-->

Translate This Blog

25.6.11

Orang-Orang yang Membeli Kesesatan dengan Petunjuk



أولئك الذين اشتروا الضلالة بالهدى فما ربحت تجارتهم وما كانوا مهتدين
“Mereka itulah orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk, maka tidaklah beruntung perniagaan mereka dan tidaklah mereka mendapat petunjuk“ (Q.S. Al-Baqarah : 16).

مثلهم كمثل الذي استوقد نارا فلما أضاءت ما حوله ذهب الله بنورهم وتركهم في ظلمات لا يبصرون
“Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api, maka setelah api itu menerangi sekelilingnya Allah hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka, dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat” (Q.S. Al-Baqarah : 17).

Ayat-ayat di atas masih mengait dengan ayat-ayat yang menerangkan tentang orang-orang yang menipu Allah dalam hal keimanan kepada-Nya. Perumpamaan yang dijatuhkan oleh Allah Azza wa Jalla kepada mereka seperti api yang dapat menerangi sekeliling mereka, lalu Allah hilangkan cahayanya sehingga tampak gelap yang menjadikan mereka tidak dapat melihat.

Baca: Orang-Orang yang Menipu Allah

Itulah yang dimaksud ‘membeli’ kesesatan (kegelapan) dengan petunjuk (cahaya terang). Allah Azza wa Jalla sebenarnya telah menunjuki mereka dengan agama-Nya. Sebab keislaman seseorang merupakan petunjuk yang sudah ditetapkan oleh Allah kepada orang-orang yang telah memeluknya.

فإن حآجوك فقل أسلمت وجهي لله ومن اتبعن وقل للذين أوتوا الكتاب والأميين أأسلمتم فإن أسلموا فقد اهتدوا وإن تولوا فإنما عليك البلاغ والله بصير بالعباد
“Kemudian jika mereka mendebat kamu (tentang kebenaran Islam), maka katakanlah: "Aku menyerahkan diriku kepada Allah dan (demikian pula) orang-orang yang mengikutiku". Dan katakanlah kepada orang-orang yang telah diberi Al Kitab dan kepada orang-orang yang ummi: "Apakah kamu (mau) masuk Islam?" Jika mereka masuk Islam, sesungguhnya mereka telah mendapat petunjuk, dan jika mereka berpaling, maka kewajiban kamu hanyalah menyampaikan (ayat-ayat Allah). Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya” (Q.S. Ali Imron : 20).

Maka, amat rugilah mereka yang ‘membeli’ kesesatan itu dengan petunjuk-Nya. Kerugian yang diperoleh ibarat orang yang sedang melakukan suatu perniagaan (perdagangan). Allah Swt tidak akan memberi petunjuk sehingga mereka terombang-ambing di dalam kesesatan mereka.

Orang-orang sesat seolah telah melakukan suatu perbuatan benar dalam pandangan (pikiran)-nya. Padahal tidak. Hilangnya cahaya dari dalam diri orang-orang yang menipu Allah, disebabkan karena Allah telah mengambilnya, hanya akan muncul kembali sekiranya mau bertobat dengan sebenar-benar tobat kepada-Nya.

Kaum muslim sebenarnya adalah kaum yang telah diberi petunjuk oleh Allah. Dia (Allah) menghendaki kepada mereka agar menjadi mukmin sejati, bukan sekedarnya mengakui keberadaan Allah Swt sebagai Tuhan Yang Mahaesa (Tauhid). Akan tetapi, Allah Azza wa Jalla memerintahkannya untuk menjadi bertakwa. Ketakwaan hanya dapat dicapai sekiranya keimanan mereka dibarengi dengan beramal soleh.

Saya telah menguraikan secara terperinci tentang amal soleh pada tulisan saya tentang “Makna Surat Al-‘Ashr”. Secara ringkas, saya akan menjelaskan kembali di sini. Amal soleh adalah suatu perbuatan yang mengacu kepada perintah dan larangan Allah. Apapun amal yang kita lakukan agar dirujuk kepada hukum-hukum yang sudah ditegaskan di dalam Al-Qur’an maupun hadits Nabi Saaw. Suatu amal dipandang soleh sekiranya amal (apakah wajib, sunah atau mubah) itu berdampak positif terhadap orang yang melaksanakannya. Jika suatu amal dianggap wajib, solat misalnya, maka sebagai suatu kewajiban yang harus dipenuhi (perintah Allah wajib ditunaikan) tidak boleh bercampur dengan yang dilarang-Nya.

