Nya kepada manusia dan jin yang telah diciptakan oleh Allah untuk hanya menyembah (beribadah) kepada-Nya. Hal yang sama juga berlaku bagi seluruh makhluk-Nya yang berada di dalam kekuasaan-Nya!

Maka, kehadiran (diturunkannya) al-Qur'an, Injil, Taurat dan Zabur mendudukkan "Pijakan Baku Allah" itu untuk diketahui oleh umat manusia, juga jin! Bahwa Allah memiliki Kitab Induk yang berfakta atas segala ketentuan-Nya untuk memberi penilaian kepada seluruh ciptaan-Nya! Tak ada satu pun catatan-catatan-Nya terlewat atas segala hal yang berlaku bagi semua makhluk ciptaan-Nya.

Allah SWT Maha Mengetahui apapun karena Kitab Induk-Nya telah mencatatnya sekalipun daun yang berjatuhan di tengah malam yang gelap! Allah berfirman: "Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang gaib; tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lohmahfuz)" (al-An'am:59).

avatar

Alhamdulillah.. Terima kasih pak Ahmad.

Bicara lebih lanjut ttg catatan Lauh Mahfuz, msh ada hal yg mngusik pikiran n hati sy.
Uwak sy (abang dr ibu) mmiliki spt "kmampuan" dkat dg Allah. Memiliki klebihan, bs mnerawang n mramalkn suatu kjadian. Caranya bribadah jg agak nyeleneh dr yg dtuntun Rasulullah saw. Bliau tdk mlakukan sholat 5 waktu namun klau mlakukan sholat (spt tata cara Rasulullah), wktunya akn sngat lama n ga bs dganggu. Bliau prnah mngatakan bhw spt itulah seorg yg mndekatkan diri dgn Allah dlm klompok ma'rifat (sy tdk spaham dgn hal ini krn bkn spt itu yg dteladani oleh Rasulullah, entah klau itu dlakukan d zaman sblm dtgnya Rasulullah Muhammad). Atau mgkin pemahaman sy tdk smpai ke situ. Mlalui anaknya, sy mnerima sbuah prnyataan bliau bhw Allah itu diibaratkan sbuah kapur tulis n serbuk yg mnyatukan kapur itu adalah malaikat. Wallahu a'lam, apakah ini pmahaman yg sesat atau tdk. Sy hnya mngakuinya klau pmahaman itu mmg ada dsebutkan di Al-Qur'an, tersirat maupun tersurat. Klau tdk ada, sy tdk akn prnah mngakui prnyataan tsb.

Namun yg anehnya, bliau dkaruniai kmampuan meramal, entahlah bnar atau tidaknya atau apakah krn karunia dr kdekatan dgn Allah dgn caranya spt itu. Swaktu usia 18 thn-an, sy prnah brtanya 3 hal n dramal sbb:
1. Apabila sy brhadap2an d jalan dg seorg wanita, dia melihat sy n trsenyum, kejar n dialah jodoh sy.
2. Rezeki sy kelak akn mnyeberang.
3. Khidupan sy tdk jauh brbeda dg bapak sy.
Dmikian dramalkan n wktu itu sy antara prcaya n tdk nmun ingin mbuktikannya.

Faktanya, s/d usia sy di 35 thn ini, ramalan point 1 n 2 sptnya tepat. Jodoh dg prtemuan spt dramalkan cocok n rezeki sy kali ini benar2 nyeberang dr pulau kelahiran sy walau awalnya sy bkrja di sumatera. Ntah bgmn sy "dpaksa" utk nyeberang. Awalnya sy bkrja d sumut n krn prusahaan tutup, sy diajak k jawa tp kmudian sy brhenti krja n kmbali k sumatra utk mncari krja n dterima (tdnya sy kira ramalan uwak sy tdk tepat krn sy kmbali krja d sumatra). Ntah bgmn, ats satu keadaan, sy dpindahkan k kalimantan (akhirnya nyberang pulau jg sd skrg). Wallahu a'lam ats kbenaran ramalan tsb. Tp ya Allah, sy mhn prlindungan dr syirik. Tnggal point ke-3 yg ingin sy uji kbenarannya. Sy ingin lebih dr bapak sy yg kehidupannya trmasuk cukup namun sy ingin lebih baik. Apakah apa pun yg sy usahakan kmbalinya akn spt prnytaan di point 3? S/d skrg sptnya mmg dmikian, entahlah di masa yg akn dtg apakah akn ada prbaikan dgn kehendak Allah… Wallahu a'lam.

Bgmn mlihat fakta ini brkaitan yg trtulis d Lauh Mahfuz, apakah mmg msh sbntuk formula yg bs diubah2 hasil prhitungannya (nasibnya) atau sbuah ketetapan? Apakah mmg bnar ada spt "info" yg dicuri dr langit akn suatu ktetapan keadaan (spt dkisahkan dlakukan oleh jin Ifrit?). Hal ini byk trjadi di msyarakat mngenai jasa ramal meramal yg sy pahami sbg suatu tindakan syirik yg trgolong dosa besar namun mreka yg meramal slalu mngatasnamakan Allah ats tndakannya n mmbca Al-Fatihah n do’a2 yg ada di Al-Qur’an. Mgkin ada karunia Allah yg disalahgunakan? Atau apakah ada prbedaan pndapat akn hal ini?