Contoh solat sebagaimana disebutkan di dalam Al-Qur’an, bahwa solat (yang sesungguhnya) akan dapat mencegah dari perbuatan-perbuatan mungkar dan keji. Allah Swt berfirman:

اتل ما أوحي إليك من الكتاب وأقم الصلاة إن الصلاة تنهى عن الفحشاء والمنكر ولذكر الله أكبر والله يعلم ما تصنعون
“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Qur'an) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan” (Q.S. Al-‘Ankabuut : 45).

Ayat ini dengan tegas menyebutkan bahwa solat itu mencegah dari keji dan mungkar. Satu sisi, solat adalah perintah wajib, sedangkan, sisi lain, mungkar dan keji adalah keburukan (sebagai yang dilarang oleh Allah). Maka, solat merupakan amal wajib yang soleh (bajik) sekiranya dapat mencegah dari perbuatan yang dilarang oleh Allah. Jika terjadi sebaliknya, maka solat (nya) itu tidak dapat dianggap sebagai amal soleh.

Dari sini, sesungguhnya kita dapat menilai solat kita sendiri, apakah solat yang sudah kita tunaikan telah dapat mencegah dari perbuatan yang dilarang oleh Allah? Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang telah kita kerjakan. Allah Azza wa Jalla menegaskan solat orang-orang yang telah menipu Allah pada ayat berikut:

إن المنافقين يخادعون الله وهو خادعهم وإذا قاموا إلى الصلاة قاموا كسالى يرآؤون الناس ولا يذكرون الله إلا قليلا
“Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali” (Q.S. An-Nisa : 142).

Kualitas keimanan seseorang terukur dari keseriusan dalam melaksanakan perintah dan menjauhi larangan-Nya. Apabila seseorang beribadah kepada Allah Swt, maka tidak akan melaksanakannya dengan penuh khidmat, melainkan dia menjalankannya dengan sangat memahaminya. Tingkat pemahaman bersumber dari dalam jiwanya atas apa yang telah diperbuatnya.

Secara fitrah, manusia mukmin dibimbing oleh hatinya sendiri yang senantiasa mengajak kepada kebenaran. Orang yang senantiasa mendengarkan suara hatinya, maka tindakan untuk menentangnya akan dihindari.

Hati menjadi sumber pengetahuan yang sesungguhnya di saat akal tidak mampu menjangkau kebenaran yang hakiki. Dalam proses pemahaman atas nilai-nilai kebenaran, hati atau diri atau jiwa atau ruh sudah dipersiapkan oleh Allah Swt sebagai bagian dari keberadaan manusia sebagai makhluk ciptaan-Nya. Akal, di sisi lain, diciptakan untuk mengerti terhadap petunjuk-petunjuk Allah yang tersebut di dalam Al-Qur’an lewat belajar (proses berpikir).

Semua umat manusia telah dilengkapi dengan kedua anugerah Allah tersebut. Akan tetapi, kebanyakan manusia tidak menyadarinya. Inilah yang menyebabkan kaum mukmin (yang masih sebatas beriman secara apa adanya) senantiasa mengikuti petunjuk Allah dengan akalnya semata-mata tanpa mengikutinya lewat suara hatinya. Perpaduan antara kedua anugerah Allah (akal dan hati) tersebut sangat berpengaruh terhadap tingkat kualitas keimanannya.

Di sisi lain, hatinya diabaikan dari mengingat Allah. Maka, lengkaplah sudah keimanannya mengikuti apa kata akalnya semata-mata. Kemanakah suara hatinya? Allah Azza wa Jalla telah ‘menenggelamkannya’ karena akalnya telah mendominasi dirinya atau jiwanya atau ruhnya atau hatinya. Maka, tiada cahaya di dalam jiwanya selain kegelapan yang menyesatkan.

Saya meyakini banyak kalangan yang tidak sependapat dengan penjelasan saya bila hatinya tidak berdzikir kepada-Nya. Hal itu disebabkan karena akalnya yang terlampau mendominasi. Saya, sebaliknya, berpandangan bahwa orang-orang yang senantiasa berkhidmat di dalam hatinya menyebut asma Allah di setiap keadaan dan waktu (pagi, siang, sore dan malam hari, juga dalam keadaan berdiri, duduk atau dalam keadaan berbaring), maka akan searah dengan penjelasan saya tersebut.