Mhn pncerahan dr Pak Ahmad dg karunia Allah.. sy spt msh bimbang dg prnyataan dr pmahaman sy sndiri dg knyataan yg ada. Sy ingin kmbali kpd Al-Qur’an yg brsumber dr Sang Maha Pemberi Petunjuk. Smg Allah mlindungi sy dr godaan syetan yg trkutuk.

avatar

Adalah Dia Yang Mahaesa dalam diri-Nya!

Maha Suci Allah dari yang menyekutukan-Nya. Allah adalah Tuhan Yang Maha Kuasa, maka tak ada satu makhluk pun yang dapat mencampuri-Nya. Dia berbuat sebagaimana kehendak-Nya berbuat. Inilah kemahabesaran-Nya.

Dunia ini bukanlah tempat yang dapat menentukan kehebatan atau kemampuan setiap makhluk-Nya. Maka, ketika manusia 'memiliki' kemampuan sebenarnya adalah pemberian. Jadi, manusia sesungguhnya hanya diberi dan menggunakannya.

Siapakah yang telah memberi kemampuan itu? Dialah Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Allah SWT telah berjanji kepada manusia yang beriman tentang bukti nyata atas kemahakuasaan-Nya apabila dia bertakwa kepada-Nya!

Allah SWT berfirman, "(Bukan demikian), sebenarnya siapa yang menepati janji (yang dibuat)nya dan bertakwa, maka sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertakwa" (Ali Imron:75). Allah SWT bermaksud meminta kepada orang-orang yang beriman agar berjanjilah di hadapan Allah dengan sesungguhnya untuk bertakwa kepada-Nya. Maka, Allah pun pasti menepati janji-Nya, yakni memuliakan dirinya di sisi-Nya. Allah SWT berfirman:

"Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal" (al-Hujuraat:13).

Adakah yang lebih mulia dari orang yang bertakwa? Anda dapat membaca tulisanku: "Kemulian Diri." di blog ini.

Mulia bermakna utama dalam diri seseorang karena kedekatannya dengan Allah! Dalam dia ada Dia. Allah seada-Nya sedangkan Dia berada bersamanya. Maka, dalam dia ada Dia bersatu dalam satu bagian yang tak sama. Sekiranya dia adalah lilin, maka Dia adalah matahari. Apabila berada di dalam yang satu, cahaya mataharilah yang memancarkan sinar yang sangat terang. Lilin hanya berada di dalam cahaya-Nya. Maka, tak tampaklah dia yang adalah hamba-Nya. Sedangkan Dia Yang Maha Bijaksana menerangi dirinya seolah tiada duanya.

Saya membuat perumpamaan orang yang sudah mengenal Tuhannya (ma'rifat). Dalam satu bagian yang tak sama bermakna bahwa sekalipun dalam satu wadah tetapi lilin adalah lilin dan matahari adalah matahari. Dia senantiasa bersamanya bermakna Allah rido kepada hamba-Nya karena kecintaan kepada-Nya atas janjinya kepada-Nya.

Keutamaan yang diperoleh karena kecintaan kepada-Nya menjadi bukti akan janji-Nya. Dengan bukti nyata itulah Allah bermaksud memperlihatkan tanda-tanda kebesaran-Nya bagi orang-orang yang mau berpikir.

Maka, sulitlah orang-orang yang belum menjangkau-Nya. Pandangan akal manusia sulit menembus diri-Nya bila belum mendapatkan karunia al-Hikmah dari Dia Yang Maha Mulia. Anda adalah seorang manusia yang belum diperkenankan untuk memahami apa yang disebut dengan "Aku dan Dia dalam dia yang senantiasa mengetahui dirinya di hadapan Dia Yang Mencintainya." Maha Benar Allah atas segala janji-Nya.

Kemampuan meramal bukan sebutan yang tepat, selain kepalsuan. Bagi yang sudah mencapai kekuasan-Nya, maka istilahnya adalah sebuah kepastian, bukan dugaan ataupun hayalan. Jadi, bukan ramalan, tetapi adanya kepastian yang diberitakan. Allah Azza wa Jalla Maha Pencipta Yang Maha Goib lagi Berkuasa atas Satu Berita yang diamanatkan kepada hamba-Nya tidaklah menentang ketentuan-Nya melainkan sebagai tanda bukti akan kemahabesaran-Nya.

Itulah keluasan kasih sayang-Nya kepada siapa pun hamba-Nya yang tunduk dan patuh kepada-Nya. Pintu goib telah dibuka atas dia yang menghadap kepada-Nya penuh kekhusyu'an dalam menyembah kepada-Nya.