Islam sebagai agama yang diridoi oleh Allah Swt telah membawa rahmat bagi pemeluknya. Allah Swt sesuai kehendak-Nya menyertakan cahaya-Nya untuk menerangi kegelapan. Karena itu, sekiranya kaum muslim mengikuti cahaya Allah yang tersimpan di dalam jiwanya, dia tentu saja tidak menjadi buta (gelap) dalam hatinya. Dengan kata lain, sebagaimana firman-Nya (Q.S. Ali Imron : 190-191), bahwa orang-orang yang disebut menggunakan akalnya (Ulil Albab), justru orang yang hatinya senantiasa berdzikir kepada-Nya. Allah pun rido cahaya-Nya akan menerangi dirinya. Tidak gelap, tidak sebagaimana otaknya yang selalu memikirkan dirinya sendiri.

Adakah manusia yang sudah mampu dengan akalnya dapat memahami ayat-ayat Allah sekiranya Dia Yang Maha Bijaksana tidak menerangi hatinya? Mustahil. Sulit bagi siapapun bila semata-mata akalnya tanpa disertai dengan merindu kepada-Nya diberi kemudahan ‘menangkap’ isi kandungan Al-Qur’an. Kita sangat membutuhkan rahmat-Nya.

Bergegaslah Raih Cahaya-Nya


Untuk meraih ilmu Allah (yang terpancar dalam cahaya-Nya) dibutuhkan upaya-upaya yang sangat mendukungnya. Sekiranya tidak ada ‘dukungan’ sama sekali, mustahil cahaya-Nya (yang adalah ilmu-Nya) dapat diraih. ‘Dukungan’ apa saja yang dibutuhkan?

Allah Azza wa Jalla sangat Menghendaki kaum mukmin agar senantiasa berkhidmat apabila dia beribadah kepada-Nya. Berkhidmat berarti bersungguh-sungguh yang diniatkan untuk secara terus menerus (istiqamah) mendekati-Nya. Maka, keikhlasan menjadi dasar yang sangat menentukan bagi siapa pun yang bersungguh-sungguh memperoleh kasih sayang-Nya.

Adalah sejalan dengan yang dikehendaki Allah sekiranya orang-orang yang beriman kepada-Nya sangat merindukan secara ikhlas untuk memperoleh balasan Allah atas keikhlasan merindukan-Nya. Tidak ada keterpaksaan, apalagi berpura-pura. Inilah yang disebut dengan ‘dukungan.’

Kata kuncinya adalah ikhlas. Siapa pun yang secara ikhlas beribadah kepada-Nya, maka Allah pun rido (ikhlas) menempatkannya sebagai hamba-Nya. Sayangnya, kebanyakan manusia sangat jauh dari ikhlas beribadah kepada-Nya. Sebaliknya, kebanyakan manusia lebih sering terpaksa daripada ikhlas. Orang-orang yang tidak ikhlas disebut juga orang yang sesungguhnya terpaksa atau malas dalam beribadah kepada-Nya, selain hanya ingin menunjukkan dirinya telah beriman (riya). Ibadahnya dilakukan hanya untuk menipu Allah (lihat Q.S. An-Nisa : 142 di atas).

Keikhlasan seseorang dalam beribadah sangat dipengaruhi oleh suasana jiwanya (hatinya atau ruhnya atau dirinya). Kegelisahan, kegalauan, kebimbangan, keragu-raguan yang terselip di dalam hati adalah penyebab orang-orang menjadi malas atau terpaksa tanpa segenap jiwa untuk melakukannya.

Hal-hal yang seperti itu disebut sebagai penyakit hati. Sebagaimana suatu penyakit yang diderita oleh siapa pun, maka harus segera diobati sekiranya berharap kesembuhan. Siapa pun pasti tidak ingin hatinya berpenyakit. Hanya saja, kebanyakan merasa dirinya tidak berpenyakit. Kekeliruan kaum muslim (orang yang sudah mengakui Allah sebagai Tuhannya dan Nabi Muhammad Saaw sebagai utusan Allah) menganggap bahwa yang disebut sebagai penyakit hanya dapat terjadi di bagian realitas (fisik) saja. Sementara tidak menyadari bahwa sesungguhnya manusia hadir di alam dunia tidak semata-mata hanya ada jasadnya saja, juga ruhnya (hatinya).

Seorang pasien yang mengalami suatu penyakit lahir (jantung, misalnya), dia akan mendatangi seorang dokter spesialis jantung untuk diobati penyakitnya. Penyakit semacam ini masih sering dipandang hanya sebagai penyakit lahir semata. Pengalaman saya memperjelas keadaan seseorang yang mengalami detak jantung yang sangat kuat, padahal jantungnya sehat. ‘Detak’ jantung, yang merupakan indikasi adanya gejala penyakit jantung, tidak selalu terbukti sebagai penyakit lahir (jantung). Sebaliknya, saya memperoleh ‘pengetahuan’ yang menunjukkan bahwa ‘detak’ jantungnya sangat terasa kuat lebih merupakan akibat ada gangguan iblis yang bersarang di dadanya (jantungnya). Saya menyatakan demikian karena saya, alhamdulillah, diberi karunia dapat ‘menyembuhkan’ (istilah ini terkait dengan kekuasaan Allah. Sesungguhnya Dia lah yang menyembuhkannya) orang-orang yang diduga berpenyakit lahir (jantung), padahal detak jantungnya disebabkan iblis berupaya ‘keluar’ dari persembunyiannya setelah saya transfer cahaya ke bagian dadanya (jantungnya).

Pengetahuan semacam ini sesungguhnya lahir karena Allah Azza wa Jalla dengan sangat rido menerangi hati yang senantiasa merindu (berdzikir) kepada-Nya. Cahaya Allah dapat menerangi kegelapan. Iblis adalah makhluk ciptaan Allah yang selalu bersembunyi di dalam ‘kegelapan’. Hati atau ruh atau diri atau jiwa yang tak pernah dzikir kepada Allah adalah ‘gelap’, dan iblis sangat menyenanginya. Bila ada kaum muslim yang sangat sedikit mengingat Allah Yang Maha Suci, maka hatinya pun belum suci. Dalam keadaan hati seperti itulah iblis menjadikannya sebagai sarang untuk menguasai diri manusia.

Oleh karena itu, bersegeralah untuk mengelola hati dengan cara berdzikir kepada-Nya. Mengingat Allah secara ikhlas sangat mempengaruhi suasana jiwa seseorang. Jika dilakukan sebaliknya, dalam keadaan terpaksa atau malas, Allah sesungguhnya Maha Mengetahui. Berdzikir secara ikhlas membutuhkan pengakuan akan kelemahan diri di hadapan kemahabesaran-Nya seraya berdo’a kepada-Nya:

Duhai Allah Yang Maha Mulia,
Sesungguhnya diriku ini adalah milik-Mu
Maka, mustahil bagi diriku akan menguasai diri-Mu
Padahal, yang aku ketahui bahwa Engkau adalah Tuhanku Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana
Adakah bagiku untuk selalu angkuh akan kemuliaan diri-Mu?
Tidak ya Allah
Kini, aku menyadari bahwa diriku hanyalah seonggok daging yang ditopang oleh tulang yang sangat rapuh, lemah dan tak berdaya
Sekiranya bukan karena Engkau yang menolongku, mustahil bagi diriku dapat memahami bagaimana kehendak-Mu atas diriku
Duhai Allah Yang Maha Bijaksana,
Sesungguhnya aku sangat berharap akan keluasan ilmu-Mu untuk mengikis kesombongan diriku yang dikuasai oleh iblis sang penggoda terhadap keangkuhan akalku yang selalu merasa pandai atas kemahabesaran-Mu
Demi Allah Yang Telah Menciptakan diriku dalam keadaan lemah tak berdaya,
Mustahil bagiku mampu untuk mencintai-Mu
sekiranya Engkau biarkan diriku untuk berdzikir tanpa pertolongan-Mu
Tanamkan dalam jiwaku, duhai Yang Maha Mulia, kesanggupan untuk mengingat-Mu di setiap waktu dan keadaan diriku agar mampu untuk merindu kepada-Mu
Sungguh bahwa untuk mencintai-Mu dibutuhkan kesetiaan diriku senantiasa menyebut-nyebut asma-Mu Yang Agung tanpa terpaksa dan merasa lelah
Untuk itulah aku sangat mengharap kasih sayang-Mu supaya aku menjadi berarti dalam menjalani hidup di alam dunia yang fana ini.
Duhai Allah Yang Maha Terkasih dari segala yang mengasihi *** 
NEXT ARTICLE Next Post
PREVIOUS ARTICLE Previous Post