Solatnya bukanlah semata-mata, akan tetapi yang sesungguhnya solat. Syari'at adalah sandaran hukum yang menetapkan atas umat Rasulullah Saaw agar menetapi di dalam ketentuan-ketentuan yang telah dikabarkan kepada umatnya. Adapun Allah berkehendak menunjuki bagaimana yang seharusnya solat tak ada yang dapat mengurusi-Nya. Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (bersambung)

avatar

(sambungan komentar)

Manusia yang beriman lagi beramal soleh adalah manusia yang mengawali dengan keseriusan sebagai seorang hamba Allah. Syari'at adalah panduan bagi dirinya sebagai muslim yang tidak dapat diabaikan. Mengerti syari'at merupakan syarat untuk memahami apa hakikatnya. Mustahil, orang-orang beriman lagi mengenal Tuhannya melampaui syari'atnya tanpa mengetahui bagaimana hakikatnya.

Jadi, syari'at tak terabaikan seakan menjadi landasan untuk berpijak menuju kepada hakikatnya. Inilah orang yang sudah mulai mendekat kepada-Nya. Belum dekat sekali kepada-Nya.

Perjalanan hidup menjadi bagian yang tak terabaikan ketika ingin menjumpai Tuhannya. Ujian adalah jawabannya. Maka, ketika sabar dan terus mendekati-Nya, Allah Maha Bijaksana memenuhi harapannya: Berjumpa dengan-Nya di Arsy-Nya!

Ma'rifatillah merupakan serangkaian perjalanan menuju kepada Allah! Maka, tidaklah disebut ma'rifat sekiranya belum pernah menjalankan perintah-Nya dan menerima ujian dari Dia Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang!

Bagaimana sesudah dia diterima oleh Rajanya manusia di dalam hadirat-Nya? Dialah Yang Maha Berkuasa atas diri-Nya dan tak ada satu makhlukpun dapat menghalangi apa yang menjadi kehendak-Nya.

Bagi-Nya dia berada di dalam kasih sayang-Nya, berada di dalam kekuasaan-Nya, berada di dalam kehendak-Nya, berada di dalam naungan-Nya, berada di dalam kemampuan atas makhluk-Nya dan banyak selain itu yang berada di dalam-Nya. Bukan berada di luar kekuasan-Nya.

Petunjuk adalah panduan kini sesudah berjumpa dengan-Nya. Tiada kekuatan apapun selain karena pertolongan-Nya! Maka, baginya kenikmatan diperoleh tanpa akal berpikir memusingkan kepala. Apa yang menjadi petunjuk dipastikan kebetulannya. Dalam ‘berita’ yang ditulis di Lohmahfuz tidaklah menghilangkan ketentuan-Nya karena Dialah Pemiliknya! Akan tetapi, keyakinan untuk memohon dapat mengubah ketentuan-Nya. Dialah Yang Maha Bijaksana!

Do’a dan dzikir adalah senjata orang yang beriman lagi meyakini akan kehebatan-Nya sebagai Penguasa Tunggal alam semesta. Bila do’a dan dzikir tanpa menghiasi diri, maka Allah memperlakukan kehendak-Nya. Bermohonlah sebagai hamba-Nya dalam kasih sayang-Nya, maka Dia pasti mengabulkan permohonan hamba-Nya. Insya Allah.

avatar

Alhamdulillah... terima kasih Pak Ahmad atas pencerahannya.

Dgn demikian, semakin jelas saya rasakan bagaimana Allah sebenarnya n apa yg hrs dilakukan hamba-Nya. Alhamdulillah, skrg saya mengerti kenapa saya atau manusia lainnya diberi akal utk berpikir dan mengkaji. Belum dekatnya saya dgn Allah krn belum adanya keseriusan saya dalam menghadap-Nya. Kesombongan akan membutakan mata hati dan selama masih ada sbesar biji zarah kesombongan, maka surga akan menjadi tempat yg sulit utk dijangkau. Astaghfirullahal'adzim.

Sungguh mulia Rasulullah Muhammad yg telah menyempurnakan hablum minAllah n hablum minannas. Sungguh maha mulia n maha kuasa Allah yg telah menciptakan kesempurnaan kehidupan dunia n akhirat. Dan pantaslah sebentuk pengakuan syahadat diucapkan dalam lafadz dan hati: Asyhaduallaailaaha illAllah... wa asyhaduanna Muhammadurrasulullah!

Penilaian atas hamba-Nya adalah sepenuhnya hak Allah. Saya berserah diri kepada-Nya dan memohon ampun atas segala kelemahan berupaya dan segala dosa n kesalahan. Sembari menengadahkan tangan mengharap ridha-Nya dan mengharapkan kebaikan hidup di dunia n akhirat...


EmoticonEmoticon

Post a Comment

NEXT ARTICLE Next Post
PREVIOUS ARTICLE Previous Post
 

Delivered by FeedBurner