12 komentar

avatar

Maaf, Pak Ahmad bisa mengobati orang sakit ya? Penyakit apa aja? Bagaimana methode nya? Apakah pasien mengamalkan dzikir/wirid tertentu? Terima kasih -Dee-

avatar

Alhamdulillah Subhanaka ya Ilahi wa ana minadh dhalimin!

Segala puji hanya milik Allah! Allah Yang Maha Suci, sedangkan diriku adalah dari golongan orang-orang yang selalu berbuat dhalim! Adakah saya 'dapat' mengobati?

Semuanya hanya karena Allah! Saya hanyalah 'diberi'! Saya tidak mungkin 'dapat' sekiranya bukan karena Dia Yang Maha Mulia lagi Maha Bijaksana!

Allah Yang Maha Menyembuhkan adalah andalanku! Maka, bagiku bukan persoalan sulit karena Dia lah Yang Dapat Mengobati dan Menyembuhkan! Keyakinan yang kuat (Haqqul yaqin) akan kemurahan-Nya kepada hamba-hamba-Nya menyebabkan semua dapat terjadi!

Karena itu, sekiranya Dia (Allah) berkehendak untuk kesembuhan dari berbagai penyakit, itu bukan mustahil dan bukan sulap (palsu)!

Saya, sekali lagi, tak mungkin 'dapat' sekiranya Allah Swt tidak saya andalkan! Hanya dengan mengandalkan Allah sajalah keajaiban dapat terjadi! Dan, semua itu disebabkan adanya keistiqamahan dalam merindu (dzikir) di dalam hati atau jiwa atau ruh atau diri kepada-Nya Yang Maha Mengetahui segala perkara goib dan syahadah (nampak)!

Metodenya adalah Al-Hikmah! Saya hanya 'dapat' mengobati dan Allah berkenan untuk menyembuhkannya karena kebijaksanaan-Nya (Al-Hikmah)! Dengan Al-Hikmah, semua berjalan dengan sendirinya tanpa harus membaca buku atau kitab pengobatan! Tanganku dengan sendirinya dapat mendeteksi penyakit! Kemudian, "aku yang sesungguhnya (ruhku)" memberitakan setiap hal yang sudah ditetapkan oleh Allah! Begini dan begini!

Saya yang di lahir (otakku, tanganku, seluruh anggota badanku) merespon berita tersebut! Maka, berjalanlah secara otomatis! Inilah yang saya maksud dengan Allah Yang Maha Mulia telah berkenan 'Mengajarkan' Al-Hikmah kepada siapa yang Dia kehendaki! Kemulian Diri-Nya telah terpancar ke dalam jiwa atau hati atau ruh atau diri saya yang sangat lemah dan tak berdaya!

Dzikir? Allah Swt telah berfirman pada ayat 190-191 surat Ali Imron, yang menegaskan bahwa yang disebut Ulil Albab (orang-orang yang berakal) adalah mereka yang hatinya senantiasa mengingat Allah (dzikrullah) dalam keadaan berdiri, duduk atau dalam keadaan berbaring dan senantiasa memikirkan (merenungkan untuk mendapati Al-Hikmah dari Allah Yang Maha Bijaksana) atas penciptaan langit dan bumi, seraya berkata (di dalam hatinya):"Duhai Allah, sesungguhnya Engkau Ciptakan langit dan bumi (serta yang berada di dalamnya dan di antara keduanya) tanpa sia-sia! Maha Suci Engkau! Peliharalah kami dari siksa api neraka."

Jadi, dzikir dilakukan bukan karena sedang mengobati! Akan tetapi, jauh sebelum itu, dzikir sudah menjadi bagian yang tak terhindar dari bagian hidupnya tanpa dilakukan dengan merasa terpaksa maupun lelah (ikhlas)!

Saya berharap anda dapat membaca tulisan-tulisan saya sebelumnya untuk mengetahui bagaimana seharusnya seorang mukmin dapat dicintai oleh Allah! Saya hanya ingin menegaskan di sini, bahwa karunia yang dianugerahkan oleh Allah Yang Maha Bijaksana bagi yang sungguh-sungguh mencintai-Nya tidak hanya 'mampu' membantu orang lain yang sedang menderita penyakit (lahir) semata, tetapi juga pada hal-hal lainnya yang sulit dimengerti oleh akal!


Salam dari jauh,


Ahmad

avatar

Pak Ahmad tinggal di Jakarta? Ada alamat email yang bisa dihubungi?

avatar

Klo mau berobat, bagaimana caranya?

avatar

Asyhadu an laa ilaaha illallaah, wa asyhadu anna Muhammadan Rasulullaah! Saya bersaksi bahwa tiada Tuhan kecuali Allah dan saya bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah!

Dua kalimat syahadat adalah suatu komitmen seseorang yang telah mengakui bahwa tiada Tuhan kecuali Allah dan Nabi Muhammad Saaw sebagai utusan-Nya! Komitmen ini sangat penting untuk dipegang teguh sebagai bentuk perjanjian antara diri (nya) dengan diri (Nya) dalam hal menjalankan segala bentuk perintah dan larangan yang telah ditetapkan di dalam firman-Nya yang disampaikan kepada Rasul-Nya Saaw!

Maka, sebagai wujud bukti bahwa dia telah menjadi seorang muslim, dengan alasan apapun, dia tidak boleh menghindar dari komitmen tersebut! Karena itu, Allah Azza wa Jalla akan memberlakukan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan-Nya di dalam Al-Qur'an dan Al-Hadits!

Akan tetapi, sebagai Tuhan Yang Maha Bijaksana, Allah Swt memberlakukan segala ketentuan-Nya dengan kehendak-Nya sepadan dengan maqam (kedudukan) seorang muslim tersebut! Bagaimanakah Allah Yang Maha Mulia berbuat dengan penuh kasih dan sayang-Nya kepada seorang muslim ketika dia mengaku telah melanggar seluruh komitmennya? Di sinilah kita mendapati bahwa Allah Swt sungguh Maha Bijaksana memberlakukan atas pelanggaran yang dilakukan kaum muslim dengan pemberian ampunan sekiranya mereka mau bertobat dengan sebenar-benar tobat kepada-Nya!

Apakah taubatan nasuha akan memastikan bagi pelakunya diterima oleh Allah sebagai seorang muslim yang sudah terbebas dari segala dosa yang pernah dilakukannya?

Dalam hal pengampunan atas dosa seseorang, disengaja atau tidak disengaja, besar ataupun kecil, sesungguhnya Allah adalah Maha Pengampun! Allah Swt berjanji (dan pasti ditepati) bahwa Dia akan mengampuni dosa-dosa dan kesalahan-kesalahan seseorang yang menghadap kepada-Nya! Di dalam Al-Qur'an, Allah Swt menyeru kepada kaum beriman untuk bertobat:

يا أيها الذين آمنوا توبوا إلى الله توبة نصوحا عسى ربكم أن يكفر عنكم سيئاتكم ويدخلكم جنات تجري من تحتها الأنهار يوم لا يخزي الله النبي والذين آمنوا معه نورهم يسعى بين أيديهم وبأيمانهم يقولون ربنا أتمم لنا نورنا واغفر لنا إنك على كل شيء قدير

"Hai orang-orang yang beriman, bertobatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang yang beriman bersama dengan dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: "Ya Tuhan kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu" (Q.S. At-Tahrim : 8).

Taubatan nasuha, insya Allah, memastikan penghapusan dari segala dosa dan kesalahan! Lalu, bagaimanakah yang seharusnya dilakukan dengan taubatan nasuha? Dalam Al-Qur'an, Allah Swt menjelaskan demikian:

ومن تاب وعمل صالحا فإنه يتوب إلى الله متابا

"Dan orang yang bertobat dan mengerjakan amal shaleh, maka sesungguhnya dia bertobat kepada Allah dengan taubat yang sebenar-benarnya" (Q.S. Al-Furqan : 71).

Dari ayat ini, sesungguhnya orang yang bertobat adalah dia yang mengakui segala kesalahan-kesalahannya di hadapan Allah Azza wa Jalla (dalam hal ini khusus dilakukan dengan melakukan shalat taubat) kemudian, sesudah itu, dia tidak mengulangi kembali kesalahan-kesalahannya yang digantikan dengan menjalankan amal soleh (amal yang secara syar'i dibenarkan dan mengetahui hakikat dari amal tersebut untuk ditunaikan dengan sungguh-sungguh)! (bersambung)

avatar

(Sambungan)

Lakukanlah saat hati sudah merasakan perlu untuk segera menghadap kepada Allah lewat solat tengah malam (sepertiga malam)! Minimal 2 (dua) rakaat! Setelah selesai solat akuilah atas kesalahan-kesalahan yang telah dilakukannya kepada Allah Azza wa Jalla seraya berkata (saya insya Allah hanya membantu, tidak bermaksud menggurui anda):


Duhai Allah,

Apapun yang sudah aku lakukan sebagai seorang yang telah berikrar kepada-Mu untuk hanya beribadah kepada-Mu, sungguh tidak sebagaimana yang telah Engkau tetapkan di dalam firman-Mu!

Akan tetapi, justru sebaliknya, diriku telah tersesat mengikuti hawa nafsuku yang selalu mengajakku untuk melakukan banyak kesalahan

Semua itu disebabkan karena kebodohanku tidak memperhatikan apa yang sudah Engkau tunjukkan di dalam Al-Qur'anul Karim dan yang disabdakan oleh Rasul-Mu yang mulia!

Kini, diriku menghadap kepada-Mu memohon belas kasihan-Mu untuk sudi menghapus segala kesalahan yang telah menutup mata hatiku menjadi buta terhadap ayat-ayat-Mu! Kebenaran ayat-ayat-Mu sungguh sangat nyata, tetapi hatiku tetap membatu!

Duhai Allah,

Bagaimana mungkin diriku akan mampu menghadapi balasan siksa-Mu yang sangat pedih sekiranya tidak Engkau bebaskan diriku dari segala dosa yang telah aku perbuat?

Padahal, aku tahu bahwa Engkau adalah Tuhanku Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang! Tiada Tuhan kecuali Engkau yang patut aku sembah, ya Allah! Ampunan-Mu adalah dambaanku. Kesalahanku adalah kehinaan diriku karena lalainya diriku atas kekuasaan-Mu!

Maka, hanya Engkaulah harapanku, sandaranku, pelindungku dan tujuan hidupku! Untuk itulah, sekali lagi ya Allah, aku sangat mengharapkan akan ampunan-Mu atas diriku yang hina ini!

Duhai Allah,

Sekiranya Engkau ampuni diriku sebagaimana janji-Mu, maka tunjukilah diriku yang tak mengetahui apapun dalam kedudukanku sebagai makhluk ciptaan-Mu! Hanya dengan petunjuk-Mu, diriku akan memahami bagaimana yang menjadi kehendak-mu!

Duhai Allah, terimalah pengakuanku ini! Amin.


Alamat e-mailku : ayy_kb@yahoo.co.id
Saya dari Indramayu:

Jl. Kalen Haji Gg. Makmur No. 4 RT 01 RW 01 Desa Dermayu Kec. Sindang-Indramayu.


Salam dari jauh,


Ahmad

avatar

Assalamu'akaikum.
Mudah2an eyang Ahmad senantiasa dalam lindungan, Rahmat dan petunjuk dari Allah dan mudah2an juga dakwahnya istiqamah dan di berkahi oleh Allah SWT.

Ada pertanyaan sedikit mengenai wilayah bathin sy yg tdk ada kaitannya dg artikel ini. Sebelum dan sesudah uzlah sy merasakan cuma 3x di hampiri ruh suci,
Dlm tempo yg relatif lama.

Semenjak uzlah alhamdulillah ruh atau diri sy telah diberikan anugrah bisa berdialog dg jasadi. Pasca uzlah sya baru di hampiri satu kali oleh ruh suci ditandai oleh gerakan dan getaran tubuh kemudian setelahnya terjadi dialog dg ruh suci yg sangat halus dan tdk pernah mendapatinya sebelum uzlah, kaya mas sikin.

Pertanyaanya, masikah ruh suci menghampiri sy karena sdh 3 mgg berjalan tdk ada yg hadir kemudian adakah hati saya msh di anggap sbg wadah.
Matur nuwun mohon petunjuknya.

Wasallam.g Ahmad senantiasa dalam lindungan, Rahmat dan petunjuk dari Allah dan mudah2an juga dakwahnya istiqamah dan di berkahi oleh Allah SWT.

Ada pertanyaan sedikit mengenai wilayah bathin sy yg tdk ada kaitannya dg artikel ini. Sebelum dan sesudah uzlah sy merasakan cuma 3x di hampiri ruh suci,
Dlm tempo yg relatif lama.

Semenjak uzlah alhamdulillah ruh atau diri sy telah diberikan anugrah bisa berdialog dg jasadi. Pasca uzlah sya baru di hampiri satu kali oleh ruh suci ditandai oleh gerakan dan getaran tubuh kemudian setelahnya terjadi dialog dg ruh suci yg sangat halus dan tdk pernah mendapatinya sebelum uzlah, kaya mas sikin.

Pertanyaanya, masikah ruh suci menghampiri sy karena sdh 3 mgg berjalan tdk ada yg hadir kemudian adakah hati saya msh di anggap sbg wadah.
Matur nuwun mohon petunjuknya.

Wasallam.

avatar

Koreksi saya atas salah baca (berobat dibaca bertobat) untuk Dee, saya mohon maaf! Adalah kelemahan fisik saya, terutama mata karena minus (rabun jauh), yang menyebabkan itu terjadi. Akan tetapi, insya Allah, penjelasan saya tentang tobat akan memberi wacana yang baik untuk semuanya, khususnya Dee!

Sekiranya sudah mengirim email, maka jawaban saya atas pertanyaan anda sebagaimana sudah saya balas!

Semoga menjadi maklum.


Ahmad


Salam dari saya,


Ahmad

avatar

Wa 'alaikum salam warohmatullahi wabarakatuh.

Setiap segala sesuatu pasti Allah lah Yang Mengurusnya! Tak ada satu orang pun (termasuk dari kalangan beliau, ruh-ruh suci) yang dapat berbuat sekiranya Allah Azza wa Jalla tidak mengizinkannya!

Pertanyaan sampean mengenai adakah ruh sampean menjadi "Wadah" nilai-nilai kebenaran sehingga ruh sampean dapat berjumpa dengan ruh-ruh suci sesudah uzlah?

Sesungguhnya uzlah bukanlah suatu metode efektif dalam memperoleh kebenaran! Uzlah hanyalah salah satu upaya saja yang digunakan untuk menghindar dari campur tangan keikutsertaan iblis lewat persinggungan dengan sesama manusia!

Tetapi, sebagaimana yang pernah disampaikan kepada sampean pada setiap kesempatan, yang paling menentukan diperolehnya nilai-nilai kebenaran yang dipancarkan oleh cahaya-Nya ke dalam lubuk jiwa adalah keikhlasan yang ditandai dengan semangat tanpa merasa lelah (putus asa) untuk mendekati-Nya!

Allah Swt tetap akan berkenan menghampiri dan menyampaikan "salam" kepada hamba-Nya yang mukhlis lagi berserah diri kepada-Nya! Apapun yang dikehendaki Allah lakukanlah dengan ungkapan: "Sami'na wa ato'na." Jauhkan dahulu keinginan kita.

Keutamaan yang terbaik akan diraih sekiranya keinginan dibelakangkan menjauh dari yang dikehendaki Allah! Mohon direnungkan kembali mengenai ayat Allah yang memerintahkan untuk "Berserah diri." Puisi saya yang terbaru dapat dibaca sebagai penggugah jiwa

Demikianlah penjelasan saya pak Husaenahmad.


Salam dariku,



Ahmad

avatar

Pak ahmad, semoga Allah menempatkan anda dalam golongan yang dekat padaNYA

avatar

Amin, amin, amin. Duhai Allah, kabulkanlah doa orang yang telah ikhlas mendoakan saya. Jadikan doa-nya sebagai bukti akan keluasan kasih sayang-Mu, bahwa Engkau adalah benar akan mengabulkan doa orang-orang yang bermohon kepada-Mu. La haula wa la quwwata illa billahil 'aliyyil adhim. Syukran katsiran ya Karim.


EmoticonEmoticon

Post a Comment

NEXT ARTICLE Next Post
PREVIOUS ARTICLE Previous Post
 

Delivered by FeedBurner